Thursday 23 December 2010

Roro Jonggrang


Legenda putri Roro Jonggrang dan Bandung Bondowoso erat kaitannya dengan candi Prambanan, dimana candi ini juga memiliki nama lain yakni candi Roro Jonggang. Alkisah pada jaman dahulu kala terdapat dua buah kerajaan Hindu yang ada di Pulau Jawa dan terletak di dekat daerah yang sekarang bernama Prambanan.

Kerajaan itu adalah kerajaan Pengging dan Keraton Boko. Kerajaan Pengging adalah kerajaan yang subur dan makmur yang dipimpin oleh raja yang arif dan bijaksana bernama Prabu Damar Moyo dan memiliki seorang putra laki – laki yang bernama Bandung Bondowoso. Sedangkan kerajaan Pengging yang berada di wilayah kerajaan Pengging diperintah oleh seseorang raja yang kejam, dan memiliki wujud bukan manusia tetapi seorang raksasa yang suka makan daging manusia yang bernama Prabu Boko.

Meski berwujud raksasa, Prabu Boko memiliki seorang putri yang cantik seperti bidadari yang bernama Putri Roro Jonggrang. Roro Jonggrang memiliki kecantikan bak seorang dewi dari kayangan. Dalam kerajaannya Prabu Boko memiliki seorang patih yang bernama Patih Gupolo, seorang yang sakti mandraguna.

Suatu kali Prabu Boko dan Patih Gupolo merencanakan untuk memberontak kepada kerajaan Pengging dan dibuatlah rencana itu sematang – matangnya dengan mengumpulkan perbekalan dari memeras rakyatnya serta melatih pemuda di kerajaannya untuk menjadi prajurit.

Setelah waktunya tiba, berangkatlah prabu Boko ke kerajaan Pengging untuk berperang. Dan terjadilah peperangan yang dahsyat antara prajurit kedua kerajaan itu dan banyaklah korban berjatuhan di kedua belah pihak. Dan akhirnya banyak rakyat dari kerajaan Pengging yang menjadi menderita dan kelaparan.

Karena sudah banyak rakyatnya yang menderita, maka Prabu Damar Moyo mengutus anaknya sendiri yakni Bandung Bondowoso untuk maju ke medan pertempuran melawan prabu Boko dan terjadilah pertempuran yang sengit antara dua orang tersebut dan akhirnya prabu Boko dapat dikalahkan. Melihat rajanya tewas, patih Gupolo melarikan diri ke kerajaannya. Dan melaporkan kematian tersebut ke putri Roro Jonggrang.

Putri Roro Jonggrang begitu sedih mendengar ayahandanya telah gugur. Bandung Bondowoso yang mengejar patih Gupolo, akhirnya sampai ke kraton Boko dan disana ia bertemu dengan putri Roro Jonggrang. Alih – alih ingin mencari patih Gupolo, Bandung Bondowoso malah tertarik dengan sang putri dan berniat untuk melamarnya untuk dijadikan istri. Namun sang putri sebenarnya ingin menolak karena pemuda inilah yang telah membunuh ayahandanya, maka ia membuat sebuah siasat untuk bisa membalas dendam

Sang putri Roro Jonggrang meminta dua buah hal kepada Bandung Bondowoso. Yang pertama adalah untuk membuat sebuah sumur yang dalam. Dan dengan kesaktiannya bandung Bondowoso membuat sebuah sumur yang dalam, yang ia beri nama sumur Jala Tunda. Dan ia segera memanggil sang putri untuk melihat sumur yang sudah ia buat. 

Putri Roro Jonggrang menyuruh Bandung Bondowoso untuk masuk kedalam sumur, dan setelah ia berada di dalam sumur putri Roro Jonggrang beserta patih Gupolo menimbun sumur tersebut dengan batu supaya Bandung Bondowoso mati. Namun ternyata kesaktian Bandung Bondowoso memang luar biasa, ia bisa meloloskan diri dari sumur itu dengan bersemedi.


Saat ia sudah selamat dari maut, ia langsung menuju ke istana Boko dengan amarah yang meledak–ledak. Bandung Bondowoso murka karena putri Roro Jonggrang berusaha untuk membunuhnya. Namun dengan bujuk rayu yang dibuat oleh Roro Jonggrang, maka redalah amarah yang ada di dada Bandung Bondowoso. Dan mulailah putri Roro Jonggrang meminta janji yang kedua kepada Bandung Bondowoso.

Ia meminta untuk dibuatkan 1000 buah candi dalam semalam, yang menurut perkiraannya pasti akan gagal dilaksanakan oleh Bandung Bondowoso. Sungguh diluar dugaan Roro Jonggrang, ternyata Bandung Bondowoso setuju dengan permintaannya.

Malam harinya, Bandung Bondowoso pergi menuju tanah lapang tempat dia akan membuat seribu candi. Dengan kesaktiannya, dia memanggil makhluk-makhluk halus untuk membantunya. Ribuan jin dan dedemit dengan segera datang menghadap Bandung Bondowoso.
 

“Ada apa gerangan tuan memanggil kami?” tanya raja Jin.
 

“Bantu aku membuat seribu candi! Dan harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing.” Kata Bandung Bondowoso.
 

“Baiklah, titah dilaksanakan,” seru para jin.
 

Segera para jin berhamburan dan mulai mengangkati batu-batu besar dari gunung dan menyusunnya menjadi candi-candi yang indah. Tidak perlu waktu lama bagi para makhluk halus itu. Sebentar saja sebagian besar candi telah terbentuk, hanya tinggal beberapa candi saja, maka persyaratan Roro Jonggrang akan tepnuhi.

Sementara itu Roro Jonggrang diam-diam mengintip kegiatan Bandung Bondowoso. Dilihatnya batu-batu besar melayang-layang dan ratusan candi terbentuk dalam waktu sekejap. Roro Jonggrang khawatir Bandung Bondowoso akan bisa menyelesaikan pekerjaannya. Maka bergegas dia kembali ke istana dan mengumpulkan para dayang. 

Roro Jonggrang menyuruh para dayangnya untuk mengumpulkan jerami di sisi timur dan segera membakarnya, sedangkan dayang yang lain diperintahkan untuk mengumpulkan lesung. Setelah jerami terkumpul cukup banyak, Roro Jonggang segera memerintahkan dayangnya untuk segera membakar jerami tersebut.

"Cepat bakar semua jerami itu!" perintah Roro Jonggrang. 

Dalam waktu singkat jerami itupun terbakar hebat, menimbulkan gumpalan api merah yang besar, membumbung ke angkasa. Pada saat yang hampir bersamaan, sebagian dayang lainnya disuruhnya untuk menumbuk lesung. Dung... dung...dung! Karena demikian besarnya semburat api yang menyala-nyala, akibatnya langitpun memerah bagaikan fajar menyingsing diiringi suara hiruk pikuk orang menumbuk lesung. Ayam pun berkokok menandakan hari menjelang fajar.

Pasukan jin mengira bahwa fajar benar-benar sudah menyingsing. "Wah, matahari akan terbit!" seru jin. "Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari," sambung jin yang lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin. Akhirnya jin yang membantu pengerjaan candi tersebut melarikan diri, sedangkan candi yang dibangun sudah mencapai 999 buah.


Bandung Bondowoso yang melihat adanya keganjilan dengan kejadian tersebut, segera berusaha untuk mencari penyebab terjadinya keganjilan tersebut. Akhirnya ia pun mengetahui bahwa penyebab itu semua adalah ulah dari Roro Jonggrang. Mengetahui usahanya gagal karena ulah Putri Roro Jonggrang, maka murkalah Bandung Bondowoso, meski masih dapat menahan diri untuk tidak membunuh Roro Jonggrang.

Esok paginya Roro Jonggrang datang menemui Bandung Bondowoso untuk melihat hasil pekerjaannya.
 

“Wahai raja yang sakti, bagaimana apakah kau telah berhasil membuatkanku seribu candi?” tanya Roro Jonggrang.
 

“Aku pasti telah berhasil membuat seribu candi jika saja tidak ada orang yang berbuat curang,” sindir Bandung Bondowoso.
 

Muka Roro Jonggrang memerah mendengar sindiran Bandung Bondowoso.
 

“Jadi kau tidak berhasil menyelesaikannya?” tanya Roro Jonggrang. “Kalau begitu aku pun tidak bisa menjadi permaisurimu.”
 

Bandung Bondowoso sangat marah mendengar perkataan Roro Jonggrang.
 

“Kau telah berbuat curang,” kata Bandung Bondowoso.

Kali ini Bandung Bondowoso tidak lagi mampu menahan amarahnya dan mengutuklah Putri Roro Jonggrang dengan berkata “ hai Roro Jonggrang karena ulahmu lah candi yang kubangun hanya mencapai 999 buah dan itu berarti candi yang kau minta menjadi kurang satu, maka dirimulah yang akan menjadi candi yang ke seribu “ dan anehnya, dengan diiringi kilat dan petir yang menyambar-nyambar, Putri Roro Jongrang akhirnya menjadi sebuah Arca Batu. Dan arca batu tersebut sampai sekarang ada di candi Prambanan.


Sedangkan bagi para gadis yang membantu membakar jerami untuk membantu Putri Roro Jonggrang, Raden Bandung Bondowoso mengutuknya menjadi perawan kasep alias perawan tua. Dan menurut kepercayaan, orang dahulu melarang orang yang sedang pacaran untuk mengunjung candi Prambanan karena akan putus cintanya.

No comments:

Post a Comment