Friday 23 September 2011

Australopithecus

Tengkorak Australopithecus


Australopithecus berasal dari kata australis yang berarti dari selatan dan pithecos yang berarti kera. Jadi Australopithecus berarti "kera dari daerah selatan". Berdasar bukti yang dikumpulkan paleontologis dan arkeologis, Australopithecus berkembang 4 juta tahun silam, dan menyebar ke penjuru benua sebelum punah 2 juta tahun kemudian. Diduga satu dari sekian spesies australopithecus kemudian berevolusi menjadi genus homo. Australopithecus robustus dan Australopithecus boisei sendiri masih menjadi perdebatan apakah termasuk genus ini tau tidak, dan mereka kadang disebut Paranthropus.

Fosil genus Australopithecus pertama kali ditemukan tahun1924 di taung, Afrika Selatan, oleh ahli paleontologi evolusionis, Raymond Dart. Spesimen pertama yang ditemukannya diberi nama "Anak Taung". Dart berpendapat bahwa fosil ini, yang berasal dari manusia yang masih sangat muda, memiliki penampakan "menyerupai manusia". Akan tetapi, penemuan yang terjadi di tahun-tahun setelahnya menunjukkan bahwa spesies Australopithecus benar-benar memiliki wajah kera.

Tengkorak Simpanse
Beberapa spesies Australopithecus adalah Australopithecus anamensis, Australopithecus afarensis, Australopithecus sediba, dan Australopithecus africanus. Seluruh spesies Australopithecus, yang dimasukkan ke dalam pengelompokan yang berbeda ini, sebenarnya hanyalah jenis kera yang telah punah, yang menyerupai kera zaman sekarang. Ukuran tengkorak mereka adalah sama, atau lebih kecil dari simpanse yang kita temui sekarang. 

Namun temuan fosil utama dari genus ini adalah fosil Australopithecus afarensis betina yang disebut Lucy, salah satu fosil terlengkap yang ditemukan di tahun 1974 di Hadar, Ethiopia. Dengan sekitar 40 persen kelengkapan, Lucy, seekor hominid yang telah punah,  yang berasal dari antara 3,9 - 2,9 juta tahun silam menunjukkan bahwa Australopithecus afarensis adalah bipedal, berjalan dengan dua kaki dan bukan quadrupedal (berjalan dengan kepalan tangan sebagai penumpu) sebagaimana keluarga kera non manusia. 

Tempat lain di mana fosil A. afarensis ditemukan adalah di Omo, Maka, Fejej, dan Belohdelie di Ethiopia, dan Koobi Fora dan Lothagam di Kenya.

Tak jauh berbeda dengan Australopithecus africanus, A. afarensis memiliki tubuh yang ramping. Para ilmuwan mempercayai bahwa A. afarensis adalah nenek moyang dari Homo, yang juga berarti nenek moyang dari manusia modern, Homo sapiens.

Temuan lain terkait Australopithecus adalah jejak Laetoli di Laetoli, Tanzania, yang diperkirakan berasal dari sekitar 3,5 juta tahun silam. Jejak ini terbentuk saat hominid berjalan di atas abu gunung berapi, diindikasikan dibuat oleh 2 atau tiga individu, dimana yang satu menjejak di atas jejak yang dibuat individu sebelumnya. Ditemukan oleh Mary Leakey di tahun 1976.

Jejak Laetoli diduga dibuat oleh Australopithecus afarensis. Namun dugaan ini ditolak oleh Russell H Tuttle, yang menyimpulkan jejak itu dibuat oleh spesies yang lebih muda dari afarensis. Dan entah bagaimana, pandangan Tuttle disulap oleh HY, yang merekayasa seakan Tuttle mengatkan jejak itu dibuat oleh anak lelaki manusia modern. Padahal Tuttle sendiri mengatakan bahwa jejak itu tak mungkin dibuat genus Homo yang belum eksis di masa itu.
Terdapat bagian-bagian menonjol di bagian tangan dan kaki yang mereka gunakan untuk memanjat pohon, persis seperti simpanse masa kini, dan kaki mereka memiliki kemampuan untuk berpegangan pada dahan pohon. Banyak ciri lain seperti dekatnya jarak kedua mata, gigi geraham yang tajam, struktur rahang bawah, lengan yang panjang, kaki yang pendek, yang membuktikan makhluk ini tidaklah berbeda dari kera masa kini.

Evolusionis menyatakan, walaupun jenis Australopithecus memiliki anatomi kera, mereka berjalan tegak seperti manusia. Dua ahli anatomi terkenal tingkat dunia asal Inggris dan USA, Lord Solly Zuckerman dan Prof. Charles Oxnard, telah melakukan penelitian mendalam tentang berbagai spesimen Australopithecus. Penelitian mereka mengungkapkan makhluk ini bukanlah bipedal atau berjalan dengan dua kaki, dan memiliki cara berjalan yang serupa dengan kera zaman sekarang. 

Setelah meneliti tulang-tulang dari fosil tersebut selama 15 tahun, dengan bantuan dana dari pemerintah Inggris, Lord Zuckerman dan timnya, yang beranggotakan 5 orang spesialis sampai pada kesimpulan - walaupun Zuckerman sendiri adalah evolusionis - bahwa Australopithecines hanyalah jenis kera biasa dan sama sekali bukan bipedal (berjalan diatas dua kaki). Di samping itu, Oxnard, yang juga seorang evolusionis, juga menyerupakan struktur rangka Australopithecus dengan orang utan modern.

Analisis mendalam yang dilakukan oleh antropolog Amerika, Holly Smith pada tahun 1994 tentang gigi-gigi Australopithecus menunjukkan bahwa Australopithecus adalah sejenis kera. Pada tahun yang sama, Fred Spoor, Bernard Wood dan Frans Zonneveld, seluruhnya ahli anatomi, mencapai kesimpulan yang sama melalui metoda yang sama sekali berbeda. Metoda ini berdasarkan pada analisis perbandingan rongga semi-sirkular pada telinga bagian dalam manusia dan kera yang berfungsi menjaga keseimbangan. Rongga telinga bagian dalam dari semua spesimen Australopithecus yang diteliti oleh Spoor, Wood dan Zonneveld ternyata sama seperti yang terdapat pada kera modern. Penemuan ini sekali lagi menunjukkan jenis Australopithecus adalah spesies yang menyerupai kera modern.

Tengkorak Australopithecus aferensis dan simpanse modern sangatlah mirip. Kesamaan ini memperkuat kebenaran bahwa makhluk yang digolongkan ke dalam kelompok Australopithecus adalah spesies kera dan tidak ada hubungannya dengan manusia.

1 comment: