Thursday 6 October 2011

Zaman Mesolitikum

Mesolitikum berasal dari Bahasa Yunani: mesos, yang berarti "tengah", dan lithos, yang berarti batu atau "Zaman Batu Pertengahan" yaitu suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda.

Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Jaman Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan pada tahun 1865. Namun istilah ini tidak terlalu sering digunakan sampai V. Gordon Childe mempopulerkannya dalam bukunya The Dawn of Europe (1947).

Yang termasuk kebudayaan Mesolitikum adalah:
a. Kebudayaan Bacson-Hoabinh
b. Kebudayaan Bandung
c. Kebudayaan Toala ( Sul-sel)

Ciri Kehidupan

1) Kehidupan Sosial

Ciri utama peradaban zaman ini adalah manusia telah bertempat tinggal tetap. Para ahli ilmu purbakala menyebutkan bahwa zaman ini berlangsung kurang lebih 20.000 tahun silam dan dianggap sebagai perkembangan “yang lebih cepat” daripada zaman batu tua. Manusia pendukung zaman ini juga bertempat tinggal di gua yang disebut peradaban “abris sous roche”.

2) Hasil Kebudayaan

Ciri utama kehidupan zaman ini adalah peninggalan sampah dapur yang menurut penemuanya disebut kjokkenmoddinger. Peradaban ini ditemukan disepanjang pantai timur Sumatera, dari Aceh sampai Sumatra bagian tengah. Disepanjang pantai tersebut ditemukan tumpukan sampah berupa kulit siput dan kerang. Diduga sampah tersebut dibuang dari tempat tinggal mereka dari generasi yang satu ke generasi yang lain sehingga menumpuk. Tumpukan sampah itu disebut kjokkenmoddinger.

3) Keberadaan Teknologi

Dari tempat sampah dapur tersebut ditemukan juga kapak genggam yang disebut pebble. Mereka juga menggunakan batu pipih dan batu landasan untuk menggiling makanan serta membuat cat yang diperkirakan ada kaitannyadengan kepercayaan mereka. Mereka menggunakan batu yang lebih halus serta panah bergigi yang terbuat dari tulang-tulang hewan untuk berburu binatang. Mereka juga telah mengenal seni yang berkaitan dengan kepercayaan mereka, seperti gambar dari lukisan tangan berwarna merah dari dinding gua.

4) Manusia Pendukung

Manusia pendukung peradaban ini juga menggunakan flake dan microlith atau batu-batu pipih, segitiga dan trapesium yang ukurannya kecil. Batu-batu itu diperkirakan berfungsi sebagai alat pemotong benda-benda yang lunak, seperti daging buruan atau ubi-ubian. Benda-benda tersebut banyak ditemukan didataran tinggi Bandung. Para ahli arkeologi dan geologi berpendapat bahwa pada zaman mesolitikum ini, Bandung yang dikenal sekarang merupakan sebuah danau besar yang dikelilingi oleh gunung-gunung. Tepian danau tersebut merupakan tempat tinggal manusia pendukung peradaban zaman batu tengah (mesolitikum) dan menggunakan alat flake dan microlith.

Zaman Mesolitikum di Indonesia

Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana.

Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche), sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan bekas-bekas kebudayaan manusia pada zaman itu. 
 

Arbis sous roche
 
Arbis sous roche
Arbis sous roche adalah goa yang menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Penelitian mengenai kebudayaan Abris sous roche ini juga dilakukan oleh van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo. 

Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga disebut sebagai Sampung Bone Culture. Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga menemukan kapak Sumatera dan kapak pendek. Abris sous roche juga ditemukan pada daerah Timor dan Rote oleh Alfred Buhler yang menemukan flakes culture dari kalsedon bertangkai dan hal ini diduga merupakan peninggalan bangsa Papua Melanesoide. 

Hasil kebudayaan Abris sous roche juga ditemukan di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut kebudayaan Toala. Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang disebut Goa Leang PattaE dan inti dari kebudayaan ini adalah flakes dan pebble

Selain Toala, para ahli juga menemukan kebudayaan Bacson-Hoabinh dan Bandung di Indonesia. Bacson-Hoabinh diperkirakan merupakan pusat budaya prasejarah Indonesia dan terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaan pebble (alat-alat tulang yang datang dari jalan barat) dan kebudayaan flakes (datang melalui jalan timur). Sementara itu, penelitian kebudayaan Bandung dilakukan oleh van Koenigswald di daerah Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka, BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin. Kebudayaan yang ditemukan berupa flakes yang disebut microlith (batu kecil), pecahan tembikar, dan benda-benda perunggu.

Peninggalan zaman Mesolitikum

Pada Zaman batu tengah (mesolitikum), alat-alat batu pada zaman ini sebagian sudah dihaluskan terutama pada bagian sisi yang dipergunakan. Tembikar juga sudah dikenal. Periode ini juga disebut masa berburu dan meramu makanan tingkat lanjut. 

Pendukung kebudayaan ini adalah homo sapiens (manusia sekarang), yaitu ras Austromelanosoide (mayoritas) dan Mongoloide (minoritas).   

Alat-alat yang digunakan di Zaman mesolitikum

Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur dari zaman mesolitikum yang ditemukan di sepanjang pantai timur Pulau Sumatera. Hal ini diteliti oleh Dr. P. V. van Stein Callenfels pada tahun 1925 dan menurut penelitiannya, kehidupan manusia pada saat itu bergantung dari hasil menangkap siput dan kerang, karena ditemukan sampah kedua hewan tersebut setinggi 7 meter. Sampah dengan ketinggian tersebut kemungkinan telah mengalami proses pembentukan cukup lama, yaitu mencapai ratusan bahkan ribuan tahun.

Di antara tumpukan sampah tersebut juga ditemukan batu penggiling beserta landasannya (pipisan) yang digunakan untuk menghaluskan cat merah. Cat tersebut diperkirakan digunakan dalam acara keagamaan atau ilmu sihir.

Di tempat itu juga ditemukan banyak benda-benda kebudayaan seperti kapak genggam yang disebut pebble atau kapak genggam Sumatera (Sumeteralith) sesuai dengan tempat penemuannya. Kapak tersebut terbuat dari batu kali yang dibelah dua dan teksturnya masih kasar.

Kapak lain yang ditemukan pada zaman ini adalah bache courte (kapak pendek) yang berbentuk setengah lingkaran seperti kapak genggam atau chopper. Berdasaran pecahan tengkorak dan gigi yang ditemukan pada Kjokkenmoddinger, diperkirakan bahwa manusia yang hidup pada zaman mesolitikum adalah bangsa Papua Melanesoide.(nenek moyang suku Irian dan Melanesoid)

1 comment: