Tuesday 20 March 2012

Cut Nyak Dien


Cut Nyak Dien adalah salah satu pahlawan Indonesia sebelum kebangkitan nasional. Cut Nyak dien lahir di Lampadang, Aceh pada tahun 1985. Meninggal di Sumedang pada 6 November 1908. Dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang, Jawa Barat. 

Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga pada usia 12 tahun. Suami Cut Nyak Dien gugur dalam pertempuran di Gletarum pada Juni 1878. Cut Nyak Dien bersumpah tidak akan menerima pinangan dari laki-laki manapun kecuali laki-laki tersebut bersedia membantu Cut Nyak Dien untuk balas dendam atas kematian suaminya, Teuku Ibrahim. 

Pada tahun 1880, Akhirnya cut Nyak Dien menikah lagi dengan seorang laki-laki yang bernama Teuku Umar, ia adalah seorang pejuang yang cukup disegani oleh Belanda. Mulai sekitar September 1893 – Maret 1896 Cut Nyak Dien selalu berjuang bersama sang suami. 

Untuk mendapatkan senjata dan berbagai peralatan perang lainnya. Teuku umar berpura pura bekerja sama dengan belanda. Sedangkan istrinya, Cut Nyak Din berjuang secara langsung melawan belanda di Wilayah kampung halaman Teuku Umar. Setelah belanda mengetahui bahwa Teuku Umar berpura pura, Teuku umar bergabung lagi dengan para pejuang.

Teuku Umar gugur dalam pertempuan di Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Meskipun suaminya telah meninggal dunia, CUt Nyak Dien tetap melanjutkan perjuangannya melawan Belanda dengan bergerilya. Cut Nyak Dien tidak pernah mau berdamai dengan pihak belanda yang disebutnya sebagi kafir-kafir. Pejuangan cut nyak din dengan bergerilya sangatlah berat karena ia harus keluar masuk hutan. Hal ini menyebabkan ia dan para pasukannya pada kondisi yang sangat mengkhawatirkan. 

Cut Nyak Dien kemudian menderita sakit encok dan mata mengalami rabun. Para pengawal merasa kasihan melihat kondisi Cut Nyak din. Akhirnya mereka membuat kesepatan dengan belanda. Mereka nyatakan bahwa Cut nyak dien boleh ditangkap asal diperlakukan sebagai manusia terhormat dan bukan sebagai penjahat perang. Meskipun status cut nyak din sebagai tawanan, namun ia masih sering didatangi oleh para tamu. Belanda yang curiga melihat tingkah laku Cut Nyak din mengasingkannya ke Sumedang pada tanggal 11 Desember 1905.

Cut Nyak dien meninggal di pengasingan. Ia dikenal sebagai pejuang wanita yang berhati baja dan ibu bagi rakyat aceh. Atas jasa jasanya, Cut Nyak Dien diberi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional oleh Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK Presiden RI No. 106/1964.

No comments:

Post a Comment