Friday 26 April 2013

Kumbang Badak (Oryctes nasicornis)



Kumbang Badak (Oryctes nasicornis = European Rhinoceros Beetle), diklasifikasikan ke dalam ordo Coleoptera, famili Scarabidae dan subfamili Dynastinae. Kumbang badak merupakan salah satu jenis kumbang terbesar di dunia dan adalah hewan nokturnal (aktif di malam hari). Saat siang, mereka bersembunyi di bawah batang pohon untuk menghindari predator. Secara proporsional, kumbang badak adalah hewan terkuat di bumi. Mereka bisa mengangkat hingga 850 kali berat badan mereka sendiri.

Kumbang badak merupakan salah satu dari 300 spesies kumbang tanduk. Kumbang ini merupakan hama utama yang menyerang kelapa sawit dan sangat merugikan di Indonesia, khususnya di areal replanting yang saat ini sedang dilakukan secara besar-besaran di Indonesia. Hal ini disebabkan karena pada areal replanting, banyak tumpukan bahan organik yang sedang mengalami proses pembusukan sehingga menjadi tempat yang sangat baik bagi perkembang biakan hama ini.


Siklus Hidup
 

Siklus hidup kumbang badak bervariasi tergantung pada habitat dan kondisi lingkungannya. Musim kemarau yang panjang dengan jumlah makanan yang sedikit akan memperlambat perkembangan larva serta ukuran kumbang dewasa menjadi lebih kecil dari ukuran normal. Suhu perkembangan larva yang sesuai adalah 27oC-29oC dengan kelembapan relatif 85-95%. Satu siklus hidup kumbang badak, dari telur sampai dewasa sekitar 6-9 bulan.


Kumbang ini mempunyai telur yang berwarna putih kekuningan dengan diameter 3 mm. Bentuk telur biasanya oval, kemudian mulai membesar sekitar satu minggu setelah peletakan dan menetas pada umur 8-12 hari. Stadia larva terdiri atas 3 instar, dan berlangsung dalam waktu 82-207 hari. Larva berwarna putih kekuningan, berbentuk silinder, gemuk dan berkerut-kerut, melengkung membentuk setengah lingkaran dengan panjang sekitar 60-100 mm atau lebih.


Prepupa terlihat menyerupai larva, hanya saja lebih kecil dari larva instar terakhir dan menjadi berkerut serta aktif bergerak ketika diganggu. Lama stadia prepupa berlangsung 8-13 hari. Pupa berwarna cokelat kekuningan, berukuran sampai 50 mm dengan waktu 17-28 hari.


Kumbang badak berwarna cokelat gelap sampai hitam, mengkilap, panjang 35-115 mm dan lebar 20-23 mm dengan satu tanduk yang menonjol pada bagian kepala. Jantan memiliki tanduk yang lebih panjang dari betina sedangkan betina mempunyai banyak rambut pada ujung ruas terakhir abdomen dan jantan tidak. Umur betina (bisa mencapai 2 tahun) lebih panjang dari umur jantan (sekitar 8 bulan).


Kumbang ini akan meletakkan telurnya pada sisa-sisa bahan organik yang telah melapuk. Misalnya batang kelapa sawit yang masih berdiri dan telah melapuk, rumpukan batang kelapa sawit, batang kelapa sawit yang telah dicacah, serbuk gergaji, tunggul-tunggul karet serta tumpukan tandan kosong kelapa sawit. Adanya tanaman kacangan penutup tanah akan menghalangi pergerakan kumbang dalam menemukan tempat berkembang biak. Selain itu tanaman penutup tanah setinggi 0,6-0,8 m juga dapat mengurangi perkembangbiakan kumbang tanduk.


Batang kelapa sawit yang diracun dan masih berdiri sampai pembusukan pada sistem underplanting merupakan tempat berkembangbiak yang paling baik bagi kumbang badak. Selama lebih dari 2 tahun masa dekomposisi, batang kelapa sawit yang masih berdiri, dapat memberikan perkembangbiakan 39.000 larva perhektar dibandingkan dengan batang yang telah dicacah dan dibakar (500 larva perhektar.


Hama Kelapa Sawit


Seperti telah disebutkan di atas, kumbang badak merupakan salah satu hama tanaman kelapa sawit yang utama. Kumbang O. rhinoceros menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam di lapangan sampai berumur 2,5 tahun. Kumbang ini jarang sekali dijumpai menyerang kelapa sawit yang sudah menghasilkan (TM). Namun demikian, dengan dilakukannya pemberian mulsa tandan kosong kelapa sawit (TKS) yang lebih dari satu lapis, maka masalah hama ini sekarang juga dijumpai pada areal TM.


Pada areal replanting kelapa sawit, serangan kumbang dapat mengakibatkan tertundanya masa berproduksi sampai satu tahun, dan tanaman yang mati dapat mencapai 25%. Masalah kumbang tanduk saat ini semakin bertambah dengan adanya aplikasi tandan kosong kelapa sawit pada gawangan maupun pada sistem lubang tanam besar. Aplikasi mulsa tandan kosong sawit (TKS) yang kurang tepat, dapat mengakibatkan timbulnya masalah kumbang tanduk di areal kelapa sawit tua.


Sebagai hewan nocturnal, kumbang badak terbang dari tempat persembunyiannya menjelang senja sampai agak malam (sampai dengan jam 21.00 WIB), dan jarang dijumpai pada waktu larut malam. Dari pengalaman diketahui bahwa kumbang banyak menyerang kelapa pada malam sebelum turun hujan.


Makanan kumbang dewasa adalah tajuk tanaman, dengan menggerek melalui pangkal batang sampai pada titik tumbuh. Daun yang telah membuka akan memperlihatkan bentuk seperti huruf V terbalik atau karakteristik potongan serrate. Serangan yang berkali-kali pada tanaman dapat menyebabkan kematian dan menjadi rentan masuknya kumbang Rhyncophorus bilineatus (Coleoptera: Curculionidae), juga bakteri ataupun jamur, sehingga terjadi pembusukan yang berkelanjutan. Dalam keadaan seperti ini tanaman mungkin menjadi mati atau terus hidup tetapi pertumbuhan dan saat berproduksi akan terhambat.


Pengendalian


1. Pengendalian Biologi


Pengendalian kumbang tanduk O. rhinoceros dapat dilakukan secara biologi dengan menggunakan beberapa agensia hayati diantaranya jamur Metarhizium anisopliae dan Baculovirus oryctes. Jamur M. anisopliae merupakan jamur parasit yang telah lama digunakan untuk mengendalikan hama O. rhinoceros. Jamur ini efektif menyebabkan kematian pada stadia larva dengan gejala mumifikasi yang tampak 2-4 minggu setelah aplikasi. Jamur diaplikasikan dengan menaburkan 20 g/m2 (dalam medium jagung) pada tumpukan tandan kosong kelapa sawit dan 1 kg/batang kelapa sawit yang telah ditumbang. Baculovirus oryctes juga efektif mengendalikan larva maupun kumbang O. rhinoceros.


2. Pengendalian Kimia


Pengendalian menggunakan insektisida kimia masih banyak dilakukan. Insektisida kimia yang dahulu efektif di lapangan adalah organoklorin. Karena toksisisitas organoklorin yang tinggi, maka insektisida tersebut diganti dengan karbofuran yang penggunaannya pada interval 4-6 minggu untuk mengendalikan kumbang dewasa.


Insektisida lain yang dapat digunakan antara lain lambda sihalothrin, sipermetrin, venvalerate, monocrotophos dan chorphyrifos, yang secara signifikan akan mengurangi kerusakan O. rhinoceros setelah 11 minggu. Insektisida kimia yang paling efektif untuk mengurangi kerusakan adalah lambda sihalothrin. Dengan populasi hama yang tinggi, karbofuran semakin lama semakin tidak efektif.


3. Perangkap Feromon.


Pemasangan Feromon
Upaya terkini dalam mengendalikan kumbang tanduk adalah penggunaan perangkap feromon. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) saat ini telah berhasil mensintesa feromon agregat untuk menarik kumbang jantan maupun betina. Feromon agregat ini berguna sebagai alat kendali populasi hama dan sebagai perangkap massal. Rekomendasi untuk perangkap massal adalah meletakkan satu perangkap untuk 2 hektar. Secara nominal, penggunaan feromon lebih menghemat dibanding dengan karbofuran atau secara manual. 

Pada populasi kumbang yang tinggi, aplikasi feromon diterapkan satu perangkap untuk satu hektar. 

Pemerangkapan kumbang O. rhinoceros dengan menggunakan ferotrap terdiri atas satu kantong feromon sintetik (Etil-4 metil oktanoate) yang digantungkan dalam ember plastik kapasitas 12 l. Tutup ember plastik diletakkan terbalik dan dilubangi 5 buah dengan diameter 55 mm. Pada dasar ember plastik dibuat 5 lubang dengan diameter 2 mm untuk pembuangan air hujan. Ferotrap tersebut kemudian digantungkan pada tiang kayu setinggi 4 m dan dipasang di dalam areal kelapa sawit. Selain ember plastik dapat juga digunakan perangkap PVC diameter 10 cm, panjang 2 m. Satu kantong feromon sintetik dapat digunakan selama 2-3 bulan. Setiap dua minggu dilakukan pengumpulan kumbang yang terperangkap dan dibunuh.


Keefektifannya dapat menjadi lebih tinggi apabila tindakan pengendalian juga dilakukan seperti:

  • Penanaman tanaman kacangan penutup tanah pada waktu replanting.  
  • Pengumpulan kumbang secara manual dari lubang gerekan pada kelapa sawit, dengan menggunakan alat kait dari kawat. Tindakan ini dilakukan tiap bulan apabila populasi kumbang 3-5 ekor/ha, setiap 2 minggu jika populasi kumbang mencapai 5-10 ekor, dan setiap minggu pada populasi kumbang lebih dari 10 ekor.
  • Penghancuran tempat peletakkan telur secara manual dan dilanjutkan dengan pengumpulan larva untuk dibunuh, apabila jumlahnya masih terbatas.
  • Pemberantasan secara kimiawi dengan menaburkan insektisida butiran Karbosulfan sebanyak (0,05-0,10 g bahan aktif per pohon, setiap 1-2 minggu) atau 3 butir kapur barus/ pohon, setiap 1-2 kali/bulan pada pucuk kelapa sawit.
  • Larva O. rhinoceros pada mulsa TKS di areal TM dapat dikendalikan dengan menaburkan biakan murni jamur Metarrhizium anisopliae sebanyak 20 g/m2.

No comments:

Post a Comment