Tuesday 28 May 2013

Ikan Discus


Ikan Diskus merupakan jenis ikan hias yang didatangkan dari sungai Amazon (Brasil). Disebut diskus karena bentuk tubuhnya mirip lempengan disk yang berdiri tegak. Diskus awalnya terdiri dari heckel discus, brown discus, green discus, dan blue discus

Bentuk tubuh ikan diskus ini pipih bundar dengan warna dasar coklat kemerahan dengan garis berombak dan beraneka ragam tak beratur mulai dari dahi sampai samping perut. Mata ikan diskus berwarna merah dan garis tengah tubuhnya paling besar 15 Cm. Ikan diskus dikenal tidak suka mengganggu, bahkan cenderung menyendiri atau mengelompok dengan ikan sejenisnya.

Ikan Discus dapat dikatakan sebagai rajanya ikan hias air tawar yang menarik banyak akuaris maupun orang awam yang berkeinginan untuk memeliharanya. Disamping bentuk, warna, dan coraknya yang menarik, harganya yang lumayan mahal menjadi salah satu daya tarik tersendiri untuk memelihara ikan ini. Tapi sayang sentra produksi ikan discus masih belum banyak di Indonesia.

Berikut ini adalah cara memilih ikan diskus
  • Warna kulit yang cerah, tidak berselaput ataupun mengeluarkan lendir yang berlebihan. 
  • Warna kulit yang hitam kusam menandakan kondisi discus yang tidak sehat. 
  • Garis hitam vertical / stress bar yang sangat menyolok / tegas menandakan discus dalam kondisi stress yang berat. 
  • Jumlah garis ini berbeda-beda menurut varian ikan. Biasanya berjumlah antara 7-18 bar. Stress bar ini tidak menentukan sakit tidaknya seekor discus, tetapi sebagai parameter kondisi discus akibat kaget, atau kondisi lingkungan yang tidak cocok bagi discus. Banyak jenis discus yang menunjukkan stress-bar nya dengan jelas.
Sisik pada ikan yang bersih dan tidak terkelupas, tidak berbintik putih dan berlendir terlalu banyak. Sirip ikan haruslah terlihat bersih dan lengkap. Sirip yang sobek, rusak, berjamur menandakan ikan tidak sehat. Biasanya pada sirip ikan sering terserang fin rot. Sirip yang tidak cacat dan seimbang akan membuat bentuk discus bulat dan indah dipandang.

Sunday 26 May 2013

Manajer dan Perannya

Manajer adalah seseorang yang mengarahkan orang lain dan bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Manajer akan bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan mereka guna mencapai sasaran organisasi. Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasi, mengarahkan dan mengontrol para bawahan yang bertanggungjawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi untuk mencapai tujuan perusahaan.

Berikut adalah beberapa perbedaan antara Manajer dan Pemimpin

Manajer 
  • Seorang Administrator
  • Memelihara
  • Mengontrol
  • Memiliki panadangan jangka pendek
  • Selalu bertanya "bagaimana" dan "kapan"
  • Meniru
  • Bisa menerima status Quo
Pemimpin
  • Seorang Inovator
  • Bertugas membangun
  • Menginspirasi
  • Memiliki pandangan jangka panjang
  • Selalu bertanya "apa" dan "mengapa"
  • Mencipta
  • Menentang status Quo

Tingkatan manajer


Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). 

Manejer lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajer operasional, merupakan manajer tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering juga disebut sebagai penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).

Manajer tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajer yang berada di antara manajer lini pertama dan manajer puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.

Manajer puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer, bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).

Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan permintaan pekerjaan.

Tugas-tugas manajer :
  • Siklus pengambilan keputusan, POSDC, penilaian dan pelaporan
  • Manajer harus dapat menciptakan kondisi yang akan membantu bawahannya mendapatkan kepuasan dalam pekerjaannya.
  • Harus berusaha agar para bawahannya bersedia memikul tanggung jawab.
  • Harus membina bawahannya agar dapat bekerja secara efektif dan efisien.
  • Manajer harus membenahi fungsi-fungsi fundamental manajemen dengan baik.
  • Manajer harus mewakili dan membina hubungan yang harmonis dengan pihak luar.

Peran Manajer


Ada banyak peran yang harus dimainkan oleh para manajer secara seimbang, sehingga diperlukan orang-orang yang tepat untuk menjalankan peran-peran tersebut. Untuk itu, peranan manajer sangat diharapkan dapat memacu laju pertumbuhan dan perkembangan suatu perusahaan.

Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu: 

  1. Peran antarpribadiMerupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
  2. Peran informasional
    Meliputi peran manajer sebagai penyebar informasi, pemantau dan peran sebagai juru bicara.
  3. Peran pengambilan keputusanMeliputi peran manajer sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.

Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.

Manajer yang memimpin beberapa karyawan, biasanya akan memberikan dan melimpahkan beberapa tugas pekerjaan yang harus di selesaikan tepat pada waktunya. Untuk itu, seorang manajer harus mampu memberikan keputusan bagi tugas yang telah dikerjakan oleh karyawannya demi terjaminnya mutu kerja yang telah dijunjung bersama. Konflik yang diciptakan oleh seorang manajer bagi karyawannya ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja para karyawan dalam bekerja, sehingga tujuan perusahan bisa terwujud dengan baik. 

Sebagai contoh, manajer sebuah perusahaan yang bergelut dibidang pemrograman, biasanya memberikan tantangan berupa tugas kepada karyawannya untuk membuat sebuah program. Kemudian bila program telah dibuat, maka manajer harus menganalisa program tersebut dan memberikan keputusan apakah program tersebut layak dan sesuai permintaan atau belum. Bila program tersebut belum layak, maka manajer memberikan perbaikan atau meminta karyawannya untuk memperbaiki kesalahan yang ada pada program tersebut dengan waktu yang sesingkat mungkin.
 

 Untuk menghidari hal seperti itu, manajer harus mempunyai beberapa keterampilan dasar, diantaranya (Robert L Katz):
  1. Keterampilan konseptual (conceptional skill)Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.
  2. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)Manajer harus mahir berkomunikasi atau memiliki keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah.
  3. Keterampilan teknis (technical skill)Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya membuat program komputer, memperbaiki mesin, akuntansi , dan lain-lain.
Dengan dibekali keterampilan diatas, seorang manajer akan lebih peka terhadap permasalahan yang terjadi pada perusahaan, selain itu dia juga akan dapat segera membuat pemecahan masalah tersebut. Dalam mempersiapkan pemecahan masalah, manajer memandang perusahaan sebagai suatu sistem dengan memahami lingkungan perusahaan dan mengidentifikasikan subsistem-subsistem dalam perusahaan. 

Dalam mengidentifikasikan masalah, manajer bergerak dari tingkat sistem ke subsistem dan menganalisis bagian-bagian sistem menurut suatu urutan tertentu. Dalam memecahkan masalah manajer mengidentifikasikan berbagai solusi alternative, mengevaluasinya, memilih yang terbaik, menerapkannya, dan membuat suatu tindakan untuk memastikan bahwa solusi itu berjalan sebagai mana mestinya.
Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu: 

  1. Keterampilan manajemen waktu
    Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.
  2. Keterampilan membuat keputusan
    Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan.
    • Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya.
    • Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik.
    • Ketiga, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

Friday 24 May 2013

Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai persamaan kekuatan dan sharing dalam pemecahan masalah bersama dengan bawahan, dengan cara melakukan konsultasi dengan bawahan sebelum membuat keputusan. 

Kepemimpinan partisipatif berkaitan erat dengan penggunaan berbagai macam prosedur pengambilan keputusan, yang memberikan kepada orang lain suatu pengaruh tertentu terhadap keputusan-keputusan pemimpin tersebut. Istilah lain yang biasa digunakan untuk mengacu aspek-aspek kepemimpinan partisipatif termasuk konsultasi, pembuatan keputusan bersama, pembagian kekuasaan, desentralisasi, dan manajemen demokratis.

Terdapat tiga istilah yang terkait dengan kepemimpinan partisipatif, yaitu:

  1. Konsultasi, yaitu pimpinan menanyakan opini dan gagasan bawahan, kemudian pemimpin mengambil keputusan,
  2. Keputusan bersama, yaitu pimpinan bersama-sama bawahan mengambil sebuah keputusan dan keputusan tersebut menjadi keputusan final, 
  3. Pendelegsian, dimana seorang pemimpin memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada individu atau kelompok untuk mengambil sebuah keputusan.

Pada intinya kepemimpinan pertisipatif adalah kepemimpinan yang selalu melibatkan seluruh elemen organisasi dalam mengambil kebijakan organisasi. Titik tekannya hanya kepada penggunaan patisipasi mereka, pemimpin hanya akan menjadi seseorang yang melegalkan apa yang menjadi keputusan semua pihak. 


Kepemimpinan partisipatif dapat dipandang sebagai suatu jenis prilaku yang berbeda, meskipun dapat digunakan bersama-sama untuk melaksanakan tugas khusus dan menunjukkan perilaku hubungan antara pemimpin dan bawahan. Sebagai contoh, berdiskusi dengan karyawan untuk merancang sistem waktu yang fleksibel, dapat menghasilkan perencanaan jadwal kerja yang lebih baik dan dapat sebagai tanda perhatian pemimpin atas kebutuhan karyawannya.


Kepemimpinan partisipatif menyangkut baik pendekatan kekuasaan maupun perilaku kepemimpinan. Kepemimpinan, menyangkut aspek-aspek kekuasaan seperti 
  • bersama-sama menanggung kekuasaan (power sharing), 
  • pemberian kekuasaan  (empowering) 
  • proses-proses yang saling mempengaruhi secara timbal balik 
  • prosedur-prosedur spesifik yang digunakan untuk berkonsultasi dengan orang lain, untuk memperoleh gagasan dan saran-saran, serta perilaku spesifik yang digunakan untuk pendelegasian kekuasaan.

Jenis partisipasi
 
Salah satu bentuk kepemimpinan partisipatif adalah dengan melibatkan orang lain dalam pembuatan keputusan. Meskipun para ahli masih belum bersepakat tentang prosedur-prosedur untuk mengambil suatu keputusan, tetapi secara garis besar para ahli menyatakan bahwa terdapat empat prosedur (cara)  pengambilan keputusan, yaitu:

  1. Keputusan otokratis.
    Manajer membuat keputusan sendiri tanpa menanyakan pendapat atau saran karyawan, dan karyawan tidak memiliki pengaruh langsung pada keputusan, atau dengan kata lain tidak ada partisipasi dari karyawan.


    Pada pengambilan keputusan secara otokratis, terdapat dua peran yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin,
    • pertama, pemimpin hanya semata-mata mengumumkan keputusan aoutokratis (gaya “memberitahu”), 
    • kedua, pemimpin menggunakan taktik pengaruh seperti persuasi rasional (gaya ’menjual’)

  2. Konsultasi.
    Manajer menanyakan ide, gagasan atau pendapat pada karyawan, kemudian membuat keputusan sendiri setelah dengan serius mempertimbangkan saran dan perhatian karyawan.

    Pada pengambilan keputusan dengan cara konsultasi, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan sang pemimpin,
    • Pemimpin menunjukkan sebuah keputusan yang telah dibuat sebelumnya tanpa konsultasi sebelumnya, tetapi bersedia melakukan modifikasi, jika ada keberatan atau saran yang bagus. 
    • Pemimpin menunjukkan proposal sementara dan secara aktif mendorong karyawan untuk memberikan saran demi perbaikan proposal tersebut. 
    • Pemimpin menyajikan sebuah masalah dan meminta karyawan untuk berpartisipasi dalam mendiagnosanya dan mengembangkan penyelesaiannya, tetapi membuat keputusan akhir sendiri

  3. Keputusan bersama.
    Manajer bertemu dengan karyawan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi dan membuat keputusan bersama. Di sini partisipasi Manajer dan karyawan dapat dikatakan sama, dalam pengambilan keputusan akhir.
  4. Pendelegasian.
    Manajer memberikan otoritas dan tanggung jawab untuk membuat keputusan pada seseorang atau kelompok karyawan. Manajer biasanya hanya menentukan batas pembuatan keputusan final, dan persetujuan awal tidak selalu diperlukan sebelum keputusan diimplementasikan.
Pada Kepemimpinan Partisipatif, terkadang yang terlihat adalah bahwa partisipasi tersebut hanyalah pura-pura belaka. Misalnya seorang manajer mengumpulkan ide dan saran dari pihak lain, tetapi mengabaikannya, ketika membuat keputusan. Sebaliknya, manajer meminta bawahannya untuk membuat keputusan, namun dilakukan sedemikian rupa, sehingga bawahan takut menunjukkan inisiatif atau pendapat yang berbeda dari pilihan yang menurut pengetahuan karyawan lebih disukai atasannya.

Perilaku manajer, sebenarnya jarang yang benar-benar menerapkan prosedur pengambilan keputusan secara ideal. Banyak diantara mereka, biasanya justru melakukan konsultasi secara informal terlebih dahulu, saat mereka berulang kali berinteraksi dengan orang lain.


Perilaku manajer dalam pengambilan keputusan, sebenarnya seringkali melibatkan campuran elemen dari prosedur-prosedur pengambilan keputusan, seperti konsultasi mengenai diagnosis masalah, tetapi saat menentukan pilihan akhir dari berbagai alternatif solusi-solusi yang ada, ia memutuskannya sendiri. Atau, ia mengkonsultasikan pilihan akhir atas solusi-solusi yang telah ditetapkannya sendiri, sebelumnya. 

Perilaku partisipatif memiliki kualitas yang sangat dinamis dan dapat berubah seiring waktu. Sebagai contoh, perilaku yang sebelumnya merupakan konsultasi, dapat berubah menjadi keputusan bersama ketika bawahan menyetujui pilihan atasannya. 

Manfaat potensial dari partisipasi

 
Kepemimpinan partisipatif, potensial memberikan beberapa manfaat, meskipun besarnya manfaat tersebut sangat tergantung kepada :

  • siapa partisipannya, misalnya atasan, bawahan, kerabat atau pihak luar.
  • besar atau banyaknya pengaruh yang dimiliki para partisipan,
  • aspek-aspek lain dari situasi keputusan. 

Manfaat, yang potensial akan diperoleh dari kepemimpinan partisipatif adalah :
  • kualitas keputusan yang diambil, biasanya lebih baik, bila para peserta mempunyai informasi dan pengetahuan yang tidak dipunyai sang pemimpin 
  • bersedia untuk kerjasama dalam mencari suatu pemecahan yang baik, untuk suatu masalah keputusan
  • keputusan yang diambil, biasanya lebih dapat diterima oleh para partisipan, 
  • peluang untuk memperoleh suatu pengaruh terhadap sebuah keputusan, biasanya akan meningkatkan komitmen dalam hal tersebut
  • kepuasan terhadap proses pengambilan keputusan, biasanya juga lebih tinggi, 
  • menumbuhkan dan mengembangan keahlian dalam pengambilan keputusan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan cenderung akan meningkatkan kualitas keputusan, ketika partisipan memiliki informasi dan pengetahuan yang tidak dimiliki atasannya dan bersedia bekerja sama dalam menemukan solusi yang baik untuk masalah yang dihadapi. 

Kerjasama dan berbagi pengetahuan akan tergantung pada seberapa jauh partisipan mempercayai pemimpinnya dan memandang proses pengambilan keputusan yang dilakukan sah dan bermanfaat. Jika partisipan dan pemimpin mempunyai tujuan yang berbeda, partisipasi, justru akan cenderung menurunkan kualitas keputusan. Meskipun dengan kerjasama tinggi, tidak ada jaminan bahwa partisipasi akan menghasilkan keputusan yang lebih baik. 

Proses pengambilan keputusan yang dipilih oleh satu kelompok, merupakan salah satu faktor penting, apakah para anggota kelompok, mampu mencapai kata sepakat atau tidak. Selain itu, proses pengambilan keputusan, juga sangat menentukan, sampai batas mana keahlian dan pengetahuan anggotanya, diperhitungkan. Ketika anggota organisasi memiliki persepsi masalah yang berbeda atau prioritas akan hasil yang berbeda, maka akan sulit untuk memperoleh keputusan dengan kualitas yang baik. Kelompok bisa gagal mencapai persetujuan atau, justru akan menyelesaikannya dengan kompromi-kompromi yang jelek. 

Akhirnya, aspek-aspek lain dari situasi saat pengambilan keputusan seperti tekanan waktu, jumlah partisipan, dan kebijakan-kebijakan formal, dapat membuat beberapa bentuk partisipasi menjadi tidak praktis.

Orang yang memiliki pengaruh cukup besar dalam proses pengambilan keputusan cenderung berpersepsi bahwa keputusan yang diambil adalah keputusannya sendiri. Perasaan memiliki ini akan meningkatkan motivasi orang tersebut untuk mengimplementasikannya dengan baik. Partisipasi juga memberikan pengertian yang lebih mendalam mengenai sifat masalah keputusan dan alasan sebuah alternatif tertentu dipilih atau ditolak. Dalam hal ini, partisipan akan lebih memahami pengaruh keputusan yang diambil terhadap partisipan, yang pada akhirnya dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan yang mungkin terjadi. Apabila hal yang tidak diinginkan terjadi, partisipan cenderung berusaha untuk bersama-sama mencari solusi terbaik dari masalah yang dihadapi.

Kesempatan menyatakan pendapat dan pilihan sebelum keputusan dibuat, dapat memiliki pengaruh yang menguntungkan tanpa memandang seberapa besar pengaruh dari pendapat tersebut terhadap hasil akhir. Manusia cenderung merasa diperlakukan dengan hormat apabila diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat dan pilihan mengenai keputusan yang akan mempengaruhinya, dan manusia tersebut akan menjadi lebih puas dengan proses pengambilan keputusan yang dilakukan.


Pengalaman, sangat membantu dalam membuat keputusan yang kompleks, dan dapat digunakan untuk mengembangkan keahlian dan keyakinan diri partisipan. Besarnya manfaat yang diperoleh ini, tergantung atas besarnya keterlibatan partisipan dalam proses diagnosa sumber masalah, menghasilkan solusi yang memungkinkan, mengevaluasi solusi yang ada untuk mencari solusi terbaik, dan merencanakan cara implementasinya. 


Partisipan yang terlibat dalam keseluruhan proses, akan dapat belajar lebih banyak dibanding partisipan yang hanya memiliki kontribusi pada satu aspek saja.

Berikut adalah beberapa pedoman yang dapat digunakan pada kepemimpinan partisipatif:
  1. Evaluasi tentang pentingnya suatu keputusan
  2. Identifikasi orang-orang yang mempunyai pengetahuan atau keahlian yang relevan
  3. Evaluasi kemungkinan kerjasama dari para peserta
  4. Evaluasi kemungkinan penerimaan karyawan, jika tanpa partisipasi
  5. Evaluasi kelayakan (feasible) untuk mengadakan sebuah pertemuan
Beberapa pedoman untuk mendorong lebih banyak partisipasi antara lain meliputi:

  1. Konsultasi dengan orang-orang sebelum membuat perubahan
  2. Jelaskan bahwa sebuah usulan bersifat sementara
  3. Catat gagasan-gagasan dan saran-saran
  4. Carilah cara-cara untuk membangun gagasan-gagasan dan saran-saran
  5. Berbicaralah secara taktis dalam keprihatinan untuk menjadi saran
  6. Dengarkanlah pandangan-pandangan orang yang menolak tanpa menjadi defensive
  7. Coba untuk menggunakan saran dan hadapi keprihatinan
  8. Perlihatkan penghargaan terhadap saran-saran

Thursday 23 May 2013

Manajemen Bisnis

Manajemen bisnis adalah upaya untuk mengatur dan menjalankan sebuah usaha bisnis secara menyeluruh dan profesional, untuk mencapai tujuan bisnis yang diinginkan. Manajemen bisnis dibutuhkan dalam rangka tercapainya sebuah tujuan usaha bisnis, baik dari aspek profit maupun tujuan lainnya sesuai yang diinginkan oleh pihak pengelola bisnis.

Manfaat dari Manajemen Bisnis adalah agar sebuah usaha tidak sembarangan, mampu melakukan perencanaan, mencapai target-target yang diinginkan serta dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan dan resiko dari sebuah usaha bisnis. 

Sebuah langkah profesional yang dilakukan sebelum merancang sebuah manajemen bisnis biasanya dilakukan dengan membuat sebuah rancangan global sebuah bisnis atau yang dikenal dengan business plan.
Business plan menyangkut bagaimana manajemen bisnis serta perencanaannya dari berbagai aspek, diantaranya adalah manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen finansial dan sebagainya. 

Melalui sebuah business yang mantap, biasanya sebuah usaha akan meyakinkan untuk dikelola secara maksimal.

Usaha bisnis dengan skala kecil pun diperlukan sebuah upaya manajemen bisnis yang baik, hanya berbeda pada ukuran skala saja serta pengerjaannya yang lebih sederhana dan bisa dikerjakan rangkap oleh satu atau dua orang dari pengelola bisnis tersebut.
Beberapa hal yang menjadi patokan utama manajemen bisnis diantaranya adalah beberapa hal berikut ini:

1. Manajemen produksi

Manajemen produksi merupakan pengaturan dan perencanaan terkait ketersediaan bahan baku maupun bahan jadi yang siap dipasarkan pada sebuah perusahaan bisnis. Manajemen bisnis di bidang produksi menyangkut bagaimana proses produksi itu bisa berlangsung dengan baik sehingga mampu menghasilkan produk atau layanan yang diminati oleh konsumen.


2. Manajemen pemasaran

Manajemen bisnis di bidang pemasaran menyangkut segala bentuk perencanaan, bentuk, target serta tujuan dan hasil dari sebuah proses marketing atau pemasaran. Penjualan yang meningkat dan upaya untuk memperkenalkan produk kepada konsumen merupakan target utama dari sebuah manajemen pemasaran.

Tanpa adanya sebuah manajemen pemasaran yang baik, maka sebuah perusahaan akan mengalami kondisi sulit dalam hal pemasukan atau income yang diperoleh. Pemasaran memegang peran vital terhadap eksistensi sebuah perusahaan. Produk atau jasa yang kurang bermutu pun akan bisa terjual laris apabila perusahaan Anda memiliki seorang manajer pemasaran yang handal. Kreatifitas dan inovasi perlu dijalankan dalam merancang sebuah manajemen bisnis di bidang pemasaran.

3. Manajemen distribusi

Manajemen bisnis di bidang distribusi memegang peran mendukung manajemen pemasaran. Meskipun pemasaran telah berjalan dengan baik, namun apabila manajemen distribusi mengalami hambatan, maka marketing juga akan terganggu. Proses penyaluran barang produksi atau layanan jasa kepada konsumen sangat ditentukan oleh bagaimana pola manajemen distribusi tersebut dirancang oleh sebuah perusahaan.


4. Manajemen Finansial 

Manajemen finansial di dalam sebuah usaha bisnis menyangkut transparansi dan pengelolaan sirkulasi keuangan sebuah perusahaan. Manajemen keuangan menyangkut bagaimana keuangan perusahaan mampu dibagikan sesuai dengan anggaran yang dimiliki. 

Tanpa adanya sebuah manajemen bisnis yang baik di bidang keuangan, maka biasanya perusahaan tidak mendapatkan data keuangan yang jelas. Hal ini biasa dialami oleh para pengelola bisnis kecil yang masih amatiran, dimana manajemen keuangan jarang diperhatikan sehingga untung atau ruginya saja sebuah usaha bisnis sulit ditentukan.

Beberapa bentuk manajemen bisnis di atas sangat penting diperhatikan oleh para pengelola usaha bisnis yang ingin sukses dalam menjalankan sebuah bisnis usaha. Tanpa adanya sebuah manajemen yang baik, maka mustahil sebuah perusahaan akan mampu berjalan dengan baik seperti yang menjadi harapan pemiliknya.

Tuesday 21 May 2013

Biaya



Biaya adalah semua pengeluaran yang dapat diukur dengan uang, baik yang telah, sedang dan yang akan dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Biaya merupakan salah satu faktor kunci untuk menentukan keberhasilan perusahaan dalam menjalankan usahanya. Hal ini disebabkan biaya sangat menentukan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.


Ilmu yang mempelajari masalah-masalah biaya adalah Akuntansi Biaya. Akuntansi biaya pada perusahaan berhubungan dengan tugas-tugas : mencatat, mengklasifikasikan, menginterprestasikan, menyajikan dan mengendalikan biaya dari proses produksi.

Biaya dapat digolongkan berdasarkan sudut tinjauan, antara lain :

1. Menurut perubahan dalam volume produksi 
  • Biaya tetap : biaya yang tidak tergantung pada volume produksi
  • Biaya variabel : biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi
 
2. Menurut keterlibatan biaya dalam pembuatan produk : 
  • Biaya bahan langsung : biaya yang timbul dari pemakaian semua bahan-bahan yang menjadi bagian dari produk jadi.

  • Biaya buruh langsung : biaya yang dikeluarkan untuk pekerja yang ikut terlibat dalam kegiatan proses produksi
  • Biaya tak langsung pabrik : biaya yang terjadi dipabrik.
    Biaya ini terdiri dari :
    • Biaya bahan tak langsung : biaya dari semua bahan-bahan yang tidak menjadi bagian dari suatu produk, tetapi diperlukan dalam pengolahan bahan menjadi barang.
      Contoh : pengelasan pada pembuatan mobil.

    • Biaya buruh tak langsung : biaya yang dikeluarkan untuk pekerja yang ada dipabrik, tetapi tidak langsung dalam proses pembuatan suatu produk.
      Contoh : gaji untuk pekerja bagian perawatan mesin.

  • Biaya komersial : biaya tak langsung yang tidak terjadi di pabrik.
    Biaya ini terdiri dari :

    • Biaya penjualan : pengeluaran yang dilakukan dalam rangka kegiatan penjualan suatu produk.
    • Biaya administrasi : pengeluaran yang dilakukan untuk mendukung kegiatan-kegiatan pabrik.