Komponen Komunikasi
- Lingkungan Komunikasi
- Sumber - Penerima
- Enkoding-Dekoding
- Kompetensi Komunikasi
- Pesan
- Saluran
- Umpan Balik
- Gangguan
- Efek Komunikasi
A. Lingkungan komunikasi
Lingkungan komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:
- Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata
atau berwujud.
- Sosial-psikoilogis, meliputi,
misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang
dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi.
Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan,
formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,
- Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah
dimana komunikasi berlangsung.
Ketiga dimensi
lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi
oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat
mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang
kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan
untuk makan malam (dimensi fisik).
Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses
komunikasi tidak pernah statis.
B. Sumber-Penerima
Kita menggunakan
istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk
menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber
(atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan,
ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima
pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda
mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri
(anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat
banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain
(secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman).
Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan
tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan
sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda
menjalankan fungsi penerima.
C. Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu
komunikasi, kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau
menulis) sebagai enkoding (encoding).
Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas
selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu.
Jadi, kita melakukan enkoding.
Kita menamai
tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan
menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan,
anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.
Oleh karenanya kita
menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder
(encoder), dan pendengar atau
pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya
sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang
tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini
secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan
dari pendengar (dekoding).
D. Kompetensi Komunikasi
Kompetensi
komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif
(Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan
tentang peran lingkungan (konteks)
dalam mempengaruhi kandungan (content)
dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin
layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi
mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan
tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang
keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.
Dengan meningkatkan
kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak
anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin
banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses
ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata
anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin
banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.
E. Pesan
Pesan komunikasi
dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui
salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya
kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal
(lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga
berkomunikasi secara nonverbal (tanpa
kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita
berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan.
tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan
komunikasi.
F. Saluran
Saluran komunikasi
adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui
hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda
secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan
mendengarkan (saluran suara), tetapi
kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan
dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori).
Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).
G. Umpan
Balik
Umpan balik adalah
informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari
anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda
panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah
adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara
berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya,
anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda
katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.
Selain umpan balik
sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat
datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau
gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk
umpan balik.
H. Gangguan
Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi
yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan
sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem
komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang
diterima.
Gangguan ini dapat
berupa gangguan fisik (ada orang
lain berbicara), psikologis (pemikiran
yang sudah ada di kepala kita), atau semantik
(salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan
ini secara lebih rinci.
Macam
|
Definsi
|
Contoh
|
Fisik
|
Interferensi
dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain
|
Desingan mobil
yang lewat, dengungan komputer, kacamata
|
Psikollogis
|
Interferensi kognitif atau mental
|
Prasangka dan
bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit
|
Semantik
|
Pembicaraan dan
pendengar memberi arti yang berlainan
|
Orang berbicara
dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu
rumit yang tidak dipahami pendengar
|
Gangguan dalam
komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan
walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi
gangguan dan dampaknya.
Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan
mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan
mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara
untuk menanggulangi gangguan.
I. Efek
Komunikasi
Komunikasi selalu
mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam
tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi.
Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana
menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek
atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin
memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda;
ini adalah dampak afektif. Ketiga,
anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan
bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini
adalah dampak atau efek psikomotorik.
J. Etik dan
Kebebasan Memilih
Karena komunikasi
mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung
konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak
seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi
yang etis sulit dirumuskan.
Seringkali kita dapat mengamati dampak komunikasi, dan
berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif.
Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak
komunikasi.
Dimensi etik dari
komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup
pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi
setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian
integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal
komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga
oleh apa yang kita anggap efektif.
Apakah komunikasi
itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta
asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin
kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar
pemilihan yang akurat. Komunikasi
dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan
menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam
menentukan pilihan.
Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah
komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal
tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan
dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja
membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong
anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika
saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).
Dalam etik yang
didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Kita
mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi
mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya,
kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi mereka tidak akan
menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5
atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu
mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus
ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang
menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan
keputusan tertentu bagi mereka.
Di samping itu, situasi
lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai
contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan
nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari
pagi, bukan tidur. Dengan menjadi tentara, seseorang setidak-tidaknya harus
melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya,
kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk
menentukan pilihan mereka sendiri.
Kita tidak bisa
membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan
memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian untuk menikmati
kebebasan memilih mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman
dalam rumah mereka.
Tujuan Komunikasi
Ada empat tujuan
atau motif komunikasi. Motif atau tujuan ini
tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat
menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak,
dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi
berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja
dengan komputer, misalnya), tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama,
bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan
datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984).
A. Menemukan
Salah satu tujuan
utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal
discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai
diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda
sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri
sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam
perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.
Dengan berbicara
tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang
berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan
seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh
berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa
"normal."
Cara lain di mana
kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui
perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita
dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar
dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.
Dengan
berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri
orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita
untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia
lain.
Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk
mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah
kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang
kita peroleh dari media ini berinteraksi
dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan
banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya
mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber
ini.
B. Untuk
berhubungan
Salah satu motivasi
kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita
ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan
menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita
untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman
dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda
berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda
berinteraksi dengan mitra kerja.
C. Untuk
meyakinkan
Media masa ada
sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita.
Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong
kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak
sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak
lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di
suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan,
pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi.
Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi
antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima.
Dalam perjumpaan
antarpribadi sehari-hari, kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain.
Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru,
membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah
tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam
gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit
saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau
perilaku.
D. Untuk
bermain
Kita menggunakan
banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita
mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk
hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk
menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan
mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini
merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai
tujuan-tujuan lain.
Tentu saja, tujuan
komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi
keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan tujuan-tujuan yang
utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu
faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap
komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu
tujuan.
Prinsip-prinsip
komunikasi
Terdapat delapan prinsip komunikasi. Delapan
prinsip-prinsip komunikasi ini sangat penting untuk memahami komunikasi dalam segala
bentuk, sifat, hakikat, karakteristik dan fungsi komunikasi.
1. Komunikasi
Adalah Paket Isyarat
Perilaku
komunikasi, apakah ini melibatkan pesan verbal, isyarat tubuh, atau kombinasi
dari keduanya, biasanya terjadi dalam "paket". Biasanya, perilaku
verbal dan nonverbal saling memperkuat dan mendukung. Semua bagian dari sistem
pesan, biasanya bekerja bersama-sama untuk mengkomunikasikan makna tertentu.
Kita tidak mengutarakan rasa takut dengan kata-kata, sementara seluruh tubuh
kita bersikap santai. Kita tidak mengungkapkan rasa marah sambil tersenyum.
Seluruh tubuh—baik secara verbal maupun nonverbal—bekerja bersama-sama untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan kita.
Dalam segala bentuk
komunikasi, apakah antarpribadi, kelompok kecil, pidato di muka umum, atau
media masa, kita kurang memperhatikan sifat paket dari komunikasi. Ia berlalu
begitu saja. Tetapi bila ada ketidakwajaran---bila jabatan tangan yang lemah
menyertai salam verbal, bila gerak-gerik gugup menyertai pandangan yang tajam,
bila kegelisahan menyertai ekspresi nyaman dan santai—kita memperhatikannya.
Selalu saja kita mulai mempertanyakan ketulusan, dan kejujuran orang yang
bersangkutan.
Pesan yang
Kontradiktif
Bayangkanlah
seseorang yang mengatakan "Saya begitu senang bertemu dengan anda,"
tetapi. berusaha menghindari kontak mata langsung dan melihat kesana-kemari
untuk mengetahui siapa lagi yang hadir. Orang ini mengirimkan pesan yang
kontradiktif. Kita menyaksikan pesan yang kontradiktif (juga dinamai "pesan
berbaur" oleh beberapa penulis) pada pasangan yang mengatakan
bahwa mereka saling mencintai tetapi secara nonverbal melakukan hal-hal yang
saling menyakiti, misalnya datang terlambat untuk suatu janji penting, mengenakan
pakaian yang tidak disukai pasangannya, menghindari kontak mata, atau tidak
saling menyentuh.
Pesan-pesan
tersebut ada juga yang mengatakan sebagai "diskordansi" (discordance) merupakan akibat dari
keinginan untuk mengkomunikasikan dua emosi atas perasaan yang berbeda. Sebagai
contoh, anda mungkin menyukai seseorang dan ingin mengkomunikasikan perasaan
positif ini, tetapi anda juga tidak menyukai orang itu dan ingin
mengkomunikasikan perasaan negatif ini juga. Hasilnya adalah anda
mengkomunikasikan kedua perasaan itu, satu secara verbal dan lainnya secara
nonverbal.
2. Komunikasi Adalah Proses
Penyesuaian
Komunikasi hanya
dapat terjadi bila para komunikatornya menggunakan sistem isyarat yang sama.
Ini jelas kelihatan pada orang-orang yang menggunakan bahasa berbeda. Anda
tidak akan bisa berkomunikasi dengan orang lain jika sistem bahasa anda
berbeda. Tetapi, prinsip ini menjadi sangat relevan bila kita menyadari bahwa
tidak ada dua orang yang menggunakan sistem isyarat yang persis sama. Orang tua
dan anak, misalnya, bukan hanya memiliki perbedaan kata yang berbeda, melainkan
juga mempunyai arti yang berbeda untuk istilah yang mereka gunakan.
Sebagian dari seni
komunikasi adalah mengidentifikasikan isyarat orang lain, mengenali bagaimana
isyarat-isyarat tersebut digunakan, dan memahami apa artinya. Mereka yang
hubungannya akrab akan menyadari bahwa mengenali isyarat-isyarat orang lain
memerlukan waktu yang sangat lama dan seringkali membutuhkan kesabaran. Jika
kita ingin benar-benar memahami apa yang dimaksud seseorang, bukan sekadar
mengerti apa yang dikatakan atau dilakukannya, kita harus mengenal sistem
isyarat orang itu.
3. Komunikasi
Mencakup Dimensi Isi Dan Hubungan
Komunikasi,
setidak-tidaknya sampai batas tertentu, berkaitan dengan dunia nyata atau
sesuatu yang berada di luar (bersifat ekstern bagi) pembicara dan pendengar.
Tetapi, sekaligus, komunikasi juga menyangkut hubungan di antara kedua pihak.
Sebagai contoh, seorang atasan mungkin berkata kepada bawahannya,
"Datanglah ke ruang saya setelah rapat ini." Pesan sederhana ini
mempunyai aspek isi (kandungan, atau content)
dan aspek hubungan (relational).
Aspek isi mengacu
pada tanggapan perilaku yang diharapkan—yaitu, bawahan menemui atasan setelah
rapat. Aspek hubungan menunjukkan bagaimana komunikasi dilakukan. Bahkan
penggunaan kalimat perintah yang sederhana sudah menunjukkan adanya perbedaan
status di antara kedua pihak Atasan dapat memerintah bawahan. Ini barangkali
akan lebih jelas terlihat bila kita membayangkan seorang bawahan memberi perintah
kepada atasannya. Hal ini akan terasa janggal dan tidak layak karena melanggar
hubungan normal antara atasan dan bawahan.
Dalam setiap
situasi komunikasi, dimensi isi mungkin tetap sama tetapi aspek hubungannya
dapat berbeda, atau aspek hubungan tetap sama sedangkan isinya berbeda. Sebagai
contoh, atasan dapat mengatakan kepada bawahan "Sebaiknya anda menjumpai
saya setelah rapat ini" atau "Dapatkah kita bertemu setelah rapat
ini?" Dalam kedua hal, isi pesan pada dasarnya sama—artinya, pesan dikomunikasikan
untuk mendapatkan tanggapan perilaku yang sama—tetapi dimensi hubungannya
sangat berbeda. Dal kalimat pertama, jelas tampak hubungan atasan-bawahan,
bahkan terasa kesan merendahkan bawahan. Pada yang kedua, atasan mengisyaratkan
hubungan yang lebih setara dan memperlihatkan penghargaan kepada bawahan.
Ketidakmampuan
Membedakan Dimensi Isi dan Hubungan
Banyak masalah di
antara manusia disebabkan oleh ketidakmampuan mereka mengenali perbedaan antara
dimensi isi dan hubungan dalam komunikasi. Perbedaan/perselisihan yang
menyangkut dimensi isi relatif mudah dipecahkan: Relatif mudah untuk memeriksa
fakta yang dipertengkarkan. Sebagai contoh, kita dapat memeriksa buku atau
bertanya kepada seseorang tentang apa yang sesungguhnya terjadi. Tetapi, pertengkaran
yang menyangkut dimensi hubungan jauh lebih sulit diselesaikan, sebagian karena
kita jarang sekali mau mengakui bahwa per tengkaran itu sesungguhnya menyangkut
soal hubungan, bukan soal isi.
4. Komunikasi
Melibatkan Transaksi Simetris dan Komplementer
Hubungan dapat
berbentuk simetris atau komplementer. Dalam hubungan simetris dua orang saling
bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada perilaku
yang lainnya. Jika salah seorang mengangguk, yang lain mengangguk, jika yang
satu menampakkan rasa cemburu, yang lain memperlihatkan rasa cemburu; jika yang
satu pasif, yang lain pasif. Hubungan ini bersifat setara (sebanding), dengan
penekanan pada meminimalkan perbedaan di antara kedua orang yang bersangkutan.
Cara lain melihat
hubungan simetris adalah dalam bentuk persaingan dan perebutan pengaruh di
antara dua orang. Masing-masing orang dalam hubungan simetris perlu menegaskan
kesebandingan atau keunggulannya dibanding yang lain. Hubungan simetris
bersifat kompetitif; masing-masing pihak berusaha mempertahankan kesetaraan
atau keunggulannya dari yang lain.
Jika, misalnya, salah satu pihak mengatakan
bahwa sesuatu itu harus dilakukan dengan cara tertentu, pihak yang lain akan
menangkapnya sebagai pernyataan bahwa ia tidak cukup kompeten untuk memutuskan
bagaimana sesuatu itu harus dilakukan. Terjadilah perebutan pengaruh. Tentu
saja, kericuhan ini sebenarnya tidak menyangkut tentang bagaimana sesuatu itu
harus dilakukan. Kericuhan lebih menyangkut tentang siapa yang berhak
memutuskan. Kericuhan ini lebih menyangkut siapa pihak yang lebih kompeten.
Seperti dapat dengan mudah dipahami, tuntutan pengakuan akan kesetaraan (atau
keunggulan) seringkali menimbulkan pertengkaran dan permusuhan.
Dalam hubungan komplementer kedua pihak mempunyai perilaku
yang berbeda. Perilaku salah seorang berfungsi sebagai stimulus perilaku
komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer perbedaan di antara
kedua pihak dimaksimumkan. Orang menempati posisi yang berbeda; yang satu
atasan, yang lain bawahan; yang satu aktif, yang lain pasif; yang satu kuat,
yang lain lemah . Pada masanya, budaya membentuk hubungan seperti ini
—misalnya, hubungan antara guru dan murid, atau antara atasan dan bawahan—.
Walaupun hubungan komplementer umumnya produktif di mana perilaku salah satu
mitra melengkapi atau menguatkan perilaku yang lain, masih ada masalah. Salah
satu masalah dalam hubungan komplementer, yang dikenal baik oleh banyak
mahasiswa, adalah yang disebabkan oleh kekakuan yang berlebihan. Sementara
hubungan komplementer antara seorang ibu yan melindungi dan membimbing dengan
anaknya yang sangat bergantung kepadanya pada suatu saat sanglt penting dan
diperlukan untuk kehidupan si anak, hubungan yang sama ketika anak ini beranjak
dewasa menjadi penghambat bagi pengembangan anak itu selanjutnya. Perubahan
yang begitu penting untuk pertumbuhan tidak dimungkinkan terjadi.
5. Rangkaian Komunikasi Dipunkuasi
Peristiwa
komunikasi merupakan transaksi yang kontinyu. Tidak ada awal dan akhir yang
jelas. Sebagai pemeran serta atau sebagai pengamat tindak komunikasi, kita
membagi proses kontinyu dan berputar ini ke dalam sebab dan akibat, atau ke
dalam stimulus dan tanggapan. Artinya, kita mensegmentasikan arus kontinyu
komunikasi ini ke dalam potongan-potongan yang lebih kecil. Kita menamai
beberapa di antaranya
sebagai sebab atau stimulus dan lainnya sebagai efek atau
tanggapan.
Setiap tindakan merangsang tindakan yang lain.
Masing-masing tindakan berfungsi sebagai stimulus bagi yang lain. Tetapi, tidak
ada stimulus awal. Masing-masing kejadian dapat dianggap sebagai stimulus dan
masing-masing kejadian dapat pula dianggap sebagai efek, tetapi tidak bisa
ditentukan mana yang stimulus dan mana yang tanggapan. Jika kita menghendaki
komunikasi efektif—jika kita ingin memahami maksud orang lain—maka kita harus
melihat rangkaian kejadian seperti yang dipunktuasi orang lain. Selanjutnya,
kita harus menyadari bahwa punktuasi kita tidaklah mencerminkan apa yang ada
dalam kenyataan, melainkan merupakan persepsi kita sendiri yang unik dan bisa
keliru.
Komunikasi
adalah proses transaksional
Komunikasi adalah transaksi. Dengan transaksi
dimaksudkan bahwa komunikasi merupakan suatu proses, hahwa komponen-komponennya
saling terkait, dan bahwa para komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai
suatu kesatuan atau keseluruhan.
Komunikasi adalah
Proses
Komunikasi
merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Walaupun kita mungkin membicarakan
komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu yang statis, yang diam, komunikasi
tidak pernah seperti itu. Segala hal dalam komunikasi selalu berubah —kita,
orang yang kita ajak berkomunikasi, dan lingkungan kita—.
Komponen-komponen
Komunikasi Saling Terkait
Dalam setiap proses
transaksi, setiap komponen berkaitan secara integral dengan setiap komponen
yang lain. Komponen komunikasi saling bergantung, tidak pernah independen:
Masing-masing komponen dalam kaitannya dengan komponen yang lain. Sebagai
contoh, tidak mungkin ada sumber tanpa penerima, tidak akan ada pesan tanpa
sumber, dan tidak akan umpan balik tanpa adanya penerima. Karena sifat saling
bergantung ini, perubahan pada sembarang komponen proses mengakibatkan
perubahan pada komponen yang lain.
Misalnya, anda sedang berbincang-bincang
dengan sekelompok teman, kemudian ibu anda datang masuk ke kelompok. Perubahan
"khalayak" ini akan menyebabkan perubahan-perubahan lain. Barangkali
anda atau teman-teman anda akan mengubah bahan pembicaraan atau mengubah cara
membicarakannya. Ini juga dapat mempengaruhi berapa sering orang tertentu
berbicara, dan seterusnya. Apa pun perubahan yang pertama, perubahan-perubahan
lain akan menyusul sebagai akibatnya.
Komunikator
bertindak sebagai satu kesatuan
Setiap orang yang
terlibat dalam komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan yang utuh.
Secara biologis kita dirancang untuk bertindak sebagai makhluk yang utuh. Kita
tidak dapat bereaksi, misalnya, hanya pada tingkat emosional atau intelektual
saja, karena kita tidak demikian terkotak-kotak. Kita pasti akan bereaksi
secara emosional dan intelektual, secara fisik dan kognitif. Kita bereaksi
dengan tubuh dan pikiran. Barangkali akibat terpenting dari karakteristik ini
adalah bahwa aksi dan reaksi kita dalam komunikasi ditentukan bukan hanya oleh
apa yang dikatakan, melainkan juga oleh cara kita menafsirkan apa yang dikatakan.
Reaksi kita terhadap sebuah film, misalnya, tidak hanya bergantung pada
kata-kata dan gambar dalam film tersebut melainkan pada semua yang ada pada
kita —pengalaman masa lalu kita, emosi kita saat itu, pengetahuan kita, keadaan
kesehatan kita, dan banyak lagi faktor lain. Jadi, dua orang yang mendengarkan
sebuah pesan seringkali menerimanya dengan arti yang sangat berbeda. Walaupun
kata-kata dan simbol yang digunakan sama, setiap orang menafsirkannya secara
berbeda.
6. Komunikasi
Tak Terhindarkan
Anda mungkin
menganggap bahwa komunikasi berlangsung secara sengaja, bertujuan, dan
termotivasi secara sadar. Dalam banyak hal ini memang demikian. Tetapi,
seringkali pula komunikasi terjadi meskipun seseorang tidak merasa
berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi. Dalam situasi interaksi, anda
tidak bisa tidak berkomunikasi. Tidaklah berarti bahwa semua perilaku merupakan
komunikasi; misalnya, jika sang murid melihat ke luar jendela dan guru tidak
melihatnya, komunikasi tidak terjadi.
Selanjutnya, bila
kita dalam situasi interaksi, kita tidak bisa tidak menanggapi pesan dari orang
lain. misalnya, jika kita melihat seseorang melirik ke arah kita, kita pasti
bereaksi dengan cara tertentu. Seandainyapun kita tidak bereaksi secara aktif
atau secara terbuka, ketiadaan reaksi ini sendiri pun merupakan reaksi, dan itu
berkomunikasi. Kita tidak bisa tidak bereaksi. Sekali lagi, jika kita tidak
menyadari lirikan itu, jelas bahwa komunikasi tidak terjadi.
7. Komunikasi
Bersifat Tak Reversibel
Anda dapat membalikkan
arah proses beberapa sistem tertentu. Sebagai contoh, anda dapat mengubah air
menjadi es dan kemudian mengembalikan es menjadi air, dan anda dapat
mengulang-ulang proses dua arah ini berkali-kali sesuka anda. Proses
seperti ini dinamakan proses reversibel. Tetapi ada sistem lain yang bersifat
tak reversibel (irreversible). Prosesnya
hanya bisa berjalan dalam satu arah, tidak bisa dibalik. Anda, misalnya, dapat
mengubah buah anggur menjadi minuman anggur (sari anggur), tetapi anda tidak
bisa mengembalikan sari anggur menjadi buah anggur. Komunikasi termasuk proses
seperti ini, proses tak reversibel.
Sekali anda mengkomunikasikan sesuatu, anda
tidak bisa tidak mengkomunikasikannya. Tentu saja, anda dapat berusaha
mengurangi dampak dari pesan yang sudah terlanjur anda sampaikan; anda dapat
saja, misalnya, mengatakan, "Saya sangat marah waktu itu; saya tidak
benar-benar bermaksud mengatakan seperti itu." Tetapi apa pun yang anda
lakukan untuk mengurangi atau meniadakan dampak dari pesan anda, pesan itu sendiri,
sekali telah dikirimkan dan diterima, tidak bisa dibalikkan. (Ada pepatah
Indonesia yang mengatakan, nasi telah menjadi bubur.)
Prinsip ini
mempunyai beberapa implikasi penting komunikasi dalam segala macam bentuknya.
Sebagai contoh, dalam interaksi antarpribadi, khususnya dalam situasi konflik,
kita perlu hati-hati untuk tidak mengucapkan sesuatu yang mungkin nantinya
ingin kita tarik kembali. Pesan yang mengandung komitmen—pesan "aku cinta
kepadamu" dengan segala macam variasinya— juga perlu diperhatikao , lika
tidak, kita mungkin terpaksa mengikatkan diri kita pada suatu posisi yang
mungkin nantinya kitt sesali. Dalam situasi komunikasi publik atau komunikasi
masa, di mana pesan-pesan didengar oleli ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang,
sangatlah penting kita menyadari bahwa komunikasi kita bersifat tak reversibel.
Persepsi
dalam konteks komunikasi
Proses Persepsi
Persepsi bersifat
kompleks. Tidak ada hubungan satu lawan satu antara pesan yang terjadi di
"luar sana" dengan pesan yang akhirnya memasuki otak kita. Apa yang
terjadi di dunia luar dapat sangat berbeda dengan apa yang mencapai otak kita
Mempelajari bagaimana dan mengapa pesan-pesan ini berbeda sangat penting untuk
memahami komunikasi.
1. Terjadinya
Stimulasi Alat Indra (Sensory Stimulation)
Pada tahap pertama
alat-alat indra distimulasi (dirangsang): Kita mendengar suara musik. Kita
melihat seseorang yang sudah lama tidak kita jumpai. Kita mencium parfum orang
yang berdekatan dengan kita, Kita mencicipi sepotong kue. Kita merasakan
telapak tangan yang berkeringat ketika berjabat tangan.
2. Stimulasi
terhadap Alat Indra Diatur
Pada tahap kedua,
rangsangan terhadap alat indra diatur berbagai prinsip. (makalah persepsi)
3. Stimulasi
Alat Indra Ditafsirkan-Dievaluasi
Tahap ketiga dalam
proses perseptual adalah penafsiran-evaluasi. Kita menggabungkan kedua istilah
ini ini untuk menegaskan bahwa keduanya tidak bisa dipisahkan. Langkah ketiga
ini merupakan proses subyektif yang melibatkan evaluasi di pihak penerima.
Penafsiran-evaluasi kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar,
melainkan juga sangat dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan,
keinginan, sistem nilai, keyakinan tentang yang seharusnya, keadaan fisik, dan
emosi pada saat itu, dan sebagainya yang ada pada kita.
Perbedaan
individual ini janganlah sampai membutakan kita akan validitas beberapa
generalisasi tentang persepsi. Meskipun generalisasii ini belum tentu berlaku
untuk seseorang tertentu, tampaknya ia berlaku untuk sebagian cukup besar
orang.
Proses Yang Mempengaruhi Persepsi
Antara kejadian
stimulasi dengan evaluasi atau penafsiran terhadap stimulasi, persepsi
dipengaruhi oleh berbagai proses psikologis penting. Diantarannya
: teori kepribadian implisit (implicit personality theory), ramalan
yang terpenuhi dengan sendirinya (self-fulfilling prophecy), aksentuasi
perseptual (perceptual accentuation), primasi-resensi (primacy-recency),
konsistensi (consistency), dan stereotiping (stereotyping).
a. Teori
Kepribadian Implisit
Bacalah pernyataan
singkat berikut. Tandailah karakteristik dalam tanda kurung yang kelihatannya
paling cocok untuk melengkapi kalimat tersebut:
Agus bergairah,
memiliki rasa ingin tahu yang besar, dan (cerdas, kurang cerdas)
Dewi berani, tegar,
dan (ekstrovert, introvert)
Sitha periang,
lincah, dan (langsing, gemuk)
Hari ramah, posiif,
dan (menarik, tidakm menarik)
Kata-kata tertentu
tampaknya benar dan lainnya kelihatannya salah. Yang membuatnya kelihatannya
salah dan kelihatan benar adalah teori kepribadian imlisit. Sistem
aturan yang mengatakan kepada kity mana karakteistik yang sesuai untuk
karakteristik yang lain.
Kebanyakan teori
orang mengatakan bahwa seseorang yang bergairah dan mempunyai rasa ingin tahu
yang besar pasti juga cerdas. Tentu saja tidak ada alasan logis untuk
mengatakan bahwa orang yang tidak cerdas tidak bergairah dan tidak mempunvai
rasa ingin tahu yang besar.
"Efek halo" yang banyak dikenal
merupakan fungsi dari teori kepribadian implisit kita. Jika kita percaya bahwa
seseorang memiliki sejumlah kualitas positif, kita menyimpulkan bahwa ia juga memiliki kualitas positif yang lain. "Efek halo terhalik" juga ada. Jika kita tahu bahwa seseorang
memiliki sejumlah kualitas negatif, kita cenderung menyimpulkan bahwa orang itu
memiliki kualitas negatif yang lain.
Hambatan Potensial
Mempersepsikan
kualitas-kualitaa dalam diri seorang yang menurut "teori" seharusnya
dimilikinya, padahal kenyataannya tidak demikian.
Mengabaikan
kualitas atau karakteristik yang tidak sesuai dengan teori ita.
Penggunaan teori
kepribadian implisit ini, bersama dengan efek halo dan efek halo terbalik
seringkali membawa kita pada ramalan yang terpenuhi dengan sendirinnya.
b. Ramalan yang Terpenuhi dengan Sendirinya
Ramalan yang
terpenuhi dengan sendirinya terjadi bila kita membuat perkiraan atau merumuskan
keyakinan yyang menjadi kenyataan karena kita meramalkannya dan bertindak
seakan-akan itu benar.
Ada empat langkah
dasar dalam proses ini:
- Kita membuat
prediksi atau merumuskan keyakinan tentang seseorang atau situasi.
- Kita bersikap
kepada orang atau situasi tersebut seakan-akan ramalan atau keyajkinan kita
benar.
- Karena kita bersikap demikian, maka ia menjadi kenyataan
- Kita mengamati efek
diri kita terhadap seseorang atau akibat terhadap situasi, dan apa yang kita
saksikan memperkuat keyakinan kira.
Hambatan Potensial
Mempengaruhi perilaku orang lain sehingga sesuai dengan
ramalan kita
Melihat apa yang
diramalkan ketimbang apa yang sebenarnya, misalnya. ini dapat membuat kita karena
ramalan itu kita buat, bukan karena adanya kegagalan yang aktual, menganggap
diri kita gagal.
c. Aksentuasi
Perseptual
“Tiada rotan akar
pun jadi” adalah pepatah yang banyak kita jumpai dalam komunikasi: Untuk
menjadi calon aktor, peran sekecil apapun dan seperti apa pun dalam sebuah film
adalah lebih baik ketimbang tidak mendapat peran apapun. Bayam barangkali
rasanya tidak enak tetapi bila anda lapar rasanya akan sama lezat dengan ayam
panggang.
Proses tersebut
yang dinamai aksentuasi perseptual, membuat
kita melihat apa yang kita harapkan dan kita inginkan. Kita melihat orang
yang kita sukai sebagai lebih tampan dan lebih pandai ketimbang orang yang
tidak kita sukai. Kontra argumen yang jelas adalah bahwa sebenarnya kita lebih
menyukai orang pandai dan tampan dan oleh karenanya kita mencari-cari orang
seperti ini, bukan karena orang yang kita sukai itu kelihatan tampan dan
pandai. Proses umum yang sering terjadi setiap hari. Orang yang haus melihat
bayangan air (fatamorgana).
Hambatan Potensial
Mendistorsi persepsi kita tentang realitas; membuat
kita melihat apa yang kita butuhkan atau inginkan ketimbang apa yang nyatanya
ada, dan tidak melihat apa yang tidak ingin kita lihat Misalnya, anda mungkin
tidak merasa akan gagal dalam mata kuliah komunikasi karena anda memusatkan
perhatian pada apa yang anda inginkan.
Menyaring atau
mendistorsi informasi yang mungkin merusak atau mengancam citra-diri kita dan
dengan demikian sangat mernpersulit upaya peningkatan-diri
Memandang orang
lain memiliki karakteristik atau kualitas negatif yang sebenarnya ada pada diri
kita.
Melihat dan
mengingat kualitas atau karakteristik positif lebih daripada yang negatif, dan
dengan demikian mendistorsi persepsi kita tentang orang lain
Merasakan perilaku
tertentu dari orang lain sebagai menunjukkan bahwa ia menyukai kita hanya
karena sebenarnya kita ingin disukai. Sebagai contoh, sikap bersahabat dan
ramah dari seorang wiraniaga kita terima sebagai tanda bahwa yang bersangkutan
menyukai kita, padahal sebenarnya itu hanya bagian dari strategi persuasi
tertentu.
d. Primasi-Resensi
Anggaplah sementara
bahvva anda sedang suatu mengambil mata kuliah di mana separuh kegiatan kelas
sangat membosankan dan separuh lainnya sangat menyenangkan. Pada akhir semester
anda diminta mengevaluasi mata kuliah ini dan pengajarnya. Apakah evaluasi anda
akan lebih baik jika kegiatan kelas yang membosankan terjadi selama tengah
pertama semester dan kegiatan yang
menyenangkan terjadi selama tengah kedua semester itu? Ataukah evaluasi
anda akan lebih baik jika urutannya dibalik? Jika yang muncul pertama lebih
kuat pengaruhnya, kita mengalami apa yang dinamakan efek primasi (Primacy Effect).
Jika yang muncul terakhir (atau paling baru) lebih kuat pengaruhnya kita
mengalami efek resensi (Recency Effect)
Implikasi praktis
dari efek primasi-resensi ini adalah bahwa kesan pertama yang tercipta
tampaknya paling penting. Melalui kesan pertama ini, orang lain akan menyaring
tambahan informasi untuk merumuskan gambaran tentang seseorang yang mereka
persepsikan.
Hambatan Potensial
Merumuskan gambaran
menyeluruh tentang seseorang berdasarkan kesan awal yang belum akurat. Mendistorsi
persepsi yang datang kemudian untuk tidak merusak kesan pertama kita.
e. Konsistensi
Anda mempunyai
kecenderungan yang kuat untuk menjaga keseimbangan atau konsistensi di antara
persepsi-persepsi anda. Konsistensi menggambarkan kebutuhan anda untuk
memelihara keseimbangan daintara sikap-sikap anda. Anda memperkirakan bahwa
hal-hal tertentu selalu muncul bersama-sama dan hal-hal lain akan muncul
bersama-sama.
Selanjutnya kita
berharap seseorang yang kita sukai memiliki karakteristik yang kita sukai atau
kita puja, dan kita berharap mmusuh-musuh kita tidak memiliki karakteristik
yang kita sukai atau kita puja. Sebaliknya kita berharap orang yang kita sukai
tidak memiliki sifat-sifat yang tidak menyenangkan dan orang yang tidak kita
sukai memiliki sifat-sitat yang tidak menyenangkan.
Hambatan Potensial
Mengabaikan atau
mendistorsi persepsi tentang perilaku yang tidak konsisten dengan gambaran kita
mengenai seseorang secara utuh.
Mempersepsikan
perilaku spesifik sebagai terpancar dari kualitas positif orang yang kita sukai
dan dari kualitas negatif orang yang tidak kita sukai. Oleh karenanya kita
tidak mampu melihat perilaku positif maupun negatif.
Melihat perilaku
tertentu sebagai positif jika perilaku yang lain ditafsirkan sebagai positif
(efek halo) atau sebaliknya
f. Stereotyping
Jalan pintas yang
sering digunakan dalam persepsi adalah stereotiping (stereotyping).
Stereotipe spsiologis atau psikologis adalah citra yang melekat atas sekelompok orang. Kita semua mempunyai
stereotipe tentang kelompok bangsa. kelompok agama, kelompok ras, atau
barangkali tentang kaum penjahat, kaum waria, atau guru.
Hambatan Potensial
Stereotipe dapat menimbulkan
dua hambatan utama. Kecenderungan kita untuk mengelompokkan orang ke dalam
kelas-kelas dan bereaksi terhadap seseorang terutama sebagai anggoata
kelas-kelas ini dapat membuat kita:
Mempersepsikan
orang seakan-akan memiliki kualitas-kualitas tertentu dan, karenanya tidak
mampu mengenali sifat multi aspek dari semua orang dan semua kelompok.
Mengabaikan ciri
khas yang dimilili seseorang dan karenanya tidak mampu menarik manfaat dari
konstruibusi khusus yang dapat diberikan setiap pihak dalam suatu interaksi
Membuat Persepsi Lebih Akurat
Efektifitas
komunikasi dan hubungan bergantung sebagian besar pada keakuratan kita dalam
mempersepsi suatu pesan yang muncul. Kita dapa meningkatkan akurasi kita dengan
(1) menerapkan strategi untuk mengurangi ketidakpastian, dan (2) mengikuti
beberapa pedoman atau prinsip yangh diusarankan.
Strategi Untuk Mengurangi Ketidakpastian
Asumsi umum yang
digunakan disini adalah bahwa komunikasi merupakan proses bertahap (gradual)
di mana orang saling mengurangi ketida kpastian tentang yang lain. Dengan
tiap-tiap interaksi kita semakin mengenal pihak lain dan secara
berangsur-angsur mulai mengenal orang itu pada tingkat yang lebih bermakna.
Ada 3 strategi
utama untuk mengurangoiketidakpastian : strategi pasif, aktif, dan interaktif.
Strategi pasif, Bila kita
mengamati orang lain tanpa orang itu sadar bahwa dia sedang kita amati. Yang
paling bermanfaat dalam observasi pasif ini adalah mengamati seseorang dalam
tugas aktif tertentu, misalnya dalam interaksinya dengan orang lain dalam
situasi informal.
Strategi Aktif, Bila kita secara
aktif mencari informasi tentang seseorang dengan cara apapun selain
berinteraksi dengan orang itu. Sebagai contoh, anda dapat bertanya kepada orang
lain tentang orang itu (“Seperti apa rupanya?” “Apakah bekerja di luar?, dan
sebagainya). Kita juga dapat memenipulasi lingkungan dengan cara tertentu
sehingga dapat mengamati seseorang secara lebih spesifik dan jelas.
Strategi interaktif, Bila kita sendiri berinteraksi dengan seseorang. Kita
juga mendapatkan pengetahuan tentang orang lain dengan mengungkapkan informasi
tentang diri kita sendiri. Pengungkapan-diri mencipatkan lingkungan yang santai
mendorong pengungkapan dari orang lain yang ingin ebih kita kenal.
Ketiga strategi ini
bermanfaat untuk mengurangi ketidakpastian anda mengenai orang lain. Sayang nya
banyak orag mnerasa bahwa mereka sudh cukup mengena; seseorang setelah
menerapkan hanya startegoi pasif. Strategi aktif lebih bersifat megungkapkan,
dan startegi interaktif lebih banyak labi mengunkapkannya.Menerapkan ketiga
macam strategi ini akan membuat persepsi anda seakurat mungkin.
Pedoman Untuk
Meningkatkan Akurasi Persepsi
Disamping
menghindari hambatan-hambatan potensial; dalam beragai proses persepsi yang
dikemukakan sebelumnya dan menerapkan ketiga strategi untuk mengurangi
ketidakpastian, berikut ini beberapa saran yang akan membantu meningkatkan
akurasi persepsi antarpribafdi anda.
Carilah berbagai petunjuk yang menunjuk ke arah yang sama. Makin banyak petunjuk
perseptual yang menuju ke arah yag sama, makin
besar kemungkinan kesimpulan anda benar..
Berdasarkan
pengamatan kita atas perilaku, rumuskan
hipotesis. Ujilah hipotesis ini terhadap informasi dan bukti-bukti
tambahan; jangan menarik kesimpulan yang nantinya akan kita coba konfirmasikan.
Perhatikan khususnya petunjuk-petunjuk yang kontradiktif,
petunjuk yang akan menolak
hipotesis awal kita. Akan lebih mudah menerima yang mendukung hipotesis
ketimbang menerima petunjuk yang menentangnya.
Jangan menarik kesimpulan sampai kita memiliki kesempatan untuk menproses beragam
petunjuk.
Hindari membaca pikiran oirang lain. Kita hanya dapat
membuat asumsi berdasarkan perilaku yang tampak. Motif, sikap, atau nilai
seseorang tidak terbuka bagi inspeksi pihak luar.
Jangan menganggap
orang lain seperti diri kita, berpikir seperti cara diri kita, atau bertindak
seperti yang koita lakukan. Sadarilah keragaman dan keunikan
manusia.
Waspadalah
terhadap bias diri kita sendiri. Sebagi contoh, hanya
menerima hal-hal positif pada diri oarang yang kita sukai dan hanya menerima
hal-hal pelayanan negatif pada diri orang yang tidak kita sukai.