Saturday, 2 March 2013

Rengasdengklok


Peristiwa Rengasdengklok pada dasarnya adalah peristiwa "penculikan" yang dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l. Soekarni, B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31") terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa Kusumasumantri dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.

Peristiwa Rengasdengklok diawali dengan menyerahnya Jepang pada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945. Dengan menyerahnya Jepang berarti situasi telah berubah, Jepang tidak lagi memerintah Indonesia tetapi hanya berfungsi sebagai penjaga “status quo” yakni menjaga situasi dan kondisi seperti pada masa perang dan melarang adanya perubahan-perubahan di Indonesia. Kemerdekaan tidak mungkin bisa didapat dari Jepang. 

Para pemuda beranggapan bahwa tidak mungkin bisa mendapat kemerdekaan dari Jepang, mereka juga khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang. Oleh karena itu pada tanggal 15 Agustus 1945 itu juga, sekitar pukul 20.00, para pemuda dipimpin Chaerul Saleh mengadakan rapat di ruang Laboratorium Mikrologi di Pegangsaan Timur untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan tanpa bantuan Jepang.

Rengasdengklok

Dalam rapat tersebut menhasilkan keputusan bahwa :
  1. Mendesak Bung Karno dan Bung Hatta agar melepaskan ikatannya dengan Jepang dan harus bermusyawarah dengan pemuda.
  2. Mendesak Bung Karno dan Bung Hatta agar dengan atas nama bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaan Indonesia malam itu juga atau paling lambat 16 Agustus 1945.
Keputusan rapat pemuda tersebut disampaikan oleh Darwis dan Wikana kepada Bung Karno dan Bung Hatta sekitar pukul 22.00, di rumah kediamannya masing-masing. Akan tetapi Bung Karno dan Bung Hatta menolak dengan alasan bahwa beliau tidak akan memproklamirkan kemerdekaan tanpa perantara PPKI, sebab PPKI merupakan wakil-wakil bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke, sedang golongan pemuda beranggapan bahwa PPKI merupakan butan Jepang.

Karena tidak ada kata sepakat, hari itu juga (15 Agustus 1945) pukul 24.00 di asrama Baperpi jl. Cikini 71 Jakarta (Kebun Binatang Cikini) para pemuda kembali mengadakan rapat dan mereka sepakat untuk menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta dari pengaruh Jepang ke luar kota. Pada dini hari tanggal 16 Agustus 1945, pukul 04.00, Sukarni, Yusuf Kunto, dan Singgih membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok (Kabupaten Karawang) yaitu tempat kedudukan sebuah Cudan (Kompi) PETA yang dikomandani Cudanco Subeno.

Tujuan para pemuda menjauhkan Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok adalah:
  • agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan
  • mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.
Rapat dengan Soekarno
Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. 

Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati serta Guntur, dan tiba di Rengasdengklok sekitar pukul 17.30. Ahmad Subardjo memberikan jaminan bahwa proklamasi segera dikumandangkan paling lambat keesokan harinya, sekaligus mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur 56. Barulah Cudanco Subeno, sebagai komandan kompi setempat, bersedia melepaskan Bung Karno dan Bung Hatta. 

Pada hari itu juga Bung Karno dan Bung Hatta kembali ke Jakarta. Pada tanggal 16 tengah malam, sekitar pukul 23.00, rombongan tersebut sampai di Jakarta dan selanjutnya rombongan meminta ijin kepada Jenderal Nishimura untuk memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Namun Nishimura menolak permintaan tersebut dengan alasan bahwa Indonesia masih dalam status quo, artinya belum ada penyerahan kekuasaan dari Jepang kepada Sekutu. Karena ditolak, maka usaha mempersiapkan proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Tadashi Maeda, seorang perwira Angkatan Laut Jepang.

Shahrir-Soekarno-Hatta
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler. 

Perumusan Teks Proklamasi Perumusan teks proklamasi dilaksanakan di Jakarta, di rumah Laksamana Muda Tadasi Maeda, dengan alasan Laksamana Maeda adalah seorang Angkatan Laut Jepang yang bersimpati dengan perjuangan bangsa Indonesia dan wilayah tersebut merupakan hak prerogatif militer Angkatan Laut, sehingga Angkatan Darat tidak dapat mengganggu gugat.. Tokoh yang bertindak sebagai perumus teks proklamasi berasal dari golongan tua yaitu:
  • Ir. Soekarno
  • Drs. Mohammad hatta
  • Ahmad Subardjo
Sedangkan yang bertindak sebagai saksi berasal dari golongan muda yaitu :
  • Buharnudin Muhammad Diah (BM Diah)
  • Sayuti Melik
  • Sukarni
  • Sudiro
Atas dasar musyawarah dan diskusi dihasilkan :
  1. Teks Proklamasi yang Klad: Teks Proklamasi yang ditulis tangan oleh Bung Karno yang sebelumnya didektekan Bung Hatta dan isinya masih bersifat konsep.
  2. Teks Proklamasi yang Otentik: Teks Proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler dan ditandatangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta yang kemudian dibacakan pada 17 Agustus 1945.
Ada dinamika yang berkembang dalam musyawarah itu terkait dengan redaksional naskah proklamasi yaitu :
  • Ahmad Subardjo mengusulkan kalimat yang ada di alinea pertama proklamasi yang intinya kemerdekaan Indonesia adalah kemauan  Bangsa  Indonesia  untuk  merdeka dan  menentukan nasib  sendiri 
  • Drs. Muhammad Hatta mengusulkan kalimat untuk alinea kedua yang berkisar pada masalah pengalihan/pemindahan kekuasaan 
  • Oleh Sukarno, kedua usul itu kemudian dirangkai dalam sebuah tulisan tangan yang kemudian diketik oleh Sayuti Melik.
Namun antara tulisan tangan dan ketikan ada sedikit perbedaan yaitu : 
  1. Kata “tempoh” diubah menjadi “tempo” 
  2. Kata “wakil-wakil bangsa indonesia” pada  bagian akhir diganti menjadi “atas nama bangsa indonesia”.
  3. Cara menulis tanggal “djakarta, 17-8-05” diganti menjadi “djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05”
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA(yang sekarang telah menjadi lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Rabu tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.

1 comment:




  1. http://mynewgooger.blogspot.com/2017/06/blog-post_22.html
    http://myyangkasabola.blogspot.com/2017/06/real-madrid-yang-kejam-sebelum.html
    http://vipbola88.blogspot.com/2017/06/ingin-bantu-perangi-teroris-ini-yang.html



    AGEN TERBESAR DAN TERPECAYA SEASIA DAN TIDAK HANYA MENJANJIKAN SEBUAH JANJI MELAINKAN SEBUAH KEPASTIAN
    JOIN SEKARANG JUGA DAN JADILAH MILLIYARDER DISINI BOSKU


    PROMO ANGKASABOLA

    MINIMAL DEPO & WD HANYA 50 RIBU BOSS
    HANYA DENGAN 1 USHER ID SUDAH BISA BERMAIN SEMUA GAMES BOS SEPERTI :
    SPORTBOOK
    TOGEL
    POKER
    TANGKAS
    TOGEL
    KENO
    SLOT
    GD88
    855 CROWN

    DAN MASI BANYAK LAGI PERMAINAN LAINYA YANG TIDAK KALAH SERUNYA LOH BOSKU


    KAMI JUGA MEMILIKI BEBERAPA BONUS MENARIK BOSKU

    1. BONUS CASHBACK 5%
    2. BONUS REFFERAK 2,5%
    3. BONUS ROLLINGAN CASINO 0,8%

    ANGKASABOLA JUGA MEMILIKI BANYAK KEUNGGULAN LOH BOSKU SEPERTI

    1. PROSES DEPO WD CEPAT TIDAK SAMPAI 1 MENIT BOSKU
    2. FAST REPLAY LIVECHAT 24 JAM BOSKU
    3. LANGSUNG DILAYANI OLEH CS KAMI YANG CANTIK DAN RAMAH BOSKU
    4. PRIORITAS CS KAMI ADALAH KEPUASAN MEMBER
    5. MEMBERIKAN SARAN DAN TIPS AGAR MENANG BANYAK
    6. 100% PLAYER VS PLAYER NO ROBOT

    RAGU ? BUKTIKAN SEKARANG JUGA DAN LANGSUNG SAJA BERGABUNG DENGAN KAMI DI WWW.ANGKASABOLA.COM

    KAMI TUNGGU KEHADIRAN NYA YAH BOSKU

    LANGSUNG SAJA INFO KAMI YAH BOSKU

    ReplyDelete