Friday, 15 October 2010

Antioksidan

Antioksidan adalah substansi yang dapat memberikan elektron. Fungsinya adalah melindungi tubuh dari serangan radikal bebas, dengan cara menunda, memperlambat, dan mencegah proses oksidasi. Dalam arti khusus, antioksidan adalah zat yang dapat menunda atau mencegah terjadinya reaksi antioksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochhar dan Rossell, 1990). Antioksidan mampu melindungi sel dari efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif, yang dikaitkan sebagai penyebab berbagai penyakit, seperti penyakit-penyakit degeratif, kanker dan proses penuaan dini.

Seperti diketahui bahwa radikal bebas dapat berasal dari dalam tubuh sebagai hasil dari metabolisme tubuh, juga dapat berasal dari faktor eksternal, seperti asap rokok, polutan dan sebagainya. Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil, karena memiliki elektron yang tidak berpasangan, sehingga akan berusaha untuk mencari pasangan elektron dari molekul atau sel yang lain. Protein lipida dan DNA dari sel manusia sehat merupakan sumber pasangan elektron yang baik.Ketika antioksidan menyerang radikal bebas, antioksidan dan radikal bebas akan saling berikatan. Selanjutnya terbentuk radikal bebas yang baru, yang relatif lemah dan tidak membahayakan.

Mekanisme kerja antioksidan

Antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan (AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal lipida (R*, ROO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan radikal antioksidan (A*) tersebut memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.

Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi, dengan mengubah radikal lipida ke bentuk lebih stabil (Gordon,1990).

Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak. Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi maupun propagasi (lihat gambar 1). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru (Gordon, 1990).

Inisiasi : R* + AH ———-> RH + A*
Radikal lipida
Propagasi : ROO* + AH ——-> ROOH + A*

Gambar 1. Reaksi Penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida (Gordon 1990)

Besar konsentrasi antioksidan yang ditambahkan dapat berpengaruh pada laju oksidasi. Pada konsentrasi tinggi, aktivitas antioksidan grup fenolik justru sering lenyap, bahkan antioksidan tersebut menjadi prooksidan (Gambar 2). Pengaruh jumlah konsentrasi pada laju oksidasi tergantung pada struktur antioksidan, kondisi dan sampel yang akan diuji.

AH + O2 ———–> A* + HOO*
AH + ROOH ———> RO* + H2O + A*

Gambar 2. Antioksidan bertindak sebagai prooksidan pada konsentrasi tinggi (Gordon 1990)

Ong et al. (1995), menyatakan bahwa mekanisme kerja antioksidan dalam tingkat selular antara lain sebagai berikut:
- antioksidan yang berinteraksi langsung dengan oksidan, radikal bebas, atau oksigen tunggal
- mencegah pembentukan jenis oksigen reaktif
- mengubah jenis oksigen rekatif menjadi kurang toksik
- mencegah kemampuan oksigen reaktif
- memperbaiki kerusakan yang timbul.


Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Senyawa-senyawa golongan tersebut banyak terdapat di alam, terutama pada tumbuh-tumbuhan, dan memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas. Sedangkan antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, dan karotenoid.2

Penggolongan Antioksidan berdasarkan sumbernya

Sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu antioksidan alami yaitu antioksidan hasil ekstraksi bahan alami dan antioksidan sintetik yaitu antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia.

Antioksidan alami

Antioksidan alami biasanya lebih disukaii, karena tingkat keamanan yang lebih baik dan manfaatnya yang lebih luas dibidang makanan, kesehatan dan kosmetik. Antioksidan alami yang terdapat di dalam makanan dapat berasal dari
  • senyawa antioksidan yang sudah ada dari satu atau dua komponen makanan
  • senyawa antioksidan yang terbentuk dari reaksi-reaksi selama proses pengolahan
  • senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami dan ditambahkan ke makanan sebagai bahan tambahan pangan (Pratt, 1992).
Senyawa antioksidan yang diisolasi dari sumber alami, pada umumnya berasal dari tumbuhan. Kingdom tumbuhan, Angiosperm memiliki kira-kira 250.000 sampai 300.000 spesies dan dari jumlah ini kurang lebih 400 spesies yang telah dikenal dapat menjadi bahan pangan manusia. Antioksidan alami banyak didapatkan pada sayuran, buah-buahan dan tumbuhan berkayu yang tersebar di beberapa bagian tanaman, seperti pada kayu, kulit kayu, akar, daun, buah, bunga, biji dan serbuk sari (Pratt,1992).

Senyawa antioksidan alami yang terdapat pada tumbuhan, umumnya adalah senyawa fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat, kumarin, tokoferol dan asam-asam organik polifungsional. Golongan flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan meliputi flavon, flavonol, isoflavon, kateksin, flavonol dan kalkon, sedangkan pada turunan asam sinamat meliputi asam kafeat, asam ferulat, asam klorogenat, dan lain-lain.

Metabolit sekunder dalam tumbuhan yang berasal dari golongan alkaloid, flavonoid, saponin, kuinon, tanin, steroid/ triterpenoid.

Berikut adalah hasil beberapa penelitian dalam upaya mendapatkan sumber-sumber antioksidan alami:

  • Quezada et al. (2004) menyatakan bahwa fraksi alkaloid pada daun “Peumus boldus” dapat berperan sebagai antioksidan.
  • Zin “et al”. (2002) menyatakan bahwa golongan senyawa yang aktif sebagai antioksidan pada batang, buah, dan daun mengkudu berasal dari golongan flavonoid.
  • Gingseng dinyatakan memiliki manfaat sebagai antioksidan, antidiabetes, antihepatitis, antistres, dan antineoplastik, juga mengandung saponin glikosida (steroid glikosida).
  • Uji aktivitas antioksidan yang dilakukan pada daun “Ipomea pescaprae” menunjukkan keberadaan senyawa kuinon, kumarin, dan furanokumarin.
  • Tanin yang banyak terdapat pada teh dipercaya memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi.
  • Sementara itu, Iwalokum “et al”.(2007) menyatakan bahwa “Pleurotus ostreatus” yang mengandung triterpenoid, tanin, dan steroids glikosida dapat berperan sebagai antioksidan dan antimikroba.
Beberapa vitamin dan zat-zat gizi lain yang terdapat pada makanan, sayuran dan buah-buahan telah banyak dikenal sebagai antoksidan yang berperan sebagai antioksidan sekunder. Berikut adalah beberapa contoh vitamin dan zat-zat gizi lain yang menjadi sumber antioksidan alami yang terdapat pada makanan, sayuran dan buah-buahan:

Vitamin A (karotenoid), larut dalam lemak, dilaporkan dapat bereaksi dengan radikal bebas melalui struktur ikatan rangkapnya. Karotenoid berinteraksi dengan vitamin C, vitamin E, dan Selenium sebagai zat anti oksidan. Karoten berperan dalam meningkatkan sistem immunitas tubuh melalui efek anti oksidan. Vitamin A juga menjamin perkembangan kulit yang sehat, membran mukosa, kelenjar thymus dan jaringan lymphoid, dan semua hal yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh. Sumber : Wortel, brokoli, sayur hijau, bayam, labu, hati, kentang, telur, aprikot, mangga, buah-buahan berwarna cerah, susu dan ikan.

Vitamin E adalah anti oksidan yang sangat kuat, larut dalam lemak. Sebagai antioksidan, Vitamin E bekerja dengan menggandeng molekul yang bernamaLipoprotein, yang melindunginya dari oksidasi sehingga tidak terbentuk radikal bebas. Oksidasi dari lipoprotein ini merupakan tahap awal pembentukan Atherosclerosis (pengerasan pembuluh darah) dan berperan pada kerusakan hati. Vitamin E juga bekerja dengan cara mencari, bereaksi, dan merusak rantai reaksi radikal bebas. Bersama dengan antioksidan lain, vitamin E berguna untuk mencegah kanker, dan memperbaiki sistem pertahanan tubuh.
Sumber : Asparagus, alpukat, buah zaitun, bayam, kacang kacangan, biji bijian, gandum, minyak sayur, sereal.

Vitamin C (Asam askorbat) bersifat larut dalam air dan tidak dapat dibentuk oleh tubuh, jadi harus didapat dari makanan atau supplement ( buah-buahan dan sayuran). Seperti halnya vitamin E, vitamin C tergolong sebagai antioksidan yang kuat serta mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan system kekebalan tubuh. Vitamin C dan vitamin E berjalan di seluruh tubuh bersama molekul yang namanya Lipoprotein, dan dapat melindunginya dari oksidasi sehingga tidak terbentuk radikal bebas.
Sumber : Lada/merica, cabe, peterseli, jambu biji, kiwi, brokoli, taoge, kesemek, pepaya, jeruk, lemon, bunga kol, bawang putih, anggur, raspberri, jeruk keprok, bayam, tomat, strawberry, paprika hijau dan nanas.

Selenium, merupakan mineral penting yang berfungsi untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit. Sebenarnya selenium bukan antioksidan yang sebenarnya tetapi berguna untuk produksi enzym-enzym yang berfungsi sebagai antioksidan. Sebagai bagian dari enzim anti oksidan, Selenium berperan dalam sistem pertahanan tubuh dan bekerja sama dengan vitamin E untuk mencegah terjadinya kerusakan sel tubuh.

Bayi dan balita membutuhkan lebih banyak Selenium pada masa pertumbuhan. Kebutuhan akan Selenium bagi bayi usia 0–6 bulan adalah 10 mcg per hari dan 15 mcg per hari, untuk anak usia 6–12 bulan. Kebutuhan selenium pada bayi dan anak akan terus meningkat, seiring meningkatnya pertumbuhan mereka. ASI adalah sumber selenium terbaik. Selenium yang terdapat dalam ASI tergantung pada asupan makan ibu dan tahap menyusuinya. Bahan makanan sumber Selenium antara lain: daging, ikan, dan sereal.
Selenium terdapat di air minum, brokoli, kuning telur, bawang merah, bawang putih dan anggur merah.

Glutathione, salah satu antioksidan yang sangat kuat, hanya saja, tubuh memerlukan asupan vitamin C sebesar 1.000 mg untuk memicu agar tubuh menghasilkan glutahione ini.

Karotin : banyak terdapat pada Beta karoten, lutein, likopen, wortel, labu, sayur sayuran hijau, buah-buahan berwarna merah, tomat, rumput laut.

Poliphenol, terdapat pada buah berri, teh, bir, anggur, minyak zaitun, cokelat, kopi, buah kenari, kacang, kulit buah, buah delima dan minuman anggur.

Berikut adalah beberapa contoh tanaman (sayuran dan buah) yang banyak mengandung antioksidan;

Brokoli, ada juga yang menyebut kembang kol hijau, andungan mineralnya sangat tinggi seperti Kalium, belerang dan Fosfor, Brokoli juga banyak mengandung Vit –A sehingga baik sekali bagi penderita gangguaan penglihatan. Tapi fungsi utamanya adalah sebagai anti oksidan alami yang membersihkan sisa metabolisme, dan radikal bebas jadi bermanfaat pula sebagai anti kanker karena mampu menetralisir unsur-unsur yang bersifat Karsinogen/merugikan

Apel memiliki kandungan mineral sebagai berikut : zat Besi, Magnesium, silicon, Potasium, Fosfor, Kalsim, dan Belerang.
Kandungan Vitamin : A, B, C, G
Fungsi : anti oksidan alami yang membersihkan sisa metabolisme, dan radikal bebas, untuk diet karena apel kaya dengan serat, dan kandungan asamnya mampu membantu proses pencernakaan, menghaluskan kulit dan menyembuhkan peradangan dalam tubuh.

Kembang Kol atau blumkool termasuk jenis sayuran , dan 90% kandunagn kembang Kol terdiri dari Air dan sisanya berupa Protein serta mineral Belerang , Fosfor, Potasium, karena kandungan Kalori yang rendah dan kandungan serat yang tinggi maka kembang kol dapat digunakan untuk diet , tetapi kalau makan kembang kol telalu banyak mengganggu fungsi ginjal. Kandungan kembang kol yang sangat penting lagi adalah Betacaroten yang mampu melibas zat zat yang bersifat karsinogen ( Pemicu kanker )

Tomat, memiliki kandungan mineral sebagai berikut : Magnesium, Potasium, Fosfor, Kalsim, Iodin dan Chlor.
Kandungan Vitamin : A, B, C, dan G
Kasiat Tomat: untuk meningkatkan Libido, tomat juga menunjang kelancaran metabolisme tubuh kalau disantap mentah.

Jahe (Zingiber officinale Roscoe) biasa digunakan sebagai bumbu atau obat tradisional. Ekstrak jahe mengandung 6 gingerol dan 6-shogaol beserta empat senyawa turunannya, juga mengandung empat macam diarilheptanoid, kesemuanya dikenal memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang sangat kuat (Nakatani,1992).

Kedelai (Glycine max L.) mengandung beberapa senyawa fenolik yang memiliki aktivitas antioksidan, salah satunya adalah flavonoid. Flavonoid kedelai memiliki keunikan, karena yang terisolasi dan teridentifikasi adalah isoflavon.

Biji serealia utuh, Para peneliti dari University of Scranton menemukan bahwa makanan olahan dari whole grain (biji serelia utuh) mengandung antioksidan tiga kali lebih tinggi dibanding sumber karbohidrat yang sudah digiling. Riset juga menunjukkan whole grain dapat membantu mengontrol tekanan darah selama 10 jam sejak dikonsumsi.

Popcorn, mengandung polyphenol, senyawa pelawan kanker, empat kali lebih tinggi dibanding jumlah yang bisa kita temui dalam sayuran. Demikian menurut Vinson yang telah menguji kadar antioksidan berbagai jenis makanan whole grain.

Berikut adalah beberapa jenis tanaman lain, yang secara potensial mengandung antioksidan alami dan ada di sekitar kita:
  • Sayur-sayuran : Kubis, Lobak, Wortel, Bayam, Cabe, Buncis, Pare, Leunca, Jagung, Kangkung, Takokak, Mentimun, daun Rosemary 
  • Buah-buahan : Anggur, Alpukat, Jeruk, Kiwi, Semangka, Coklat, Markisa,  Belimbing, Pepaya, Kelapa, Atung
  • Rempah-rempah : Temulawak, Kunyit, Lengkuas, Temumangga, Temuputih, Kencur, Kapulaga, Bangle, Temugiring, Lada, Cengkeh, Pala, Asam Jawa, Asam Kandis
  • Tanaman lain Teh hijau, Ubi Jalar, Kentang, Keluwak, Labu Kuning, Pete Cina
Dari tabel di atas diketahui bahwa banyak sekali tumbuhan yang kita konsumsi tiap harinya mengandung antioksidan. Antioksidan alami ini berfungsi sebagai reduktor, penekan oksigen singlet, pemerangkap radikal bebas, dan sebagai pengkhelat logam.

Aktivitas antioksidan yang terdapat pada berbagai tanaman di atas, diperkirakan mempunyai kekuatan sedang sampai tinggi. Beberapa ekstrak tanaman yang telah diketahui mempunyai aktivitas antioksidan tinggi antara lain dari golongan rempah-rempah seperti ekstrak cengkeh, jahe, kunyit, temulawak, kayu manis, dan pala. Kemudian ekstrak bunga rosmarinus offcinalis, ekstrak cabe, daun teh, daun dewa. Buah merah diketahui juga mempunyai aktivitas antioksidan tinggi. Khusus untuk rempah-rempah, aktivitas antioksidan rempah-rempah kering umumnya lebih aktif daripada rempah-rempah segar.

Sumber Antioksidan alami lainnya

Telur, dibanding bayam, kandungan lutein (zat pelindung mata dari katarak) dalam telur memang lebih sedikit. Namun para ahli dari Jean Mayer USDA Human Nutrition Center on Aging at Tufts University menemukan bahwa lutein dari kuning telur lebih mudah dicerna tubuh dibanding lutein dari bayam. Hal ini diyakini karena kuning telur membantu tubuh kita memproses antioksidan dengan lebih baik.

Yogurt, secangkir plain yogurt rendah lemak mengandung 25 persen kecukupan harian akan riboflavin atau setara dengan secangkir sayur bayam. Meski bukan antioksidan, namun riboflavin (Vit B) sangat penting untuk mendukung kerja antioksidan. Tanpa riboflavin, antioksidan tidak bisa menghancurkan radikal bebas.

Minyak kanola, menurut peneliti dari Oregon State University, minyak kanola kaya akan alphatocopherol antioksidan. Alphatocopherol adalah satu dari delapan jenis antioksidan dalam vitamin E.

Susu organik, segelas susu yang dihasilkan dari sapi yang diternakkan secara organik (dibiarkan makan dari rumput di tanah) mengandung antioksidan, vitamin E dan beta karoten serta lutein yang lebih banyak.

Kopi, sebuah penelitian ilimiah yang di lakukan para pakar di Amerika Serikat menyebutkan bahwa kopi kemungkinan besar memberikan efek positif bagi kesehatan lebih besar dari pada mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran. Kopi terbukti merupakan sumber antioksidan terbesar dari setiap kali dan tingkat konsumsi yang kemudian diikuti teh hitam, pisang, kacang-kacangan kering, dan jagung. Baik kopi berkafein atau bebas kafein, keduanya memberikan sumbangan antioksidan yang sama tingkatnya.

Antioksidan sintetik
 
Antioksidan sintetik yaitu antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa reaksi kimia. Beberapa contoh antioksidan sintetik yang diijinkan penggunaanya untuk makanan dan penggunaannya telah sering digunakan, yaitu butil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluen (BHT), propil galat, tert-butil hidoksi quinon (TBHQ) dan tokoferol. Antioksidan-antioksidan tersebut merupakan antioksidan alami yang telah diproduksi secara sintetis untuk tujuan komersial.

Penggolongan Antioksidan berdasarkan mekanisme kerjanya

Antioksidan primer


Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal bebas baru dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi produk yang lebih stabil dan kurag berdampak negatif, Antioksidan primer dapat diproduksi oleh tubuh kita sendiri, hanya sayang dengan adanya pertambahan usia, produksi dan kualitas antioksidan yang diproduksi tubuh, akan berkurang.
Contoh: enzim superoksida dimustase (SOD), katalase, glutation peroksidase (GPx) dan Protein pengikat logam.

Antioksidan Sekunder (Antioksidan preventif)

Antioksidan sekunder berfungsi mengkhelat logam yang bertindak sebagai pro-oksidan, menangkap senyawa radikal serta mencegah dan mengurangi laju terjadinya reaksi berantai.
Contoh; vitamin E, Vitamin C, dan β-karoten.

Antioksidan Tersier

Antioksidan tersier berfungsi memperbaiki kerusakan sel dan jaringan yang disebabkan oleh radikal bebas. Contoh: enzim yang memperbaiki DNA pada inti sel adalah metionin sulfoksida reduktase.

Peranan antioksidan pada kesehatan

Proses penuaan dan penyakit degeneratif seperti kanker kardiovaskuler, penyumbatan pembuluh darah yang meliputi hiperlipidemik, aterosklerosis, stroke, dan tekanan darah tinggi serta terganggunya sistem imun tubuh dapat disebabkan oleh stress oksidatif.

Stress oksidatif adalah keadaan tidak seimbangnya jumlah oksidan dan prooksidan dalam tubuh. Pada kondisi ini, aktivitas molekul radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS) dapat memicu terjadinya kerusakan seluler dan genetika. Kekurangan zat gizi dan adanya senyawa xenobiotik dari makanan atau lingkungan yang terpolusi akan memperparah keadaan tersebut.

Bila umumnya masyarakat Jepang atau beberapa masyarakat Asia jarang mempunyai masalah dengan berbagai penyakit degeneratif, hal ini disebabkan oleh menu sehat tradisionalnya yang kaya akan zat gizi dan komponen bioaktif. Zat-zat ini mempunyai kemampuan sebagai antioksidan, yang berperan penting dalam menghambat reaksi kimia oksidasi, yang dapat merusak makromolekul dan dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

Antioksidan, kardiovaskular dan kanker

Peran positif antioksidan terhadap penyakit kanker dan kardiovaskuler (terutama yang diakibatkan oleh aterosklerosis/penyumbatan dan penyempitan pembuluh darah) juga telah banyak diteliti. Antioksidan berperan dalam melindungi lipoprotein densitas rendah (LDL) dan lipoprotein densitas sangat rendah (VLDL) dari reaksi oksidasi. Upaya untuk menghambat laju oksidasi LDL menggunakan antioksidan, sangat bermanfaat dalam menghambat terjadinya ateroskleorsis

Berkenaan dengan kanker dan tumor, banyak ilmuwan sepakat bahwa penyakit ini berawal dari mutasi gen atau DNA sel yang terjadi melalui mekanisme kesalahan replikasi, kesalahan genetika (berkisar 10-15 %), atau pengaruh faktor luar yang merubah struktur DNA seperti virus, polusi, radiasi, dan senyawa xenobiotik yang terdapat pada makanan. Radikal bebas dan reaksi oksidasi berantai yang dihasilkan, jelas berperan pada proses mutasi ini. Resiko ini, sebenarnya dapat dikurangi dengan mengkonsumsi antioksidan dalam jumlah yang cukup.

Dampak Penggabungan Antioksidan

Laboratorium Packer, menemukan bahwa beberapa antioksidan bila diberikan secara bersama-sama akan mempunyai kemampuan yang lebih kuat. Contohnya: ketika vitamin E tidak berdaya terhadap radikal bebas, akan dengan sendirinya akan menjadi radikal bebas yang lemah, kemudian vitamin E akan didaur ulang dengan bantuan Vitamin C, menjadi vitamin E lagi. Kerja sama tersebut dengan cara mennyumbangkan elektron ke vitamin E sehingga dapat kembali menjadi anti oksidan. Jadi kerjasama tersebut bertujuan melindungi sesama anti oksidan agar tidak teroksidasi. Siklus ini berjalan terus, dan dapat memelihara tubuh dari keseimbangan anti oksidan Selenium juga dapat bekerjasama secara sinergis dengan vitamin E, sehingga mempunyai effek yang lebih kuat lagi

Efek Negatif Antioksidan

Meskipun antioksidan diklaim sebagai makanan super atau superfood yang bisa melawan hampir semua penyakit, terutama kanker, tetapi tetap perlu diwaspadai bahwa konsumsi antioksidan yang berlebihan justru bisa menjadi bumerang bagi tubuh dengan memicu terbentuknya senyawa pro-oksidan, sebagaimana yang didapatkan oleh para peneliti di Kansas State University, Amerika.

Antioksidan hanya akan berfungsi ketika ada senyawa pro-oksidan (pemicu proses oksidasi) dalam tubuh. Ketika dosis antioksidan dan pro-oksidan tidak seimbang atau kadar antioksidan tinggi sedangkan pro-oksidan rendah, maka tubuh akan membentuk senyawa pro-oksidan untuk menyeimbangkan kadarnya dengan antioksidan, dan hal ini akan membuat sel-sel radikal bebas tidak bisa diperbaiki lagi.

"Banyak orang percaya bahwa dengan makan antioksidan sebanyak-banyaknya, manfaat untuk tubuh juga akan semakin banyak. Tapi ternyata itu salah, antioksidan dosis tinggi justru menghasilkan fungsi yang bertolak belakang, yaitu menyebabkan otot-otot lemah, nafas pendek, aliran oksigen dalam darah terhambat bahkan mempercepat penuaan," kata si peneliti, Steven Copp seperti dilansir Dailymail, Sabtu (30/1/2010).

Metode Pengujian Aktivitas Antioksidan

1. Metode DPPH

Salah satu metode yang digunakan untuk pengujian aktivitas antioksidan adalah metode DPPH. Metode DPPH didasarkan pada kemampuan antioksidan dalam menghambat radikal bebas dengan mendonorkan atom hidrogen. Adanya perubahan warna ungu DPPH menjadi ungu kemerahan menunjukkan adanya aktivitas senyawa antioksidan. Metode ini menggunakan kontrol positif sebagai pembanding untuk mengetahui aktivitas antioksidan sampel. Kontrol positif ini dapat berupa tokoferol, BHT, dan vitamin C. Uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH, menggunakan 1,1-difenil-2-pikrilhidra-zil (DPPH) sebagai radikal bebas. Prinsipnya adalah reaksi penangkapan hidrogen oleh DPPH dari senyawa antioksidan , misalnya troloks, yang mengubahnya menjadi 1,1-difenil-2-pikrilhidrazin.

2. Metode CR

Larutan Ce(IV) sulfat yang diberikan pada sampel akan menyerang senyawa antioksidan. Senyawa antioksidan yang berperan sebagai pemindah elektron, menyebabkan perusakan struktur oleh elektron reaktif yang berasal dari oksidator kuat seperti Ce(IV) tidak terjadi. Metode ini menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang 320 nm. Panjang gelombang ini digunakan untuk mengukur Ce(IV) yang tidak bereaksi dengan kuersetin dan senyawa flavonoid lain. Kapasitas reduksi Ce(IV) pada sampel dapat diukur konsentrasi dan pH larutannya yang sesuai, sehingga membuat Ce (IV) hanya mengoksidasi antioksidan, dan bukan senyawa organik lain. Hal ini membuat penentuan panjang gelombang maksimum dan nilai pH larutan, penting untuk diketahui dan dijaga selama pengukuran, agar tidak terjadi pergeseran panjang gelombang selama pengukuran.

Catatan tambahan

Antioksidan digunakan luas sebagai bahan kandungan suplemen makanan dengan harapan dapat membantu menjaga kesehatan dan mencegah penyakit-penyakit seperti kanker dan sakit jantung koroner. Walaupun kajian awal mensusgestikan bahwa suplemen antioksidan mungkin dapat meningkatkan kesehatan, uji klinis lebih lanjut dalam skala besar tidak berhasil mendeteksi adanya keuntungan-keuntungan tersebut.

Sebaliknya, asupan suplemen yang berlebihan malah dapat membahayakan tubuh. Selain itu, senyawa-senyawa antioksidan juga digunakan secara luas untuk keperluan industri, misalnya sebagai zat pengawet makanan dan kosmetik. Steven Copp, mahasiswa doktoral di bidang anatomi dan psikologi di Manhattan adalah salah satu peneliti masalah ini.

Penelitian yang dilakukan di Kansas State Cardiorespiratory Exercise Laboratory itu, dilakukan pada binatang dengan berbagai dosis antioksidan. Hasil penelitian itu telah dipublikasikan dalam sejumlah jurnal, seperti Journal of Applied Physiology, Respiratory Physiology and Neurobiology, Microvascular Research, dan The American Journal of Physiology and Experimental Physiology.

Menurut dia, masyarakat tak menyadari bahwa keseimbangan antioksidan dan prooksidan (kembaran jahat antioksidan) harus diperlakukan dengan hati-hati. "Satu hal yang kami temui di penelitian kami adalah Anda tak bisa hanya mengkonsumsi dosis besar antioksidan dan berharap mendapatkan manfaat darinya. Faktanya, justru Anda bisa menambah masalah yang ada semakin berat," ia menambahkan.

Penelitian ini agak berbeda dengan pendapat para ahli nutrisi. Mereka mengatakan antioksidan bermanfaat sebagai anti penuaan, mencegah sakit jantung dan kanker, bahkan bermanfaat untuk kehidupan seks yang lebih baik. Penelitian tersebut sekaligus memperlihatkan bahwa kebutuhan antioksidan mesti terukur dengan baik. Selain antioksidan, dalam tubuh ada prooksidan. Ketika antioksidan memperlambat kerusakan otot dan organ lain dengan proses yang disebut oksidisasi, prooksidan malah mempercepat proses itu.

Membanjiri tubuh dengan antioksidan akan mengusir habis prooksidan. Padahal penelitian tersebut menunjukkan bahwa beberapa oksidan dalam tubuh, seperti hydrogen peroxide, membantu membuka aliran darah. Tapi justru itu, "Merusak kemampuan tubuh mengalirkan oksigen ke otot," kata David C. Poole, yang memimpin penelitian itu. Efeknya akan membuat mereka yang berusia lanjut sulit bernapas atau membuat mereka enggan berhenti bergerak. Padahal untuk tetap fit, mereka juga harus beristirahat.

Awalnya, mereka meneliti bagaimana meningkatkan asupan oksigen ke otot skeletal selama beraktivitas fisik dengan menggunakan antioksidan--di mana nutrisi yang mengandung antioksidan diketahui bisa mencegah atau memperlambat kerusakan oksidatif pada tubuh. Namun hasil temuan itu sangat mengejutkan: kadang antioksidan malah bisa merusak fungsi otot.

"Jadi, sangat penting untuk mengingatkan sebelum menyarankan orang lain untuk mengkonsumsi lebih banyak antioksidan. Kita harus tahu terlebih dulu fungsinya dalam sistem fisiologi dan kegiatan seperti saat berolahraga," Poole menambahkan. Para peneliti akan melanjutkan penelitian untuk menggali lebih jauh efek antioksidan ini pada saat latihan fisik.

3 comments:

  1. boleh cantumin daftar pustakanya g??
    buat referensi skripsi nh,..
    makasi b4

    ReplyDelete

  2. Menggunakan bahan alami untuk kulit sangat baik karena mengandung antioksidan untuk menagkal radikal bebas

    ReplyDelete