Thursday, 3 March 2011

Rhinitis Alergika


Rinitis alergika merupakan gangguan fungsi hidung yang terjadi setelah pajanan alergen melalui inflamasi yang diperantarai oleh Imunoglobulin E yang spesifik terhadap alergen tersebut pada mukosa hidung. Onset pajanan alergen terjadi lama dan gejala umumnya ringan, kecuali bila ada komplikasi sinusitis.

Gejala dan Tanda

Rinitis alergi diklasifikasikan berdasarkan:

1. Lama gejala, rinitis alergi dibagi menjadi:
  • Intermiten: Gejala <4 hari per minggu dan lamanya <4 minggu
  • Persisten: Gejala >4 hari per minggu dan lamanya >4 minggu
2. Berdasarkan berat gejala, rinitis alergi dibagi menjadi:
  • Ringan (tidur normal, aktivitas sehari-hari, saat olahraga dan santai normal, tidak ada keluhan yang mengganggu)
  • Berat (satu atau lebih gejala, tidur terganggu, aktivitas sehari-hari, saat olahraga dan santai terganggu, gangguan saat bekerja dan sekolah, ada keluhan yang mengganggu)
Penatalaksanaan
Diagnosis

Ditentukan dari anamnesis dan pemeriksaan fisis. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:
Pemeriksaan penunjang

Yang biasa diperiksa pada rinitis alergi yaitu pemeriksaan darah tepi (hitung jenis eosinofil meningkat, hitung total eosinofil meningkat), kadar IgE total meningkat, sitologi mukosa hidung: persentase eosinofil meningkat, uji kulit alergen untuk menentukan alergen penyebab, foto sinus paranasalis (usia 4 tahun ke atas) atau CT-scan bila dicurigai komplikasi sinusitis atau adanya deviasi septum nasi.
Pendidikan/Nasihat

Komunikasi dengan pasien dan orangtua diperlukan agar pemeriksaan berkala dilakukan dan pemberian obat dapat disesuaikan dengan fluktuasi gejala, mengingat rinitis Alergi adalah penyakit kronik yang gejalanya akan hilang timbul. Pada gejala yang menetap dan berat, diperlukan penilaian menyeluruh dan tatalaksana lanjut, antara lain imunoterapi.

Penatalaksanaan
  • Hindari alergen
  • Medikamentosa. Pengobatan medikamentosa tergantung dari lama dan berat-ringannya gejala. Obat yang biasa digunakan adalah antihistamin H1 generasi I, antihistamin H1 generasi II, dan bila terdapat gejala hidung tersumbat dapat ditambah pseudoefedrin
  • Pada rinitis alergi persisten, bisa diberikan antihistamin generasi II (setirizin) jangka lama. Bila gejala tidak membaik dapat diberikan kortikosteroid intranasal misalnya mometason atau flutikason.
  • Tindakan bedah. Tindakan bedah hanya dilakukan pada kasus-kasus selektif misalnya sinusitis dengan air-fluid level atau deviasi septum nasi.
Diagnosis

Ditentukan dari anamnesis dan pemeriksaan fisis. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:
  • Onset pajanan umumnya lama; ditanyakan : lama, frekuensi, waktu timbulnya dan beratnya penyakit
  • Hidung berair, hidung tersumbat, post-nasal drip, gatal di hidung dan rongga mulut, bersin-bersin
  • Mata merah, gatal dan berair
  • Riwayat atopi dalam keluarga (asma, dermatitis atopi, rinitis alergi)
  • Petanda atopi (allergic shiner, geographic tongue, Dennie Morgan’s line, allergic salute).
  • Sekret hidung bening dan cair, hipertrofi konka, mukosa dan konka hidung pucat.
  • Hiperemia dan edema konjungtiva
Pemeriksaan penunjang

Yang biasa diperiksa pada rinitis alergi yaitu pemeriksaan darah tepi (hitung jenis eosinofil meningkat, hitung total eosinofil meningkat), kadar IgE total meningkat, sitologi mukosa hidung: persentase eosinofil meningkat, uji kulit alergen untuk menentukan alergen penyebab, foto sinus paranasalis (usia 4 tahun ke atas) atau CT-scan bila dicurigai komplikasi sinusitis atau adanya deviasi septum nasi.

Pendidikan/Nasihat

Komunikasi dengan pasien dan orangtua diperlukan agar pemeriksaan berkala dilakukan dan pemberian obat dapat disesuaikan dengan fluktuasi gejala, mengingat rinitis Alergi adalah penyakit kronik yang gejalanya akan hilang timbul. Pada gejala yang menetap dan berat, diperlukan penilaian menyeluruh dan tatalaksana lanjut, antara lain imunoterapi.

No comments:

Post a Comment