Monday, 16 May 2011

Konstelasi (Rasi Bintang)


Konstelasi atau rasi bintang adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan dan saling berdekatan secara visual (dari mata pengamat, dalam hal ini adalah kita yang berdiri di bumi), membentuk suatu konfigurasi tertentu. Dalam ruang tiga dimensi, kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok pada bola langit malam. Manusia memiliki kemampuan yang sangat tinggi dalam mengenali pola dan sepanjang sejarah telah mengelompokkan bintang-bintang yang tampak berdekatan menjadi rasi-rasi bintang. 

Susunan rasi bintang yang tidak resmi, yaitu yang dikenal luas oleh masyarakat tapi tidak diakui oleh para ahli astronomi atau Himpunan Astronomi Internasional, juga disebut asterisma. Bintang-bintang pada rasi bintang atau asterisma jarang yang mempunyai hubungan astrofisika; mereka hanya kebetulan saja tampak berdekatan di langit yang tampak dari Bumi dan biasanya terpisah sangat jauh.

Pengelompokan bintang-bintang dilakukan secara arbitrary, dimana kebudayaan yang berbeda-beda memiliki konstelasi yang juga berbeda. Dalam beberapa kebudayaan, konstelasi yang bermacam-macam itu seringkali diasosiasikan dengan mitologi-mitologi lokal yang berkembang. Sebagai contoh, konstelasi Beruang Besar (Ursa Major), yang seringkali disebut juga sebagai konstelasi Sendok Besar, Gagang Wajan atau bahkan konstelasi Cangkul. Di samping itu beberapa yang sangat mudah dikenali dan biasanya seringkali ditemukan, misalnya Orion atau Scorpius.

Himpunan Astronomi Internasional telah membagi langit menjadi 88 rasi bintang resmi dengan batas-batas yang jelas, sehingga setiap arah hanya dimiliki oleh satu rasi bintang saja. Pada belahan bumi (hemisfer) utara, kebanyakan rasi bintangnya didasarkan pada tradisi Yunani, yang diwariskan melalui Abad Pertengahan, dan mengandung simbol-simbol Zodiak.

Stellarium memiliki kemampuan untuk menggambar diagram konstelasi bintang-bintang dan asosiasi artistiknya. Beberapa versi diagram dan asosiasi artistik yang bisa ditampilkan oleh Stellarium antara lain: Western, Polynesian, Egyptian, Chinese dan masih banyak lagi.

Di luar nilai historis dan mitologisnya, konstelasi memiliki peran penting dalam  memberi cara bagi kita para “pemburu objek angkasa” untuk membagi angkasa, “wilayah jajahan” kita menjadi beberapa segmen yang bisa dipetakan!

Dengan memetakan, kita akan tahu posisi tiap-tiap benda langit, konfigurasi letak dan jaraknya satu sama lain. Lewat cara inilah kita bisa mengetahui posisi relatif konstelasi, waktu kemunculan konstelasi-konstelasi tertentu dan aspek “rekreasi” dari pengamatan tersebut, dimana kita bisa melihat objek-objek angkasa yang menarik, misalnya, melihat Sirius, bintang utama konstelasi Anjing Besar (Canis Major) yang dinobatkan sebagai bintang paling terang (jika matahari tidak ikut  dipertimbangkan) yang bisa diamati dari bumi.


Penamaan Bintang-bintang

Bintang-bintang bisa memiliki banyak nama. Bagaimana cara penamaannya? Ada tiga sistem penamaan bintang secara formal yang dikenal oleh para ahli astronomi, yakni:
1. Penamaan Bayer (Bayer Designation)

Ahli astronomi Jerman, Johan Bayer, menemukan sistem penamaan ini pada abad ke 16-17. Penamaan Bayer ini menggunakan sistem huruf Yunani (Greek), dengan notasi α (alpha) sebagai bintang paling terang dalam konstelasi, diikuti dengan notasi β sebagai bintang terang kedua dalam konstelasi, notasi γ sebagai bintang terang ketiga dan seterusnya.

2. Penamaan Flamsteed (Flamsteed Designation)

Ahli Astronomi Inggris, John Flamsteed, mengkarakteristikkan bintang-bintang berdasarkan nilai Right Ascension/Declination (RA/Dec). Koordinat berdasarkan sistem RA/Dec ini menggunakan dua sudut untuk mendefinisikan posisi benda langit yang diamati. Sudutnya diukur dari titik ikat standard dalam celestial sphere. Analoginya, Nilai Right Ascension dan Declination pada peta angkasa sama dengan nilai lintang dan bujur pada peta terestris.

3. Penamaan Katalog Hipparcos (High Precision Parallax Collecting Satellite Catalogue Designation)
Hipparcos adalah sebuah misi astronomi yang diluncurkan oleh European Space Agency (ESA) yang bertujuan untuk mengidentifikasi objek-objek angkasa, mengukur paralaks bintang dan pergerakannya. Proyek ini dinamakan Hipparcos untuk memberikan penghormatan kepada ahli astronomi Yunani, Hipparchus.

Proyek ini diawali dengan peluncuran satelit penelitian pada tanggal 8 Agustus 1989. Misi utamanya adalah untuk mengirim satelit agar berada pada orbit stationer bumi, dan lewat satelit pengamatan itulah data-data bintang dikumpulkan. Apa hasil dari misi astronomi ini? Sebuah Millenium Star Atlas, yang berhasil memetakan 1 juta bintang berdasarkan tingkat gelap-terangnya (magnitudo) dan sepuluh ribu objek non-bintang. Bintang-bintang dan objek-objek angkasa itu berhasil dikatalogkan.

Secara komposit, Stellarium menggunakan ketiga macam penamaan bintang diatas. Bisa kita lihat pada gambar di bawah ini, dimana sebagai contoh, kita menggunakan bintang Aldebaran (konstelasi Taurus). Pada bagian atas, bisa kita baca informasi nama umum, informasi penamaan Bayer, informasi koordinat RA/Dec (penamaan Flamsteed) dan nomor bintang berdasar katalog Hipparcos.

No comments:

Post a Comment