Tuesday, 5 April 2011

Kuil Shaolin (Shaolin Temple)



Kuil Shaolin adalah salah satu biara agama Budha yang paling terkenal saat ini, yang dibangun 1500 tahun yang lalu. Kuil ini mempunyai sejarah yang sangat panjang. Namanya harum tidak hanya sebagai tempat peribadatan, akan tetapi juga dikenal melalui kemampuan para rahibnya dalam olah kanuragan kung-fu tingkat tinggi.

Kuil Shaolin terletak di Gunung Songshan, daerah kota Dengfeng, di propinsi Henan, China. Kuil ini terkenal sebagai “kuil Nomor Satu di Bawah langit”, tempat lahirnya Buddhisme Zen China dan seni beladiri Shaolin, seperti Gada Shaolin. Kompleks kuil Shaolin terdiri dari 11 bangunan tradisional, termasuk Kuil Shaolin itu sendiri, ruang Observatorium, Akademi Songyang, Menara Taishi dan Kuil Zhongyue. Sejak tahun 2010, kuil Shaolin oleh UNESCO dimasukkan  kedalam daftar Warisan Dunia.

Setiap pengunjung dapat melihat dan merasakan kesejukan dan keindahan bunga-bunga dan pohon pinus yang tumbuh di pegunungan, di sekitar kuil. Ditambah lagi dengan kicauan burung dan suara gemercik air sungai, menambah suasana damai dan ketenangan dalam hati para wisatawan.

Walaupun para biksu jago kungfu ini berdiam di kuil kuno itu, namun kehidupan mereka sehari-hari, saat ini, tidaklah ketinggalan jaman. Disamping melakukan latihan  kungfu dan bermeditasi, mereka juga main internet, mengendarai mobil dan lain-lainnya.

Dalam kuil Shaolin terdapat tempat-tempat menarik seperti Aula Raja-raja Surgawi (Tianwangdian), Aula Mahavira (Daxiongbaodian), Hutan Pagoda, Gua Dharma, dan Pusat Latihan Seni Bela Diri Kuil Shaolin.

Pertama yang terlihat adalah Hall Shanmen. Terdapat lembaran kotak (tablet) bertuliskan Shaolin Temple, tergantung di atas. Tablet tersebut ditulis oleh Kaisar Kangxi (1622 - 1723), selama masa Dinasti Qing (1644-1911). Di bawah tangga aula terdapat dua singa batu yang membungkuk, dibuat pada masa Dinasti Ming (1368-1644). Juga terdapat Aula, yang menegaskan tentang Buddha Maitreya. Dua sisi koridor di belakang gerbang aula, diaspal dengan tulisan di batu steles, yang dibuat pada masa dinasti-dinasti yang berbeda. 

Aula Raja-raja Surgawi

Gerbang Aula Raja-raja Surgawi dijaga oleh dua tokoh yang menggambarkan Vajra (prajurit pembantu Buddha). Di dalam aula terdapat patung dari Empat Raja-raja Surgawi yang bertanggung jawab untuk mengamati perilaku masyarakat ', membantu yang bermasalah, dan memberkati orang-orang.

Hall Mahavira

Hall Mahavira merupakan suatu hall dimana perayaan-perayaan penting dan doa-doa rutin diadakan di sini. 18 Arhats Buddha berdiri di sepanjang sisi timur dan selatan, dinding-dinding lorong. Buddha dari Tengah, Timur dan Barat diabadikan dalam lorong ini, masing-masing Buddha Sakyamuni, Buddha Tabib dan Buddha Amitabha. Patung-patung dari Kingnaro (pendiri Gada Shaolin) dan Dharma (pendiri Buddhisme Zen Cina), berdiri di samping ketiga Buddha, dimana penempatannya sangat berbeda dari Halls Mahavira lainnya. Di kaki pilar di Hall Mahavira terdapat singa batu singa yang tingginya lebih dari satu meter (sekitar 3,33 kaki). Sedangkan di dasarnya terdapat sekitar 50 lubang kecil, dengan kedalaman 20 sentimeter (sekitar 7,87 inci). Dikatakan bahwa itu adalah jejak-jejak yang ditinggalkan oleh para biarawan ketika mereka berlatih seni bela diri Shaolin. 

Hutan Pagoda

Hutan Pagoda, adalah sebuah kuburan untuk pejabat Buddhis selama berabad-abad. Rata-rata, tinggi pagoda tersebut kurang dari 15 meter (sekitar 49 kaki). Lapisan dan bentuk pagoda tergantung pada banyak faktor, seperti seseorang yang mencapai status Buddha dan prestise selama masa hidupnya. Hutan Pagoda di Kuil Shaolin adalah kompleks pagoda Cina yang terbesar.

Di luar candi, ke arah barat laut, terdapat dua biara, dinamakan Biara Leluhur dan Biara Leluhur Kedua. Biara pertama dibangun oleh seorang murid Dharma, untuk memperingati sembilan tahun meditasi Dharma, di sebuah gua. Biara ini memiliki aula besar yang ditopang oleh 16 pilar batu pada poros-porosnya yang indah, dan diukir dengan motif pejuang, tarian naga dan Phoenix. 

Biara kedua adalah sebuah panti jompo dari leluhur Huike kedua, yang memotong lengan kirinya untuk menunjukkan kesungguhannya untuk belajar agama Buddha dari Dharma. Di depan biara terdapat empat mata air yang diciptakan oleh Dharma untuk membantu Huike, agar dapat mengambil air dengan mudah. Ke empat mata air tersebut dinamakan 'Spring Zhuoxi' dan masing-masing memiliki rasa yang berbeda. 

Gua Dharma

Dalam gua ini, Dharma dengan sabar menghadap ke dinding dan bermeditasi selama 9 tahun. Akhirnya, ia mencapai keabadian dan menjadi Buddha Zen. Gua ini memiliki kedalaman tujuh meter (sekitar 23 kaki) dan tinggi tiga meter (sekitar 9,8 kaki). Banyak batu prasasti yang diukir di kedua sisinya. Juga terdapat Batu Meditasi di dalam gua. Batu tersebut dianggap sebagai bayangan Dharma, yang tercermin pada batu dan tertanam di atasnya, karena lamanya meditasinya. Sayangnya batu itu rusak selama perang. 

Tempat tinggal para Biksu

Tempat tinggal para Biksu terletak di tepi selatan Sungai Shaoxi berbalikkan dengan kuil Shaolin. Pertama, dibangun tahun 1512, pada masa Dinasti Ming, kemudian direnovasi pada masa Dinasti Qing. Tempat tinggal tersebut didesain secara sederhana dan khas. Sayangnya, bangunan tersebut runtuh pada tahun 1958 dan kemudian direnovasi lagi pada tahun 1993. 

Pusat Pelatihan Wushu Shaolin Temple

Tempat ini memberikan pemandangan sempurna dan menjadi tempat yang ideal untuk berlatih Kung Fu Shaolin Cina. Biarawan Shaolin telah berlatih Kung Fu selama lebih dari 1.500 tahun. Sistem ini diciptakan oleh Dharma yang mengajarkan metode dasar bagi para biarawan untuk meningkatkan kesehatan mereka dan membela diri. Seni beladiri ini menunjukkan Kung Fu Shaolin China yang sebenarnya. Sebagai contoh, Tong Zi Gong, yang diperuntukkan bagi para remaja, adalah jenis seni bela diri untuk melatih fleksibilitas dan kekuatan seseorang.

Peristiwa Dibakarnya Kuil Shao Lin

Pada masa Cina dikuasai oleh bangsa Manchuria (Dinasti Ching), saat Kaisar Yung Cheng1 berkuasa (1723-1736), Kuil Shao Lin ini pernah dibakar. Peristiwa tersebut terjadi sekitar 300 tahun yang lalu. Saat itu, kuil ini sedang dikepung oleh tentara pemerintah Manchuria.

Pemerintah Manchuria saat itu, takut akan perkembangan kung fu di Kuil Shao Lin, yang semakin lama semakin kuat,  dan juga karena kuil ini dianggap sebagai pusat gerakan pemberontakan melawan pemerintah Manchuria.
Pemerintah kemudian mengirim pasukan yang dipimpin oleh Chan Man Yiu, Wong Chun May, dan Cheung King Chow, untuk menyerang kuil ini. Serangan demi serangan selalu mengalami kegagalan. Chan Man Yiu, kemudian berusaha menjalin kerja sama dengan para pengkhianat dari Kuil Shao Lin, salah satunya adalah Pendeta Ma Ning Yee, dan membakar Kuil Shao Lin secara diam-diam. 

Banyak penghuni Shao Lin, pendeta, murid calon pendeta, maupun murid-murid yang bukan calon pendeta mati terbakar. Meski demikian tidak semuanya mati.  Beberapa diantaranya berhasil lolos dari peristiwa ini. Mereka yang berhasil lolos antara lain adalah Pendeta Wanita Ng Mui, Pendeta Chi Sin, Pendeta Pak Mei, Master Fung To Tak, dan Master Miu Hin, dan juga beberapa orang murid, yang paling terkenal di antaranya adalah Hung Hay Kwun (Hung Si Kuan), Fong Sai Yuk (Fang Se Yu)4, Luk Ah Choy, dan lain-lainnya. Kelima pendeta/master ini adalah lima guru yang mewakili lima gaya kung fu Shao Lin.

Pendeta Chi Sin yang mempunyai murid paling banyak memimpin pelawanan terhadap pemerintahan Manchuria. Pendeta ini bersama dengan beberapa orang murid kesayangannya, yaitu Hung Hay Kwun, Tung Chin Kun, dan Tse Ah Fook, sejak saat itu menjadi buronan pihak pemerintah. Agar tidak tertangkap, Pendeta Chi Sin memerintahkan murid-muridnya untuk menyamar, sedangkan ia sendiri menyamar menjadi juru masak di Perahu Merah/The Red Junk.

Sementara itu Master Miu Hin, anaknya perempuannya, Miu Tsui Fa, dan cucunya, Fong Sai Yuk, bersembunyi untuk sementara waktu di kalangan suku minoritas Miao dan Yao, yang berlokasi di antara propinsi Sze Chuan dan Yunnan. Mereka kemudian berkeliling dan melakukan banyak hal, sehingga melahirkan legenda-legenda fantastis, di antaranya adalah "Fong Sai Yuk menantang sang juara bertahan turnamen kung fu".

Pendeta Wanita Ng Mui adalah satu-satunya master wanita dari Shao Lin dan yang tertua dari kelima master tersebut. Ia lebih toleran terhadap pemerintah Manchuria daripada keempat saudara seperguruannya ini. Walaupun demikian kadang-kadang ia juga menggunakan kung fu-nya untuk menegakkan keadilan. Ng Mui pergi berkeliling Cina, perjalanannya ini melahirkan legenda "Ng Mui membunuh Lee Pa Shan di hamparan bunga plum". Ia lalu mengundurkan diri dan bersumpah untuk tidak terlibat lagi dalam peristiwa-peristiwa kekerasan.
Ia kemudian menetap di Kuil Bangau Putih yang terletak di gunung Tai Leung (juga disebut gunung Chai Ha), di antara propinsi Yunnan dan Sze Chuan. Ia berkonsentrasi mendalami Zen Buddhisme, sebuah sekte Buddha yang dikembangkan oleh Bodhidharma, dan juga ilmu kung fu sebagai hobbi yang amat disukainya.
Ng Mui, seperti juga yang lainnya, tidak pernah melupakan pengalaman pahit peristiwa kebakaran dan pengkhianatan di Kuil Shao Lin. Ia juga khawatir akan pengejaran yang dilakukan oleh para pengkhianat dan pasukan pemerintah Manchuria.

Ia sadar akan kesulitan yang akan dialaminya jika suatu saat bertemu dengan para pengkhianat yang juga telah menguasai ilmu bela diri Shao Lin tersebut. Ia sadar bahwa pengetahuan teoritis bela dirinya sejajar dengan mereka, dan suatu saat kemampuan fisiknya akan kalah dengan para pengkhianat yang jauh lebih muda darinya. Untuk mengatasi hal ini, cara satu-satunya adalah dengan menciptakan sebuah teknik bertarung baru yang mampu mengatasi teknik-teknik bertarung Shao Lin. Pertanyaannya adalah apa teknik baru itu dan bagaimana menciptakannya?

Lahirnya Teknik Bertarung Baru

Suatu saat Ng Mui menyaksikan pertarungan antara seekor rubah dan seekor bangau liar besar. Rubah itu berjalan mengitari bangau mencari kesempatan untuk menyerang, sementara bangau diam di tengah dan berputar-putar untuk menghadapi rubah. Setiap kali rubah menyerang dengan cakarnya, bangau menghalau dengan sayapnya dan pada saat yang sama, balik menyerang dengan paruhnya. Rubah tersebut memanfaatkan kelincahannya untuk menghindar dan menyerang secara tiba-tiba dengan cakarnya. Perkelahian ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama hingga Ng Mui mendapatkan inspirasi untuk mengembangkan teknik pertarungan baru. Siapa di antara bangau dan rubah yang menjadi pemenang tidaklah penting. Ng Mui berkonsentrasi untuk menyesuaikan gerakan cakar rubah dan sayap bangau menjadi gerakan manusia. Ia berhasil menciptakan satu set gerakan tempur yang tetap mempertahankan gerakan rubah dan bangau, tetapi sesuai dengan gerakan manusia.

Gerakan kung fu Shao Lin yang menitik beratkan pada suatu pola tetap, terlalu rumit untuk Ng Mui. Pada teknik barunya ini ia menitikberatkan pada kesederhanaan gerak dan keanekaragaman kegunaan. Hal ini cukup menyimpang dari teknik-teknik Shao Lin. Dengan kata lain, dari sepuluh set atau lebih gerakan Shao Lin, satu dan lainnya hanya berbeda sedikit, hanya akan memberikan latihan stereotip bagi para anak didik.
Sistem baru ciptan Ng Mui ini terdiri dari beberapa gerakan sederhana yang digabungkan, dan setelah mengalami beberapa perbaikan dan penyempurnaan, dibagi menjadi tiga jurus dan satu set gerakan berlatih menggunakan "orang-orangan kayu". Terlebih lagi dalam gaya Shao Lin, banyak gerakan yang memiliki pose menarik dan nama yang indah, seperti "Tarian Naga dan Pheonix", "Tongkat Master Tao", dan "Singa Keluar Dari Gua", tetapi dalam pertempuran yang sesungguhnya tidak dapat diprektekkan.

Kebalikannya, pada teknik baru ini, setiap gerakan adalah gerakan tempur yang sesungguhnya dan sangat praktis. Sudah tidak ada lagi gerakan-gerakan dan pose-pose indah yang hanya berguna untuk menarik perhatian. Gerakan-gerakan ini memiliki nama-nama yang sesuai dengan kegunaan dan bentuk gerakannya, seperti "Telapak Tangan Menghadap Ke Atas", sebuah nama yang sangat jelas menunjukkan gerak tangan yang diwakilinya.

Perbedaan lainnya adalah bahwa pada teknik Shao Lin terlalu banyak menekankan latihan fisik. Seorang murid harus berlatih kuda-kuda yang kuat selama dua atau tiga tahun sebelum ia dapat melanjutkan pelajaran. Pada teknik barunya, Ng Mui lebih menekankan penggunaan metode dalam mengalahkan musuh daripada dengan menggunakan kekuatan. Memang pada metode ini perlu juga melatih kekuatan, tetapi dalam pertempuran yang sesungguhnya, yang terpenting adalah menerapkan metode yang tepat untuk masing-masing keadaan, dan juga untuk masing-masing lawan, guna secepat mungkin mengalahkannya. Untuk keperluan ini, para pengikut Ng Mui, dibekali dengan beragam teknik gerakan tangan, kuda-kuda, dan gerak langkah yang fleksibel.

Dengan kata lain, dalam pertempuran yang sesungguhnya, gaya Shao Lin akan menggunakan gerakan tangan dan kuda-kuda lebar, sementara teknik baru ini akan menggunakan langkah kaki yang mengejar dan teknik bertempur jarak dekat. Dalam gaya Shaolin, kuda-kuda yang paling sering digunakan adalah "kaki depan sebagai busur dan kaki belakang sebagai anak panah" atau disebut juga kuda-kuda depan, sementara dalam teknik baru ini menggunakan kuda-kuda "kaki depan sebagai anak panah dan kaki belakang sebagai busur" atau disebut juga kuda-kuda belakang. Kuda-kuda belakang ini memungkinkan diterapkannya teknik "tendangan menghujam ke depan" yang cepat untuk menyerang tempurung lutut orang-orang yang menggunakan kuda-kuda depan, dan dapat mundur dengan cepat, jika kaki depannya sendiri diserang.Teknik baru ini akhirnya membuktikan ketidakefektifan gaya-gaya lebar Shao Lin.

Galeri Gambar


















 

No comments:

Post a Comment