Friday, 15 April 2011

Macan Tutul Jawa



Macan Tutul Jawa atau dalam bahasa latin disebut Panthera pardus melas adalah kucing besar terakhir, yang tersisa di pulau Jawa, setelah punahnya Harimau Jawa. Macan Tutul Jawa (Java Leopard) merupakan satu dari sembilan subspesies Macan Tutul (Panthera pardus) di dunia yang merupakan satwa endemik pulau Jawa. Hewan langka yang dilindungi ini hanya ditemukan di hutan tropis, pegunungan dan kawasan konservasi Pulau Jawa, Indonesia dan menjadi satwa identitas provinsi Jawa Barat.

Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) yang dimasukkan dalam status konservasi “Critically Endangered” ini, mempunyai dua variasi yaitu Macan Tutul berwarna terang dan Macan Tutul berwarna hitam, yang biasa disebut dengan Macan Kumbang. Meskipun memiliki warna berbeda, kedua kucing besar ini adalah subspesies yang sama.

Ciri-ciri Macan Tutul Jawa. Dibandingkan subspesies macan tutul lainnya, macan tutul jawa berukuran paling kecil. Panjang tubuh berkisar antara 90 – 150 cm, dengan tinggi 60 – 95 cm. Bobot badannya berkisar 40 – 60 kg. Macan tutul Jawa mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam. Subspesies ini pada umumnya memiliki bulu seperti warna sayap kumbang yang hitam mengkilap, dengan bintik-bintik gelap berbentuk kembangan yang hanya terlihat di bawah cahaya terang. Bulu hitam Macan Kumbang mungkin merupakan hasil evolusi dalam beradaptasi dengan habitat hutan yang lebat dan gelap. Warna hitam ini terjadi akibat satu alel resesif yang dimiliki hewan ini. Macan Kumbang betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan.Macan Tutul Jawa  (Panthera pardus melas) mempunyai ukuran relatif kecil. 

Subspesies Macan Tutul yang menjadi satwa endemik pulau Jawa ini mempunyai khas warna bertutul-tutul di sekujur tubuhnya. Pada umumnya bulunya berwarna kuning kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna hitam. Bintik hitam di kepalanya berukuran lebih kecil. Macan Tutul Jawa betina serupa, dan berukuran lebih kecil dari jantan.

Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) sebagaimana macan tutul lainnya adalah binatang nokturnal yang lebih aktif di malam hari. Kucing besar ini termasuk salah satu binatang yang pandai memanjat dan berenang.
Macan Tutul Jawa adalah binatang karnivora yang memangsa buruannya seperti kijang, monyet ekor panjang, babi hutan, kancil dan owa jawa, landak jawa, surili dan lutung hitam. Kucing besar ini juga mampu menyeret dan membawa hasil buruannya ke atas pohon, meski terkadang bobot mangsanya melebih ukuran tubuhnya. Perilaku ini selain untuk menghindari kehilangan mangsa hasil buruannya, juga untuk penyimpanan persediaan makanan.
Meskipun masa hidup di alam belum banyak diketahui tetapi di penangkaran, Macan tutul dapat hidup hingga 21-23 tahun. Macan tutul hidup dalam teritorial (ruang gerak) berkisar 5 – 15 km2. Bersifat soliter, tetapi pada saat tertentu dapat berkelompok, berpasangan dan mengasuh anak. Macan tutul jantan akan berkelana mencari pasangan dalam teritorinya masing-masing, di mana tiap daerah tersebut ditandai dengan cakaran di batang kayu, urine maupun kotorannya.

Macan tutul betina umumya memiliki anak antara 2 – 6 ekor setiap kelahiran, dengan masa kehamilan lebih kurang 110 hari. Menjadi dewasa pada usia 3-4 tahun. Anak macan tutul akan tetap bersama induknya hingga berumur 18-24 bulan. Dalam pola pengasuhan anak, kadang-kadang macan tutul jantan membantu dalam hal pengasuhan anak.

Macan Kumbang

Macan Kumbang
Meskipun mempunyai warna tubuh yang berbeda, hitam, namun Macan Kumbang pun subspesies yang sama dengan Macan Tutul. Variasi warna tubuh tersebut bukanlah menjadikan macan tutul yang bertubuh hitam tersebut adalah subspesies yang lain, tetapi sesungguhnya sub spesies yang sama. Terbukti keduanya dapat kawin dan menghasilkan keturunan yang berwarna tutul dan berwarna hitam.

Warna pada Macan Kumbang tidaklah sepenuhnya hitam. Ada tutul-tutul yang berwarna lebih gelap dibandingkan warna dasar. Macan tutul hitam (Macan Kumbang) selain menjadi varian dari Macan Tutul Jawa juga banyak dijumpai di India. Para ahli menduga perbedaan warna tersebut disebabkan oleh pigmen melanistik.

Konservasi Macan Tutul Jawa. 

Kucing besar ini termasuk satwa yang dilindungi dari kepunahan di Indonesia berdasarkan UU No.5 tahun 1990 dan PP No.7 tahun 1999. Oleh IUCN Red list, Macan Tutul Jawa (Panthera padus melas) digolongkan dalam status konservasi “Kritis” (Critically Endangered). Selain itu juga masuk dalam dalam CITES Apendik I yang berarti tidak boleh diperdagangkan.

Jumlah populasi Macan Tutul Jawa tidak diketahui dengan pasti. Data dari IUCN Redlist memperkirakan populasinya di bawah 250 ekor (2008) walaupun oleh beberapa instansi dalam negeri terkadang mengklaim jumlahnya masih di atas 500-an ekor.

Populasi Macan Tutul Jawa ini tersebar di beberapa wilayah yang berbeda seperti di Taman Nasional (TN) Ujung Kulon, TN. Gunung Halimun Salak, TN. Gunung Gede, Hutan Lindung Petungkriyono Pekalongan, dan TN. Meru Betiri Jawa Timur.

Subspesies Macan Tutul. Di seluruh dunia terdapat 9 subspesies Macan Tutul. Selain Macan Tutul Jawa (Panthera padus melas) yang endemik pulau Jawa terdapat 8 subspesies lainnya yaitu;
  • Panthera pardus pardus: Afrika
  • Panthera pardus nimr : Arab
  • Panthera pardus saxicolor : Asia Tengah
  • Panthera pardus kotiya: Sri Lanka
  • Panthera pardus fusca: India
  • Panthera pardus delacourii: Asia Selatan dan China bagian selatan
  • Panthera pardus japonensis: China bagian utara
  • Panthera pardus orientalis: Rusia, Korea dan China bagian tenggara
Klasifikasi Ilmiah. Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Carnivora; Famili: Felidae; Genus: Panthera; Spesies: Panthera. pardus; Subspesies: Panthera pardus melas. Nama trinomial Panthera pardus melas (Cuvier, 1809)

No comments:

Post a Comment