Friday, 23 September 2011

Parkinson

Penyakit Parkinson adalah penyakit saraf progresif yang berdampak terhadap respon. Nama penyakit ini diambil dari penemunya, yaitu James Parkinson

Etiologi

Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak dan faktor-faktor lainnya seperti :
  1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson,
  2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.
Gejala Klinis

Penyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut:
  1. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan,
  2. Tremor yang menetap ,
  3. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol,
  4. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik,
  5. Depresi, demensia,
  6. Wajah seperti topeng.
Pemeriksaan Diagnostik

Observasi gejala klinis dilakukan dengan mempelajari hasil foto untuk mengetahui gangguan.

Komplikasi

Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.

Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti:
  1. Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin.
  2. Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.
  3. Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.
  4. Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
  5. Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.
Penatalaksanaan Keperawatan

Pengkajian
  1. Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.
  2. Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.
  3. Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.
  4. Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.
  5. Kaji tanda depresi.
Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
  1. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan bradikinesia, regiditas otot dan tremor ditandai dengan DS: klien mengatakan sulit melakukan kegiatan, DO: tremor saat beraktivitas. 
    Yang dievaluasi: klien mengikuti sesi terapi fisik, melakukan latihan wajah 10 menit 2 kali sehari.

    Intervensi:

    Tujuan : meningkatkan mobilitas.

    • Bantu klien melakukan olah raga setiap hari seperti berjalan, bersepeda, berenang, atau berkebun.
    • Anjurkan klien untuk merentangkan dan olah raga postural sesuai petunjuk terapi.
    • Mandikan klien dengan air hangat dan lakukan pengurutan untuk membantu relaksasi otot.
    • Instruksikan klien untuk istirahat secara teratur agar menghindari kelemahan dan frustasi. 
    • Ajarkan untuk melakukan olah raga postural dan teknik berjalan untuk mengurangi kekakuan saat berjalan dan kemungkinan belajar terus. 
    • Instruksikan klien berjalan dengan posisi kaki terbuka. 
    • Buat klien mengangkat tangan dengan kesadaran, mengangkat kaki saat berjalan, menggunakan sepatu untuk berjalan, dan berjalan dengan langkah memanjang. 
    • Beritahu klien berjalan mengikuti irama musik untuk membantu memperbaiki sensorik.

  2. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kesulitan: menggerakkan makanan, mengunyah, dan menelan, ditandai dengan DS: klien mengatakan sulit makan, berat badan berkurang DO: kurus, berat badan kurang dari 20% berat badan ideal, konjungtiva pucat, dan membran mukosa pucat.

    Yang dievaluasi : Klien dapat makan 3 kali dalam porsi kecil dan dua kali snack, tidak ada penurunan berat badan.

    Intervensi:

    Tujuan : Mengoptimalkan status nutrisi
    • Ajarkan klien untuk berpikir saat menelan-menutup bibir dan gigi bersama-sama, mengangkat lidah dengan makanan di atasnya, kemudian menggerakkan lidah ke belakang dan menelan sambil mengangkat kepala ke belakang.
    • Instruksikan klien untuk mengunyah dan menelan, menggunakan kedua dinding mulut. 
    • Beritahu klien untuk mengontrol akumulasi saliva secara sadar dengan memegang kepala dan menelan secara periodik. 
    • Berikan rasa aman pada klien, makan dengan stabil dan menggunakan peralatan. 
    • Anjurkan makan dalam porsi kecil dan tambahkan makanan selingan (snack). 
    • Monitor berat badan.
  3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah ditandai dengan : DS: klien/keluarga mengatakan adanya kesulitan dalam berbicara DO: kata-kata sulit dipahami, pelo, wajah kaku.
    Yang dievaluasi: tidak adanya kesulitan dalam berbicara, kata-kata dapat dipahami.Intervensi:

    Tujuan: memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.

    • Jaga komplikasi pengobatan. 
    • Rujuk ke terapi wicara.
    • Ajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas untuk memperbaiki kata-kata, volume, dan intonasi. 
    • Nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara dan jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas. 
    • Latih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk memonitor kemajuan.

No comments:

Post a Comment