Atorvastatin, merupakan molekul garam
kalsium trihidrat, sebuah molekul kalsium atorvastatin yang mampu mengikat
tiga molekul air. Atorvastatin merupakan salah satu zat aktif penurun
kolesterol darah golongan statin yang bekerja dengan menghambat secara selektif enzim HMG-CoA reduktase, yaitu enzim yang mengkonversi perubahan HMG-CoA
menjadi mevalonate yang berperan dalam biosintesis kolesterol.
Atorvastatin berperan sebagai agen penurun kolesterol yang efektif dalam
penurunan kolesterol endogen total, kolesterol LDL, trigliserida dan kadar ApoB.
Nama dan Struktur Kimia
Garam kalsium atorvastatin memiliki nama (3R,5R)-7-[2-(4-fluorophenyl)-3-phenyl-4-(phenylcarbamoyl)-5-propan-2-ylpyrrol-1-yl]-3,5-dihydroxyheptanoic acid, dengan rumus molekul (C33H35FN2O5)2Ca.3H2O dengan bobot molekul sebesar 1209,42, dengan rumus struktur berikut:
Struktur Garam Atorvastatin-Kalsium
Struktur Atorvastatin
Struktur 3D Atorvastatin
Atorvastatin adalah senyawa sintesis derivat dari asam pentanoat pirol
dengan pentasubstitusi. Atorvastatin adalah salah satu inhibitor
hidroksimetilglutaril-CoA reduktase (statin), selain mevastatin,
fluvastatin, lovastatin, pravastatin, dan simvastatin.
Berbeda dengan prodrug lakton lovastatin dan simvastatin,
atorvastatin memiliki 3 asam hidroksil aktif dan tidak memerlukan
hidrolisis in vivo. Atorvastatin dan metabolit aktifnya yang secara
struktur serupa dengan HMG-CoA berkompetisi untuk menempati sisi aktif
HMG-CoA reduktase.
Kalsium atorvastatin adalah serbuk putih atau kristal putih pucat yang
tidak larut dalam air dengan pH 4 atau kurang, sangat sedikit larut
dalam air suling, sedikit larut pada dapar phosphat pH 7,4 atau
asetonitril, sedikit larut pada etanol, mudah larut pada metanol.
Secara umum Atorvastatin diindikasikan sebagai terapi
tambahan disamping diet, untuk menurunkan kadar kolesterol total,
kolesterol LDL, apolipoprotein B, dan trigliserida pada pasien-pasien
dengan hiperkolesterolemia primer, hiperlipidemia campuran serta
hiperkolesterolemia keturunan homozigot dan heterozigot bila respon
terhadap diet dan terapi non-farmakologis lain tidak adekuat.
Pencegahan Primer
Atorvastatin digunakan pada pasien yang tanpa bukti klinis penyakit
jantung klinis, namun memiliki faktor resiko seperti usia, merokok,
hipertensi, rendah HDL, riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner
untuk mengurangi resiko infark miokard, stroke atau angina dan untuk
mengurangi resiko menjalani prosedur revaskularisasi. Atorvastatin juga
digunakan pada pasien yang tanpa bukti klinis penyakit jantung koroner
namun memiliki penyakit diabetes melitus tipe 2 dan faktor resiko
penyakit jantung koroner (misal: retinopati, albuminuria, merokok,
hipertensi) untuk mengurangi resiko infark miokard dan stroke. Meski demikian pengobatan dengan atorvastatin tidak mengurangi resiko kematian akibat kardiovaskular atau pun non kardiovaskular.
Berdasarkan hasil penelitian Anglo-Scandinavian Cardiac Outcomes Trial (ASCOT) terapi dengan atorvastatin (10 mg/hari) selama
rata-rata 3,3 tahun pada penderita
hipertensi, hiperkolesterolemia (kolesterol total 251 mg/dl atau kurang)
tanpa riwayat infark miokard yang memiliki faktor resiko penyakit
jantung koroner ganda, akan mengurangi resiko penyakit jantung koroner fatal
atau infark miokard non-fatal sebesar 36% dan mengurangi resiko
menjalani prosedur revaskularisasi sebesar 42%. Sedangkan resiko stroke
fatal atau non-fatal berkurang sebesar 26%, meski secara statistik tidak
signifikan. Pengobatan dengan atorvastatin tidak mengurangi resiko
kematian akibat kardiovaskular atau pun non kardiovaskular.
Pada Collaborative Atorvastatin Diabetes Study (CARDS) yang dilakukan pada pasien
hiperkolesterolemia (median konsentrasi kolesterol 207 mg/dl,
konsentrasi LDL 120 mg/dl, trigliserida 151 mg/dl) dengan diabetes
melitus tipe 2 (rata-rata HbA1c 7,7%) dengan satu atau lebih faktor
resiko lain (merokok, hipertensi, retinopati, mikroalbuminuria,
makroalbuminuria), terapi dengan atorvastatin 10 mg perhari selama
rata-rata 3,9 tahun mengurangi resiko stroke hingga 48% dan resiko
infark miokard sebesar 42% dibandingkan plasebo. Pengobatan dengan
atorvastatin tidak mengurangi resiko angina unstabil, prosedur
revaskularisasi dan kematian akibat penyakit jantung koroner akut.
Dalam studi pencegahan stroke melalui pengurangan tingkat kolesterol
secara agresif pada pasien dengan hiperkolesterolemia (konsentrasi LDL
100-190 mg/dl) yang telah mengalami serangan stroke atau transient ischemic attack (TIA)
dalam 1-6 bulan terakhir, terapi dosis tinggi atorvastatin (80 mg
perhari) selama rata-rata 4,9 tahun mengurangi resiko stroke fatal dan
nonfatal berikutnya dan kejadian kardiovaskular mayor sebesar 16 dan
20%. Walaupun secara keseluruhan tidak ada penurunan resiko kematian.
Pasien yang pada saat awal masuk studi telah memiliki riwayat stroke
hemoragik menunjukan peningkatan resiko stroke hemoragik selama studi.
Pencegahan Sekunder
Atorvastatin digunakan pada pasien dengan bukti klinis penyakit jantung
koroner untuk mengurangi resiko infark miokard nonfatal, stroke fatal
atau nonfatal, angina, atau pun gagal jantung kongestif, dan untuk
mengurangi resiko prosedur revaskularisasi. Kombinasi tetap atorvastatin
dan amlodipin (Caduet) digunakan untuk pasien yang memerlukan terapi
keduanya.
Dalam sebuah studi komparatif acak sejumlah 8888 pasien dengan riwayat
penyakit jantung koroner yang memiliki konsentrasi LDL rata-rata 122
mg/dl, melalui upaya penurunan kadar kolesterol darah secara agresif
dengan atorvastatin (80 mg/hari) atau simvastatin (20-40 mg/hari) selama
rata-rata 4,8 tahun pengurangan resiko titik akhir primer gabungan yang
sama (yaitu: penyakit jantung koroner fatal, infark miokard nonfatal,
dan serangan jantung). Selain itu tidak ada perbedaan angka kematian
secara keseluruhan baik pada kelompok pengguna atorvastatin maupun
simvastatin.
Pada pasien dengan sindrome koroner akut, terapi antilipemik dengan
statin dosis tinggi lebih efektif dibandingkan dengan dosis moderatnya
untuk mengurangi resiko serangan kardiovaskular.
Mengurangi Progresi Atherosklerosis Koroner
Terapi antilipemik intensif dengan atorvastatin menunjukan adanya
perlambatan perkembangan atherosklerosis koroner. Dalam studi
kontrol-aktif, random, double-blind (Pembalikan atherosklerosis
dengan penurunan lipid agresif) pada 654 pasien dengan penyakit jantung
koroner, terapi dengan antilipemik intensif (atorvastatin 80 mg/hari)
atau terapi dengan antilipemik moderat (pravastatin 40 mg/hari) selama
18 bulan mengurangi konsentrasi LDL masing-masing sebesar 79 mg/dl atau
110 mg/dl dan mengurangi konsentrasi protein C-reaktif sebesar 36,4%
pada pasien pengguna atorvastatin dan 5,2% pada pasien yang menerima
terapi pravastatin. Pengobatan dengan regimen antilipemik intensif
dikaitkan dengan rendahnya tingkat perkembangan atherosklerosis (diukur
melalui perubahan prosentase volume atheroma).
Dibandingkan dengan
baseline, pasien yang diterapi dengan atorvastatin tidak mengalami
perubahan beban atheroma, sedangkan pasien yang diterapi dengan
pravastatin menunjukan perkembangan atherosklerosis. Studi ini juga
mengungkapkan bahwa perbedaan dalam perkembangan atherosklerosis antara
pasien yang diterapi dengan atorvastatin dan pravastatin mungkin
berhubungan dengan semakin besarnya penurunan konsentrasi lipoprotein
atherogenik dan protein C-reaktif pada pasien yang diterapi dengan
atorvastatin.
Dislipidemia
Atorvastatin digunakan sebagai terapi tambahan pada terapi diet untuk
menurunkan tingginya level kolesterol total dan LDL serum,
apolipoprotein B (apo B), trigliserida, dan meningkatkan konsentrasi HDL
dalam terapi hiperkolesterolemia primer dan dislipidemia campuran,
hiperkolesterolemia familial homozigot, disbetalipoproteinemia primer
dan atau hipertrigliseridemia.
Terapi non obat dan langkah-langkah spesifik untuk dislipidemia (terapi
perubahan gaya hidup) adalah terapi pilihan pertama termasuk manajemen
diet yang meliputi:
- Pembatasan asupan kolesterol dan lemak jenuh
- Peningkatan asupan stanol/sterol
- Diet tinggi serat
- Penurunan berat badan
- Peningkatan aktivitas fisik
- Pengelolaan penyakit
Pada dislipidemia, terapi obat bukan merupakan terapi pengganti melainkan terapi tambahan pada terapi non obat.
Hiperkolesterolemia primer dan dislipidemia campuran
Atorvastatin tunggal, atau dalam kombinasi dengan ezetimibe digunakan
untuk terapi tambahan diet pada orang dewasa untuk menurunkan
konsentrasi LDL, apo B dan trigliserida dan meningkatkan konsentrasi HDL
dalam darah pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer dan
dislipidemia campuran, termasuk hiperkolesterolemia familial heterozigot
dan hiperkolesterolemia karena penyebab primer lainnya (misal:
hiperkolesterolemia poligenik).
Atorvastatin juga digunakan untuk
menurunkan kolesterol total, LDL, apo B pada pengelolaan
hiperkolesterolemia familial heterozigot pada anak laki-laki dan
perempuan postmenarchal pada usia 10 tahun atau lebih yang belum
memiliki respon yang memadai pada manajemen diet dan memiliki
konsentrasi LDL serum 190 mg/dl atau lebih besar atau memiliki
konsentrasi LDL serum 160 mg/dl atau lebih dengan riwayat keluarga
dengan penyakit kardiovaskular prematur atau dengan faktor resiko ganda
penyakit kardiovaskular.
Penurunan konsentrasi kolesterol total dan LDL dihasilkan oleh dosis
biasa atorvastatin yang secara substansial menghasilkan penurunan lebih
besar dibandingkan dengan monoterapi dengan antilipemik lainnya. Dalam
sebuah studi terkontrol dan tak terkontrol rata-rata penurunan
kolesterol total 17-46%, 25-61% LDL, 17-50% apo B, dan 10-37%
trigliserida pada pasien dengan hiperkolesterolemia primer yang menerima
atorvastatin 2,5-80 mg/hari selama setidaknya 6 minggu. Dan HDL
meningkat sekitar 3-12%.
Pada pasien dengan dislipidemia disertai
hipertensi yang menerima kombinasi tetap atorvastatin (10-80 mg) dan
amlodipin (5-10 mg) konsentrasi LDL serum turun sebesar 33-49% setelah
terapi selama 8 minggu.
Data studi menunjukan bahwa terapi atorvastatin menghasilkan penurunan
konsentrasi kolesterol total da LDL lebih besar bila dibandingkan dengan
statin lainnya (fluvastatin, lovastatin, simvastatin dan pravastatin).
Dibandingkan dengan statin tertentu lainnya, efek atorvastatin pada
dosis tinggi terhadap peningkatan konsentrasi HDL mungkin kurang jelas.
Pada beberapa penelitian yang dirancang untuk mengevaluasi efek dari
atorvastatin (20-80 mg/hari) dan simvastatin (40-80 mg-hari) pada
konsentrasi HDL dan apolipoprotein AI, peningkatan konsentrasi HDL dan
apolipoprotein AI lebih besar pada pasien yang diterapi dengan
simvastatin (yaitu 7-9% dan 3-6%) dibandingkan pasien yang diterapi
dengan atorvastatin (0-7% dan 0-5%).
Mekanisme dari efek ini belum
sepenuhnya diketahui, tetapi mungkin berhubungan dengan waktu paruh
eliminasi kedua obat tersebut, yaitu 20 menit pada atorvastatin dan 2
jam pada simvastatin, dan ata adanya perbedaan efek obat pada enzim
lipolitik (misal: lipoprotein lipase, lipase hepatik).
Dari data studi komparasi yang terbatas menyarankan bahwa penurunan konsentrasi kolesterol total dan LDL yang dihasilkan melalui atorvastatin melebihi yang dapat dihasilkan oleh derivat asam fenofibrat. Dalam penelitian lain pasien dengan dislipidemia camuran, pengobatan dengan atorvastatin (10 mg/hari) dikaitkan dengan penurunan konsentrasi kolesterol total dan LDL yang lebih besar dibandingkan dengan terapi fenofibrat (200 mg/hari), namun pasien yang diterapi dengan fenofibrat menghasilka penurunan kadar trgliserida yang lebih besar dan menghasilkan peningkatan kadar HDL dan apolipoprotein AI yang lebih besar pula dibandingkan pasien yang diterapi dengan atorvastatin.
Kombinasi atorvastatin dengan agen antilipemik lainnya (misal: resin asam empedu, sekuestrans dan ezetimibe) secara umum menghasilkan peningkatan efek antilipemik. Penambahan sekuestran asam empedu (kolestipol 20 gram/hari) pada terapi atorvastatin (10 mg/hari) meningkatkan pengurangan kadar LDL lebih lanjut sebesar 10%, sehingga penurunan LDL pada pasien yang menerima terapi kombinasi ini sekitar 45%. Namun, efek samping yang sering terjadi diantaranya sembelit sehingga menurunkan tingkat kepatuhan pasien. Penambahan ezetimibe (10 mg/hari) pada atorvastatin (10-80 mg/hari) lebih lanjut dapat menurunkan konsentrasi LDL sebesar 7-16%, sehingga penurunan LDL secara keseluruhan sekitar 53-61%.
Hiperkolesterolemia Familial Homozigot
Dari data studi komparasi yang terbatas menyarankan bahwa penurunan konsentrasi kolesterol total dan LDL yang dihasilkan melalui atorvastatin melebihi yang dapat dihasilkan oleh derivat asam fenofibrat. Dalam penelitian lain pasien dengan dislipidemia camuran, pengobatan dengan atorvastatin (10 mg/hari) dikaitkan dengan penurunan konsentrasi kolesterol total dan LDL yang lebih besar dibandingkan dengan terapi fenofibrat (200 mg/hari), namun pasien yang diterapi dengan fenofibrat menghasilka penurunan kadar trgliserida yang lebih besar dan menghasilkan peningkatan kadar HDL dan apolipoprotein AI yang lebih besar pula dibandingkan pasien yang diterapi dengan atorvastatin.
Kombinasi atorvastatin dengan agen antilipemik lainnya (misal: resin asam empedu, sekuestrans dan ezetimibe) secara umum menghasilkan peningkatan efek antilipemik. Penambahan sekuestran asam empedu (kolestipol 20 gram/hari) pada terapi atorvastatin (10 mg/hari) meningkatkan pengurangan kadar LDL lebih lanjut sebesar 10%, sehingga penurunan LDL pada pasien yang menerima terapi kombinasi ini sekitar 45%. Namun, efek samping yang sering terjadi diantaranya sembelit sehingga menurunkan tingkat kepatuhan pasien. Penambahan ezetimibe (10 mg/hari) pada atorvastatin (10-80 mg/hari) lebih lanjut dapat menurunkan konsentrasi LDL sebesar 7-16%, sehingga penurunan LDL secara keseluruhan sekitar 53-61%.
Hiperkolesterolemia Familial Homozigot
Atorvastatin digunakan secara tunggal atau dikombinasi dengan ezetimibe sebagai terapi tambahan pada hiperkolesterolemia familial homozigot sebagai tambahan terapi penurun lipid lainnya (misal: apharesis LDL) atau ketika terapi tersebut tidak tersedia. Pasien dengan hiperkolesterolemia familial homozigot biasanya memiliki respon yang buruk terhadap diet dan terapi obat, termasuk pada pemberian regimen statin yang disebabkan karena tidak berfungsinya, atau hanya sedikit atau bahkan tidak adanya reseptor LDL.
Pada sebuah studi terhadap pasien
dengan hiperkolesterolemia familial homozigot yang menerima terapi
atorvastatin 40-80 mg selama setidaknya 4 minggu, hanya 86% pasien yang
merespon dengan adanya penurunan konsentrasi LDL darah yaitu sebesar
7-53% (rata-rata penurunan 20%), sedangkan pasiennya lainnya justru
mengalami peningkatan LDL 7-24%.
Dalam sejumlah pasien yang menjalani
apheresis LDL, penambahan terapi atorvastatin (80 mg/hari) selama 8
minggu mengalami penurunan konsentrasi kolesterol total dan LDL
masing-masing sebesar 29% dan 31%. Data terbatas juga menunjukan bahwa
terapi atorvastatin juga dapat mengurangi resiko atherosklerosis pada
kelompok pasien ini.
Pada sebuah studi terbatas dengan durasi 12 minggu sejumlah pasien didiagnosis secara klinis atau genotipik sebagai hiperkolesterolemia familial homozigot, penambahan ezetimibe (10 mg/hari) pada terapi atorvastatin atau simvastatin (40 atau 80 mg/hari) lebih efektif dalam mengurangi konsentrasi LDL (pengurangan tambahan sebesar 21% ) dari pada dengan peningkatan dosis dengan monoterapi atorvastatin atau simvastatin.
Disbetalipoproteinemia Primer
Pada sebuah studi terbatas dengan durasi 12 minggu sejumlah pasien didiagnosis secara klinis atau genotipik sebagai hiperkolesterolemia familial homozigot, penambahan ezetimibe (10 mg/hari) pada terapi atorvastatin atau simvastatin (40 atau 80 mg/hari) lebih efektif dalam mengurangi konsentrasi LDL (pengurangan tambahan sebesar 21% ) dari pada dengan peningkatan dosis dengan monoterapi atorvastatin atau simvastatin.
Disbetalipoproteinemia Primer
Atorvastatin digunakan sebagai terapi tambahan pada pasien dengan disbetalipoproteinemia primer yang tidak merespon diet secara memadai.
Pengobatan dengan atorvastatin (80 mg/hari) selama 8 minggu pada pasien ini menghasilkan penurunan kolesterol total secara substansial (58%), trigliserida (53%), kombinasi IDL-VLDL (63%), dan non-HDL (64%). Efek ini lebih tinggi dari yang dihasilkan pada terapi dengan simvastatin (yaitu 28,41, 27%, masing-masing)
Hipertrigliseridemia
Atorvastatin juga digunakan sebagai terapi tambahan pada diet pada pasien dengan hipertrigliseridemia. Meski efek penurunan konsentrasi trigliserida dari atorvastatin relatif lebih rendah.
Kegunaan Lain
Atorvastatin juga digunakan untuk menurunkan kadar LDL pada beberapa
pasien dengan transplantasi ginjal. Atorvastatin juga mengurangi
konsentrasi kolesterol total dan LDL pada pasien hiperkolesterolemia
dialisis peritoneal. Atorvastatin tunggal atau dikombinasi dengan
gemfibrozil juga menurunkan konsentrasi kolesterol dan trigliserida pada
pasien hiperkolesterolemia yang dihubungkan dengan penggunaan inhibitor
protease.
Kontra Indikasi
Atorvastatin dikontraindikasikan pada
pasien dengan penyakit hati aktif atau peningkatan kadar transaminase
serum yang belum jelas penyebabnya, pasien hipersentitif terhadap
atorvastatin, kehamilan dan menyusui. Jika pasien hamil ketika
mengkonsumsi atorvastatin maka penggunaan atorvastatin harus dihentikan
dengan segera.
Cara Pemberian
Atorvastatin diberikan secara oral sekali sehari. Makanan dapat
mengurangi ketersediaan sistemik dari atorvastatin, meski mungkin tidak
menurunkan efek antilipemiknya, atorvastatin dapat diberikan tanpa
memperhatikan faktor makanan. Atorvastatin sebaiknya diberikan pada
malam hari atau menjelang tidur malam, dimana efek penghambatan terhadap
HMG-CoA reduktase terjadi.
Sebelum terapi atorvastatin dimulai pasien terlebih dahulu harus
melakukan diet, dan diet tersebut tetap harus dilakukan selama terapi
dengan atorvastatin.
Pada penggunaan bersama atorvastatin dengan sekuestrans asam empedu,
atorvastatin harus diberikan minimal 2 jam setelah pemberian sekuestrans
asam empedu. Terapi dengan statin, termasuk atorvastatin dengan turunan
asam fibrat umumnya harus dihindari.
Dosis
Dosis kalsium atorvastatin dinyatakan sebagai atorvastatin dan harus
disesuaikan secara hati-hati menurut keadaan dan respon pasien.
Konsentrasi lipoprotein serum harus ditentukan 2-4 minggu setelah terapi
dimulai dan atau dititrasi dan dilakukan penyesuaian dosis.
Pencegahan Kejadian Kardiovaskular atau Manajemen Dislipidemia
Untuk monoterapi atorvastatin untuk hiperkolesterolemia primer
(heterozigot familial atau nonfamilial) dan dislipidemia campuran pada
orang dewasa adalah 10 atau 20 mg/hari. Untuk menghasilkan efek
penurunan kolesterol LDL sebesar 45% dosis awal dapat diberikan sebesar
40 mg/hari. Dosis pemeliharaan pada orang dewasa adalah 10-80 mg/hari.
Dosis awal yang direkomendasikan untuk anak laki-laki atau perempuan postmenarchal berusia
10 tahun atau lebih dengan hiperkolesterolemia familial heterozigot
adalah 10 mg/hari, maksimum 20 mg/hari. Khasiat dan keamanan dosis
diatas 20 mg/hari belum dievaluasi pada kelompok pasien ini.
Dosis oral untuk pemeliharaan hiperkolesterolemia familial homozigot
adalah 10-80 mg/hari. Obat dapt merupakan terapi tambahan penurun lipi
lainnya (misal; apheresis LDL) atau bila terapi lainnya tidak tersedia.
Dosis harus disesuaikan dengan interval tidak kurang dari 4 minggu
sampai terjadi efek penurunan lipoprotein seperti yang diinginkan.
Pengurangan dosis atorvastatin harus dipertimbangkan pada pasien dengan
penurunan kolesterol jauh dibawah target.
Karena adanya peningkatan resiko myopatipada pasien yang menerima terapi
atorvastatin dan siklosporin secara bersamaan, maka dosis atorvastatin
harus dibatasi sebesar 10 mg/hari. Pada pasien yang menerima
klaritromisin, kombinasi ritonavir-saquinavir, atau kombinasi
lopinavir-ritonavir, dosis penggunaan atorvastatin melebihi 20 mg/hari
memerlukan penilaian klinis yang tepat untuk menjamin bahwa dosis
efektif terendahnya tepat.
Kombinasi terapi atorvastatin-amlodipin dalam kombinasi tetap dapat
digunakan pada pasien yang memerlukan terapi keduanya. Peningkatan dosis
atorvastatin atau amlodipin atau keduanya dapat dilakukan untuk
antilipemik tambahan, antiangina, atau antihipertensi.
Dosis pada Pasien dengan Penurunan Fungsi Ginjal dan atau Hati
Karena atorvastatin tidak diekskresikan melalui ginjal, maka tidak
diperlukan penyesuaian dosis pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal.
Karena atorvastatin terutama dimetabolisme dalam hati dan beresiko
menumpuk dalam plasma pasien dengan penurunan fungsi hati, dan digunakan
secara berhati-hati pada pasien yang mengkonsumsi alkohol atau memiliki
riwayat penyakit hati, dan harus dilakukan pengawasan ekstra.
Penggunaan atorvastatin harus dihindari pada pasien dengan penyakit hati
aktif atau tak dapat dijelaskan yang terus-menerus mengalami
peningkatan konsentrasi amonitransferase.
Efek Samping
Secara umum atorvastatin dapat
ditoleransi dengan baik. Efek samping yang terjadi biasanya ringan dan
bersifat sementara. Efek samping yang umum terjadi adalah konstipasi,
perut kembung, dispepsia, nyeri abdomen, sakit kepala, mual, mialgia,
lemas, diare dan insomnia. Efek samping lainnya: kram otot, miositis,
miopati, parestesia, neuropati perifer, pankreatitis, hepatitis,
cholestatic jaundice, anoreksia, vomitus, alopesia, pruritus, impotensi,
hiperglikemia dan hipoglikemia.
Peringatan dan Perhatian
Penyimpanan
Pemberian atorvastatin bersamaan
dengan obat-obatan seperti cyclosporine, derivat asam fibrat
(gemfibrosil, bezafibrate, ciprofibrate, clofibrate, fenofibrat),
erythromycin, anti jamur golongan azole (itraconazole,
fluconazole,ketoconazole) dan niacin meningkatkan risiko terjadinya
miopati. Pemberian bersamaan dengan antasida yang mengandung magnesium
dan alumunium hidroksida, cholestipol akan menurunkan konsentrasi
atorvastatin dalam plasma. Atorvastatin mempengaruhi kadar simetidin,
digoxin, spironolakton, obat kontrasepsi oral dalam darah.
Atorvastatin memiliki potensi toksisitas seperti halnya statin lainnya,
semua hal yang berhubungan dengan peringatan, perhatian dan
kontraindikasi harus dipantau sehubungan dengan penggunaan atorvastatin
ini. Pasien harus diedukasi tentang resiko, terutama tentang
rhabdomyolisis, baik pada penggunaan statin sebagai agen tunggal maupun
dalam kombinasi dengan obat lain. Dan ketika atorvastatin digunakan
dalam kombinasi tetap dengan amlodipin, maka peringatan, perhatian dan
kontraindikasi amlodipin juga harus diperhatikan, bukan hanya
atorvastatin.
Kewaspadaan pada Pediatrik
Dalam sebuah studi random, double-blind terkontrol plasebo, pada anak
laki-laki atau perempuan postmenarchal berusia sepuluh tahun atau lebih
dampak buruk atorvastatin 10-20 mg/hari adalah serupa dengan plasebo.
Dosis lebih dari 20 mg/hari belum diobservasi pada kelompok populasi
ini. Tidak ada efek samping yang terpantau pada pertumbuhan atau
pematangan seksual pada anak laki-laki atau durasi menstruasi pada anak
perempuan.
Jika terapi dengan atorvastatin dibutuhkan pada perempuan,
produsen menyarankan agar perempuan tersebut menggunakan metode
kontrasepsi yang efektif dan tepat selama terapi untuk mencegah
kemungkinan terjadinya kehamilan. Khasiat dan keamanan atorvastatin pada
anak-anak prepubertas atau usia kurang dari 10 tahun belum dievaluasi.
Produsen menyatakan bahwa atorvastatin dengan dosis hingga 80 mg/hari
selama 1 tahun telah digunakan pada anak-anak usia 9 tahun atau lebih
dengan hiperkolesterolemia tanpa adanya laporan adanya abnornalitas
biokimia atau kelainan klinis.
Kewaspadaan pada Geriatrik
Pada sebuah studi acak yang melibatkan lebih dari 1900 pasien, rata-rata
penurunan konsentrasi kolesterol LDL setelah enam minggu terapi dengan
atorvastatin 10 mg/hari efek penurunan LDL sedikit lebih tinggi pada
pasien geriatrik (65 tahun atau lebih tua) dibandingkan pada kelompok
usia yang lebih muda. Namun tidak ada perbedaan klinis pada kedua
kelompok umur tersebut. Khasiat dan keamanan kombinasi tetap
atorvastatin dan amlodipin pada pasien geriatrik belum dievaluasi.
Mutagenisitas dan Karsinogenisitas
Atorvastatin tidak menunjukan adanya potensi mutagenik. Pada tikus yang
menerima atorvastatin oral 10, 30 dan 100 mg/Kg selama 2 tahun pada
tikus terjadi peningkatan insiden rhabdomyosarkoma dan fibrosarkoma. Dan
pada dosis 100, 200 dan 400 mg/Kg tikus selama 2 tahun terjadi
peningkatan adenoma hati pada tikus jantan dan karsinoma hati pada tikus
betina.
Kehamilan
Keamanan atorvastatin pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti.
Karena atherosklerosis merupakan peristiwa kronis, maka penghentian
terapi atorvastatin selama kehamilan tidak memberikan pengaruh besar
pada keberhasilan terapi hiperkolesterolemia jangka panjang. Kebanyakan
ahli merekomendasikan bahwa penanganan dislipidemia pada wanita hamil
adalah dengan diet. Jika terapi antilipemik dianggap sangat perlu, maka
atorvastatin sebaiknya tidak digunakan, karena obat ini memiliki bukti
teratogenik pada hewan dan peniadaan biosintesis kolesterol dapat
menyebabkan toksisitas pada janin.
Pada tikus yang menerima dosis 20,100 dan 225 mg/Kg perhari pada usia 7
hari kehamilan hingga 21 hari laktasi (menyapih) terjadi penurunan
kelangsungan hidup saat lahir, neonatus, menyapih dan kematangan anak
tikus yang lahir dari ibu yang menerima terapi atorvastatin 225 mg/Kg
perhari. Berat badan anak-anak tikus menurun dalam beberapa hari pada
anak tikus yang lahir dari ibu dengan terapi atorvastatin 100 mg/Kg
perhari.
Kolesterol dan produk biosintesis lain dari kolesterol adalah komponen
esensial bagi janin termasuk untuk sintesis membran sel dan steroid.
Kemampuan statin untuk mengurangi sintesis kolesterol dan mungkin produk
lain dari jalur sintesis kolesterol ini, memungkinkan atorvastatin
menyebabkan kerusakan janin bila diberikan pada wanita hamil.
Atorvastatin hanya boleh diberikan pada wanita usia subur bila wanita
tersebut tidak mungkin hamil dan telah diberi tahu potensi bahayanya.
Jika pasien hamil saat diterapi dengan atorvastatin, maka terapi harus
segera dihentikan.
Fertilitas
Pada tikus yang menerima atorvastatin hingga 175 mg/Kg perhari (15 kali
paparan manusia) tidak ada efek merugikan pada kesuburan atau kinerja
umum reproduksi. Namun aplasia dan aspermia diepididimis dilaporkan
terjadi pada 2 dari 10 tikus yang diobservasi.
Laktasi
Atorvastatin didistribusikan ke kelenjar susu, sehingga dikontraindikasikan penggunaannya pada wanita menyusui.
Simpan pada suhu di bawah 25oC. Simpan dalam kemasan asli.
No comments:
Post a Comment