Monday, 22 August 2011

Kuda Lumping

Kuda Lumping atau Kuda Kepang (Jatilan) adalah salah satu kesenian tradisionil masyarakat Jawa, berupa drama tari, yang merupakan simbolisasi dengan adegan pertempuran sesama prajurit berkuda yang gagah perkasa di medan perang dengan bersenjata pedang, Drama ini menunjukkan bahwa rakyat juga memiliki kemampuan (kedigdayaan) dalam menghadapi musuh ataupun melawan kekuatan elite kerajaan yang memiliki bala tentara.  Namun demikian, masyarakat lebih mengenalnya sebagai sebuah tarian yang identik dengan tarian yang mengandung unsur magis dan kesurupan.

Tidak ada yang mengetahui dan mendefinisikan kapan mulanya tari ini ada. Namun yang pasti, Kuda Lumping berkembang di beberapa wilayah seperti, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Masing-masing wilayah tersebut menampilkan versi masing-masing. Soal cerita, mereka biasanya identik menampilkan lakon yang sama, seperti Panji, Ario Penangsang maupun gambaran kehidupan prajurit pada masa kerajaan Majapahit. 

Kesenian ini menggunakan kuda bohong-bohongan terbuat dari anyaman bambu. Si Penari menempatkan kuda kepang ini diantara kedua pahanya sehingga tampak seperti seorang kesatria yang menunggang kuda sambil menari dengan diiringi musik gamelan seperti gong,  kendang, kenong, dan slompret, atau saron dan kempul. Penari kuda Kepang yang asli umumnya diperankan oleh anak putri yang berpakaian lelaki bak prajurit kerajaan.

Sebagai tambahan tari ini, juga menampilkan penari yang menggunakan topeng. Dengan tokoh-tokoh yang beragam, ada gondoruwo (setan) atau barongan (singa). Mereka muncul kala para prajurit itu berangkat perang dengan tujuan untuk menganggu. 

Irama musik pengiring, terkesan bertempo statis dengan sedikit variasi “lonjakan” di sana sini dan tarian yang diperagakan pun cenderung berulang-ulang dan monoton dengan komposisi musik yang sederhana, namun dengan penuh semangat. Adegan tarian ini berlangsung terus-menerus tanpa berhenti sambil berputar-putar hingga salah satu dari mereka mengalami apa yang disebut trance.

Bunyi pecutan (cambuk) besar yang sengaja dikenakan para pemain, menjadi awal permainan dan masuknya kekuatan mistis yang bisa menjadikan si pemain mengalami apa yang disebut "trance" (kehilangan kesadaran) atau kesurupan. Dengan menaiki kuda dari anyaman bambu tersebut, penunggang kuda yang pergelangan kakinya diberi kerincingan berjingkrak –jingkrak, melompat –lompat hingga berguling-guling di tanah. Tak hanya itu, penari kuda Kepang yang sudah kesetanan itu pun melakukan atraksi yang cukup berbahaya, seperti memakan beling (kaca) dan mengupas sabut kelapa dengan gigi taringnya. 

Biasanya, beling yang digunakan adalah bolam lampu layaknya orang kelaparan, tidak meringis keasakitan dan tidak ada darah pada saat ia menyantapnya. Bunyi pecutan yang tiada henti mendominasi rangkaian atraksi yang ditampilkan, setiap pecutan yang dilakukan oleh pawang dalam permainan mengenai kaki dan tubuhnya si penari dan akan memberikan efek magis.

Semarak dan kemeriahan permainan kuda Kepang menjadi lebih lengkap dengan ditampilkannya atraksi semburan api yang disemburkan pada sebuah oncor. Oncor adalah alat penerangan dari batang bambo yang diberi sumbu.

Sebagai sebuah atraksi penuh mistis dan berbahaya tarian kuda Kepang dilakukan di bawah pengawasan seorang pimpinan supranatural atau biasa disebut pawang atau dukun. Biasanya, sebelum pagelaran dimulai, si pawang atau dukun akan melakukan suatu ritual yang intinya memohon ijin pada yang menguasai tempat tersebut, yang biasanya dilakukan di tempat terbuka, supaya tidak menggangu jalannya pagelaran dan demi keselamatan para penarinya. Peran Si Pawang ini, saat bertugas mengawasi jalannya pagelaran, adalah yang terpenting, dalam jathilan ini. Dia adalah dukunnya dan dialah yang “mengendalikan” roh halus yang merasuki para penari. sang pawang adalah seorang yang memiliki ilmu gaib yang dapat mengembalikan kesadaran penari yang kesurupan dan mengusir roh halus yang merasuki sang penari.

Satu hal paling penting dalam permainan kuda lumping yakni sesaji bagi pemain yang kesurupan. Beberapa jenis sesaji antara lain kelapa muda, kemudian bunga tujuh rupa, pisang raja satu tangkep, jajanan pasar yang berupa makanan-makanan tradisional, tumpeng robyong yaitu tumpeng robyong yang dihias dengan kubis, dawet, aneka macam kembang, dupa Cina dan menyan, ingkung klubuk (ayam hidup), serta minyak serimpi dan masih banyak lagi lainnya, yang digunakan sebagai sarana pemanggilan makhluk halus dan lain-lain.Sesajen digunakan dan dibutuhkan saat para pemain kuda kepang sudah mabuk kerasukan setan dan biasanya meminta sesajen disiapkan di meja sesajen kepada pawang.

Makhluk halus yang merasuki tubuh penari kuda kepang tersebut biasanya berada di dalam tubuh penari selama 10 hingga 15 menit. Tetapi tergantung dengan kuat tidaknya penari kerasukan makhluk halus. Jika sudah tidak kuat, penari akan diberikan doa-doa untuk mengeluarkan makhluk halus dan diberikan cambukan agar cepat keluar dan pergi dari dalam tubuh penari.

Dan saat makhluk halus sudah keluar, penari akan merasa lemas dalam beberapa menit. Tetapi, penari akan menari kuda lumping lagi dan dapat kerasukan makhluk halus sebanyak 4 hingga 5 kali. Karena jika sudah mendengarkan musik dan salah satu temannya sudah kerasukan makhluk halus, penari lain pun ikuti kerasukan.




1 comment:

  1. I think your blog is very exceptional and thank you for your blog
    sanadomino

    ReplyDelete