Wednesday, 24 November 2010

Candi Prambanan


Candi Prambanan merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia, bahkan sampai saat ini diyakini paling besar di Asia Tenggara. Candi Prambanan memiliki arsitektur bangunan yang sangat cantik luar biasa, dibangun pada abad ke-10, pada masa pemerintahan dua raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Bangunan candi ini menempati areal seluas 39,5 hektar, menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur). Candi Prambanan tampak kokoh dan didirikan untuk menunjukkan kejayaan agama Hindu di tanah Jawa. Sejak tahun 1991, UNESCO memasukkannya sebagai jagar budaya warisan dunia (World Wonder Heritage)

Lokasi

Candi Prambanan terletak di desa Prambanan, yang secara administratif terbagi menjadi dua bagian. Sebagian masuk wilayah administratif Kabupaten Sleman,  Propinsi DI. Yogyakarta dan sebagaian masuk wilayah administratif Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Letaknya yang tepat di tepi jalan antara Jogjakarta dan Solo sangat memudahkan wisatawan untuk mencapai lokasicandi Prambanan. Candi ini terletak 17 kilometer arah Timur dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini sekelilingnya telah dibangun suatu taman yang indah.

Legenda Roro Jonggrang

Candi Prambanan dikenal juga sebagai Candi Roro Jonggrang. Hal ini terkait dengan adanya sebuah legenda yang selalu diceritakan masyarakat Jawa berkaitan dengan candi ini. Alkisah, ada seorang lelaki perkasa putra Raja Pengging, bernama Bandung Bondowoso, yang mencintai seorang putri raja Boko, bernama Roro Jonggrang. Karena tak mencintai, tetapi tidak kuasa untuk menolak, Roro Jonggrang mengajukan syarat dengan meminta Bandung Bondowoso untuk membuat candi dengan 1000 buah arca dalam waktu semalam.

Dengan kesaktian yang dimilikinya, Bandung Bondowosa menyanggupi permintaan Roro Jonggrang. Ia kemudian memanggil dan mengunpulkan para jin untuk membantunya membuatkan seribu candi yang diminta Roro Jonggrang. Mengetahui permintaannya hampir terpenuhi, Roro Jonggrang menjadi panik, padahal pagi masih lama menjelang.

Dengan kecerdikannya, Roro Jonggrang berusaha untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso. Ia meminta warga desa menumbuk padi dan membakar jerami untuk membuat api yang besar, sehingga  suasana sekitar menjadi sangat terang dan terbentuk suasana seperti pagi hari. Ayam-ayampun mulai berkokok.

Mengetahui suasana seolah-olah sudah menjelang pagi, para jin yang membantu Bandung Bondowoso, berlarian meninggalkan pekerjaannya untuk membuat seribu candi yang diminta Roro Jonggrang. Pada saat itu Bandung Bondowoso baru dapat membuat 999 arca, yang berarti masih kurang satu. Mengetahui bahwa ia dipermainkan dan dicurangi Roro Jonggrang, marahlah Bandung Bondowoso, kemudian mengutuk Jonggrang menjadi arca yang ke-1000 karena merasa dicurangi.

Sendratari Ramayana

Pada saat-saat bulan purnama, selain di pentaskan legenda Roro Jonggrang, di panggung terbuka yang digelar di candi Prambanan, juga digelar Sendratari Ramayana. Pagelaran sendratari ini sudah dimulai sejak tahun 1960. Suatu perpaduan yang sangat apik antara seni tari, drama dan musik tradisional dalam satu kesatuan acara. Epos legendaris karya Walmiki, yang ditulis dalam bahasa Sansekerta.

Kisah Ramayana yang dipentaskan, sebenarnya adalah penerjemahan dari relief yang terpahat di dinding relief. Cerita  Ramayana yang terpahat di dinding mirip dengan cerita yang berkembang dalam tradisi lisan masyarakat India. Jalan cerita yang panjang dan menegangkan dirangkum dalam empat babak atau lakon mulai dari penculikan Shinta, misi Anoman di Alengka, kematian Kumbakarna dan Rahwana, terakhir pertemuan kembali Rama dan Shinta

Trimurti

Candi Prambanan merupakan bukti dari kejayaan peradapan Hindu di tanah Jawa. Hal ini terlihat dari strutur candi yang menggambarkan ini kepercayaan dari agama Hindu, yaitu Trimurti. Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, di halaman kedua terdapat 224 candi.

Candi Siwa, Wisnu dan Brahma

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas. Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, akan dijumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, hanya akan ditemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

Candi Pendamping

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).

Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.

Relief

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.

Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.

Kalau dicermati, juga bisadilihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural, sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.

No comments:

Post a Comment