Monday, 8 November 2010

Taman Gantung Babilonia

Kota Tua Babilonia, di bawah pemerintahan Nebukadnezar II, telah menjadi suatu kota yang sangat menakjubkan, bagi mata para wisatwan. Menurut Herodous, seorang ahli sejarah pada 450 SM, disamping karena ukurannya yang sangat luas, kemegahan Babilonia melebihi kota-kota yang terkenal di seluruh dunia. Herodotus mengklaim bahwa tembok sisi luar kota Babilonia, memiliki panjang 56 mil, dengan ketebalan 80 kaki dan ketinggian 320 kaki. Cukup luas, katanya, bagi empat kereta kuda untuk berputar. Tembok sebelah dalamnya tidak setebal tembok bagian luar, dan juga tidak sekuat tambok bagian luar.

Di bagian dalam tembok ini, terdapat benteng-benteng dan kuil-kuil yang di dalamnya terdapat patung yang sangat besar, yang terbuat dari emas murni. Jika menapaki kota ini lebih jauh, akan tampak menara Babel, yang merupakan kuil dewa Marduk, yang berusaha untuk menggapai surga. Meskipun pengujian-pengujian arkeologi, membantah beberapa pernyataan Herodotus (panjang tembok bagian luar sebenarnya hanya 10 mil dan tidak setinggi yang dinyatakan), tetapi tulisan-tulisan Herodotus telah memberikan kepada kita, betapa megah dan indahnya kota ini, sehingga menarik untuk dikunjungi.

Yang menarik adalah bahwa ada satu dari tempat-tempat yang paling spektakuler di kota tersebut yang tidak pernah disebut oleh Herodotus: yaitu Taman Gantung Babilonia, satu dari tujuh Keajaiban Dunia Kuno.

Menurut perhitungan para ahli, taman tersebut dibangun oleh raja Nebukadnezar, yang memerintah kota tersebut selama 43 tahun, mulai tahun 605 SM. Meskipun tidak didukung bukti yang kuat, ada juga pendapat atau cerita lain yang menyatakan bahwa taman ini dibangun oleh Ratu Assyrian Semiramis, yang pernah memerintah selama 5 tahun, yaitu mulai tahun 810 SM.

Taman ini menunjukkan puncak kejayaan dan kemajuan kota Babilonia, dan raja Nebukadnezar menggagas dibuatnya hiasan-hiasan yang mengagumkan pada kuil-kuil, jalan-jalan, istana-istana dan dinding-dinding.

Menurut para ahli sejarah, taman tersebut dibangun untuk mengatasi kerinduan isteri Nebukadnezar, Amytris. Amytris adalah anak perempuan dari Raja Medes, yang dinikahi Nebukadnezar untuk menyatukan kedua Negara. Wilayah negara dimana Amytris berasal, merupakan wilayah yang subur dengan daratan yang hijau bagaikan permadani, berbukit-bukit, dan dia menjumpai tanah dataran di Mesopotamia. Raja kemudian memutuskan untuk mendisain ulang dataran di istana dengan membangun sebuah bukit tiruan dengan taman-taman yang berjenjang ke atas.

Taman Gantung Babilonia, diduga tidak benar-benar tergantung pada semacam kabel atau tali, seperti yang kita dibayangkan. Nama ini datang dari terjemahan yang kurang tepat dari kata Yunani “kremastos” atau kata bahasa Latin “pensilis”, yang mana artinya tidak hanya menggantung, tetapi tanaman yang menggantung di teras atau balkon.

Seorang pakar Geografi Yunani, Strabo, yang mendeskripsikan taman tersebut pada abad pertama SM, menulis sebagai berikut, “ taman ini terdiri dari teras yang memiliki kubah atau kolom-kolom cekungan, yang tersusun, satu di atas yang lain, dan berdiri di atas pilar-pilar berbentuk kubus. Cekungan-cekungan ini diisi dengan tanah sehingga pohon-pohon berukuran besar dapat di tanam di dalamnya. Pilar-pilar, kolom-kolom, dan teras-teras tersebut dibuat dari batu dan aspal.

Diodorus Siculus, ahli sejarah Yunani, menyatakan bahwa dasar dimana taman tersebut didirikan, terdiri dari lempeng batu yang sangat besar, yang sebelumnya belum pernah didengar di babel. Dasar itu ditutupi dengan lapisan dari sejumlah buluh atau alang-alang, aspal dan ubin. Di atasnya lagi diletakkan suatu penutup dengan lembaran dari timah, sehingga kelembaban yang ada dalam tanah tidak akan menyebabkan pembusukan di dasarnya. Di atas semua itu ditempatkan tanah dengan kedalaman tertentu, yang cukup untuk menanam pohon yang paling besar sekalipun. Ketika tanah sudah ditempatkan dan digemburkan, taman ini sudah dapat ditanami dengan berbagai macam pepohonan, sehingga kemegahan maupun keindahan dapat menyenangkan siapapun yang memandangnya.

Seberapa besar taman ini? Diodorus menceritakan, bahwa taman ini lebarnya 400 kaki, panjangnya juga 400 kaki dan tingginya lebih dari 80 kaki. Yang lain menduga, bahwa tinggi taman ini sama dengan tingginya tembok sebelah luar. Tembok yang Herodotus katakan, memiliki tinggi 320 kaki. Bagaimanapun juga taman ini memberikan pemandangan yang sangat menakjubkan, hijau, rimbun dengan bukit-bukit buatan yang berjenjang. Tetapi apakah hal ini benar-benar nyata? Herodotus tidak pernah menyebutnya.

Ini adalah salah satu pertanyaan yang juga diajukan oleh seorang arkeologis Jerman, Robert Koldewey, pada tahun 1899. Selama berabad-abad sebelumnya, kota kuno Babilonia sebenarnya sudah tidak ada, tetapi terdapat gundukan tanah dari serpihan berlumpur. Tidak seperti beberapa lokasi kuno lainnya, posisi kota Babilonia dikenal dengan baik, tetapi tidak ada satupun sisa-sisa arsitektur yang masih tampak. Koldewey menggali di lokasi Babel selama 14 tahun dan menemukan beberapa bekas terdiri dari tembok luar, tembok dalam, pondasi menara Babel, Istana Nebukadnezar jala-jalan yang melewati jantung kota.

Saat menggali di sebelah Selatan Citadel, Kodewey menemukan sebuah lantai dasar dengan 14 buah ruangan yang besar dengan batu dan langit-langit yang berbentuk melengkung (busur). Catatan kuno menunjukkan, hanya dua lokasi di dalam kota yang pembuatannya menggunakan batu, yaitu Tembok Utara di bagian Utara Citadel dan Taman Gantung. Dinding Utara di sebelah Utara Citadel sudah dapat ditemukan dan memang benar terbuat dari batu. Hal ini nampaknya seperti gudang yang ditemukan Koldewey di bawah taman.

Ia kemudian terus melanjutkan eksplorasi di area tersebut dan menemukan beberapa gmabaran seperti yang dilaporkan Diodorus. Di lantai sebuah ruangan yang digali ditemukan adanya tiga lobang besar yang aneh. Koldewey menyimpulkan, itu adalah lokasi dari rangkaian pompa yang mengalirkan air ke atas, ke atap taman.
Dasar yan ditemukan Koldewey, berukuran 100 x 150 kaki. Lebih kecil dari ukuran yang dideskripsikan oleh para ahli sejarah kuno, tetapi masih agak relevan.

Bagi seseorang pastilah akan terheran-heran, jika Ratu Armytis sudah merasa bahagia dengan fantasinya itu dan dengan hanya melihat hijaunya "gunung-gunung" yang ditanami dengan pinus dari tanah kelahirannya.

No comments:

Post a Comment