Showing posts with label Bahan Berbahaya. Show all posts
Showing posts with label Bahan Berbahaya. Show all posts

Tuesday, 9 August 2011

Sakarin

Sakarin adalah pemanis buatan yang memiliki struktur dasar sulfinida benzoat. Sakarin tidak menghasilkan kalori. Sakarin jauh lebih manis dibanding sukrosa, dengan perbandingan rasa manis kira-kira 300 - 500 kali lipat sukrosa. Namun sayangnya dalam konsentrasi sedang sampai tinggi bersifat meninggalkan rasa pahit di lidah atau rasa logam. Untuk menghilangkan rasa ini sakarin dapat dicampurkan dengan siklamat dengan perbandingan 1:10 untuk siklamat.

Sakarin diperkenalkan pertama kali oleh Fahlberg pada tahun 1879 secara tidak sengaja dari industri tar batubara. Penggunaannya secara komersial sudah diterapkan sejak tahun 1884. Namun sakarin baru terkenal oleh masyarakat luas setelah perang dunia I, di mana sakarin berperan sebagai pemanis alternatif pengganti gula pasir sulit diperoleh. 

Sakarin menjadi lebih populer lagi di pasaran pada tahun 1960-an dan 1970-an. Saat itu, sifatnya sebagai pemanis tanpa kalori dan harga murahnya menjadi faktor penarik utama dalam penggunaan sakarin. Selain itu sakarin tidak bereaksi dengan bahan makanan, sehingga makanan yang ditambahkan sakarin tidak mengalami kerusakan. Sifat yang penting untuk industri minuman kaleng atau kemasan. Karena itulah, sakarin dalam hal ini sering digunakan bersama dengan aspartame; agar rasa manis dalam minuman tetap bertahan lama. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, aspartame tidak bertahan lama dalam minuman kemasan. 

Sakarin sebagai pemanis buatan dalam industri makanan, biasanya dalam bentuk garam berupa kalsium, kalium, dan natrium sakarin dengan rumus kimia (C14H8CaN2O6S2.3H2O), (C7H4KNO3S.2H2O), dan (C7H4NaNO3S.2H2O). Hal ini disebabkan sakarin dalam bentuk aslinya yaitu asam, bersifat tidak larut dalam air. Sakarin juga tidak mengalami proses penguraian gula dan pati yang menghasilkan asam; sehingga sakarin tidak menyebabkan erosi enamel gigi. Selain sebagai pemanis buatan, Sakarin juga berfungsi sebagai penegas cita rasa (flavor enhancer) terutama cita rasa buah
.
Sifat fisik sakarin yang cukup dikenal adalah tidak stabil pada pemanasan. Secara umum, garam sakarin berbentuk kristal putih, tidak berbau atau berbau aromatik lemah, dan mudah larut dalam air, serta berasa manis. Sakarin memiliki tingkat kemanisan relatif sebesar 300 sampai dengan 500 kali tingkat kemanisan sukrosa dengan tanpa nilai kalori. Kombinasi penggunaannya dengan pemanis buatan rendah kalori lainnya bersifat sinergis.
 
Sakarin merupakan pemanis alternatif untuk penderita diabetes melitus, karena sakarin tidak diserap lewat sistem pencernaan. Meskipun demikian, sakarin dapat mendorong sekresi insulin karena rasa manisnya; sehingga gula darah akan turun.

Penggunaan

Sakarin sempat digunakan secara luas sebagai pemanis dalam produk makanan kemasan (minuman atau buah kalengan, permen karet, selai, dan permen), bahan suplemen (vitamin dan sejenisnya), obat-obatan, dan pasta gigi. Selain itu sakarin juga digunakan sebagai gula di restoran, industri roti, dan bahan kosmetik.

m&m

Keamanan

Sakarin tidak dimetabolisme oleh tubuh, lambat diserap oleh usus, dan cepat dikeluarkan melalui urin tanpa perubahan. Hasil penelitian menyebutkan bahwa sakarin tidak bereaksi dengan DNA, tidak bersifat karsinogenik, tidak menyebabkan karies gigi, dan cocok bagi penderita diabetes.


Sakarin mulai diteliti sejak lebih dari 100 tahun yang lalu. Ahli yang pertama kali menentang penggunaan sakarin, karena dianggap merugikan kesehatan; adalah Harvey Wiley. Menurutnya, sakarin memang manis seperti gula pasir biasa, namun karena struktur kimianya yang menyerupai tar batubara; tetap saja yang dikonsumsi adalah tar batubara yang seharusnya tidak dimakan. 

Namun pernyataan terus dibantah keras oleh presiden Amerika Serikat saat itu, Theodore Roosevelt. Memang sejak pertama diperkenalkan secara luas kepada masyarakat sampai saat itu, belum ada efek buruk sebagai akibat konsumsi sakarin.

Sejak saat itu, keamanan penggunaan sakarin terus diperdebatkan sampai sekarang. Adapun bahaya yang ditimbulkan sakarin adalah efek karsinogenik. Pada sebuah penelitian di tahun 1977, mencit percobaan mengalami kanker empedu setelah mengkonsumsi sakarin dalam jumlah besar. Penentuan efek serupa pada manusia lebih sulit, karena sebagian besar produk makanan yang ada saat ini menggunakan beberapa pemanis buatan sekaligus. 

Penelitian oleh Weihrauch & Diehl (2004) menunjukkan bahwa konsumsi kombinasi pemanis buatan dalam jumlah besar (>1.6 gram/hari) meningkatkan risiko kanker empedu sebanyak hanya 1.3 kali lipat pada manusia. Namun pemanis manakah yang menimbulkan efek ini tidak diketahui. Setelah beberapa tahun meneliti, sebagian besar ahli akhirnya menyimpulkan bahwa sakarin tidak bersifat karsinogenik pada manusia.

JECFA menyatakan sakarin merupakan bahan tambahan pangan yang aman untuk dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 5,0 mg/kg berat badan. Sejak bulan Desember 2000, FDA telah menghilangkan kewajiban pelabelan pada produk pangan yang mengandung sakarin, dan 100 negara telah mengijinkan penggunaannya. CAC mengatur maksimum penggunaan sakarin pada berbagai produk pangan berkisar antara 80 sampai dengan 5.000 mg/kg produk.

Formalin

Senyawa kimia formalin (juga disebut metanal, atau formaldehida ), merupakan aldehida dengan rumus kimia H2CO, yang berbentuknya gas, atau cair yang dikenal sebagai formalin, atau padatan yang dikenal sebagai paraformaldehyde atau trioxane. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia, Aleksandr Butlerov, tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman, tahun 1867.

Pada umumnya, formaldehida terbentuk akibat reasi oksidasi katalitik pada metanol. Oleh sebab itu, formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon dan terkandung dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi, formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia.

Sifat
 
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam air. Formalin biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang ''formol'. Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung hingga 15 persen metanol sebagai pengawet dan untuk membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.

Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.

Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara.

Nama lain formalin : - Formol - Methylene aldehyde - Paraforin - Morbicid - Oxomethane - Polyoxymethylene glycols - Methanal - Formoform - Superlysoform - Formic aldehyde - Formalith - Tetraoxymethylene - Methyl oxide - Karsan - Trioxane - Oxymethylene - Methylene glycol

Kegunaan formalin  

Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri, sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan pengawet. Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian.

Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai.

Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina, formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida dihabiskan untuk produksi resin formaldehida.

Untuk mensintesis bahan-bahan kimia, formaldehida dipakai untuk produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilena difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta heksametilena tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk membuat RDX (bahan peledak).

Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini sering digunakan sebagai insektisida serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik dan bahan peledak.

Formalin antara lain digunakan untuk :
  • Pembunuh kuman (desinfektan), sehingga dimanfaatkan untuk pembersih : lantai, kapal, gudang dan pakaian
  • Pengawet jenasah
  • Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain 
  • Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak 
  • Dalam dunia fotografi biasaya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas 
  • Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea 
  • Bahan pembuatan produk parfum 
  • Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku 
  • Pencegah korosi untuk sumur minyak 
  • Bahan untuk insulasi busa 
  • Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood) 
  • Dalam konsentrasi yag sangat kecil (<1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet.
 
Penggunaan Formalin Yang Salah
 
Melalui sejumlah survei dan pemeriksaan laboratorium, ditemukan sejumlah produk pangan yang menggunakan formalin sebagai pengawet. Praktek yang salah seperti ini dilakukan oleh produsen atau pengelola pangan yang tidak bertanggung jawab. Beberapa contoh prduk yang sering diketahui mengandung formalin misalnya
  1. Ikan segar : Ikan basah yang warnanya putih bersih, kenyal, insangnya berwarna merah tua (bukan merah segar), awet sampai beberapa hari dan tidak mudah busuk.
  2. Ayam potong : Ayam yang sudah dipotong berwarna putih bersih, awet dan tidak mudah busuk.
  3. Mie basah : Mie basah yang awet sampai beberapa hari dan tidak mudah basi dibandingkan dengan yang tidak mengandung formalin.
  4. Tahu : Tahu yang bentuknya sangat bagus, kenyal, tidak mudah hancur awet beberapa hari dan tidak mudah basi.
Bahaya Formalin 

Formalin sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan. Akibat yang ditimbulkan dapat berupa : luka bakar pada kulit, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi dan bahaya kanker pada manusia. 

Bahaya jangka pendek (akut) 

1. Bila terhirup 
  • Iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan, rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. 
  • Kerusakan jaringan dan luka pada saluran pernafasan seperti radang paru, pembengkakan paru. 
  • Tanda-tada lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan, lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. 
  • Pada konsentrasi yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian.
2. Bila terkena kulit 
  • Apabila terkena kulit maka akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah, mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar. 
3. Bila terkena mata 
  • Apabila terkena mata dapat menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. 
  • Bila merupakan bahan berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata. 
4. Bila tertelan 
  • Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan , sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. 
  • Selain itu juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal. 

Bahaya jangka panjang (kronis)

1. Bila terhirup 
  • Apabila terhirup dalam jangka lama maka akan menimbulkan sakit kepala, gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung, mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. 
  • Efek neuropsikologis meliputi gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya ingat berkurang. 
  • Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan 
  • Kanker pada hidung, ronggga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak. 
2. Bila terkena kulit 
  • Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah, kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang kulit yang menimbulkan gelembung. 
3. Bila terkena mata 
  • Jika terkena mata, bahaya yang paling menonjol adalah terjadinya radang selaput mata. 
4. Bila tertelan 
  • Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada. 

Pencegahan

1. Terhirup 
  • Untuk mencegah agar tidak terhirup gunakan alat pelindung pernafasan, seperti masker, kain atau alat lainnya yang dapat mencegah kemungkinan masuknya formalin ke dalam hidung atau mulut. 
  • Lengkapi sistem ventilasi dengan penghisap udara (exhaust fan) yang tahan ledakan. 
2. Terkena mata 
  • Gunakan pelindung mata atau kacamata pengaman yang tahan terhadap percikan. 
  • Sediakan kran air untuk mencuci mata di tempat kerja yang berguna apabila terjadi keadaan darurat. 
3. Terkena kulit 
  • Gunakan pakaian pelindung bahan kimia yang cocok. 
  • Gunakan sarung tangan yang tahan bahan kimia. 
4. Tertelan 
  • Hindari makan, minum dan merokok selama bekerja. 
  • Cuci tangan sebelum makan.

Tindakan pertolongan pertama 

1. Bila terhirup 
  • Jika aman memasuki daerah paparan, pindahkan penderita ke tempat yang aman. 
  • Bila perlu, gunakan masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernafasan buatan. 
  • Segera hubungi dokter. 
2. Bila terkena kulit 
  • Lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang terkena formalin. 
  • Cuci kulit selama 15-20 menit dengan sabun atau deterjen lunak dan air yang banyak dan dipastikan tidak ada lagi bahan yang tersisa di kulit. 
  • Pada bagian yang terbakar, lindungi luka dengan pakaian yag kering, steril dan longgar. 
  • Bila perlu, segera hubungi dokter. 
3. Bila terkena mata 
  • Bilas mata dengan air mengalir yang cukup banyak sambil mata dikedip-kedipkan. 
  • Pastikan tidak ada lagi sisa formalin di mata. 
  • Aliri mata dengan larutan dengan larutan garam dapur 0,9 persen (seujung sendok teh garam dapur dilarutkan dalam segelas air) secara terus-menerus sampai penderita siap dibawa ke rumah sakit. 
  • Segera bawa ke dokter. 
4. Bila tertelan 
  • Bila diperlukan segera hubungi dokter atau dibawa ke rumah sakit. 

Cara penyimpanan 
  • Jangan disimpan di lingkungan bertemperatur di bawah 15 derajat C. 
  • Tempat penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat, alumunium murni, polietilen atau poliester yang dilapisi fiberglass. 
  • Tempat penyimpanan tidak boleh terbuat dari baja biasa, tembaga, nikel atau campuran seng dengan permukaan yang tidak dilindungi/dilapisi. 
  • Jangan menggunakan bahan alumunium bila temperatur lingkungan berada di atas 60 derajat Celsius.



Borax

Borax merupakan bahan kimia yang mengandung boron, dalam borax terkandung 10,6% senyawa boron. Borak adalah alternative bahan yang dapat digunakan sebagai sumber unsur boron. Boron termasuk unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman cabai. Boron pada cabai diperlukan untuk membentuk protein, pembentukan buah, dan perkembangan akar. Bila tanaman kekurangan unsur ini maka gejala yang tampak adalah pemendekan ruas-ruas tanaman, batang menjadi keropos, dan buah menjadi rontok.

Selain untuk tanaman, Borax alias Bleng, ini umumnya juga digunakan untuk mempercepat empuknya sayur mayur yang dimasak sekaligus memberikan aroma sedap, serta mempertahankan warna hijau dari sayur lebih lama. Tidak hanya pada sayuran, Borax juga ditemukan pada daging ayam maupun daging sapi.

Rupanya setelah dimasak,  daun singkong ini cepat berubah warna menjadi kehitaman. Sebab itu, bleng menjadi solusi ampuh mengatasi masalah sayur singkong yang cepat menghitam ini. Dengan  memakai bleng, daun singkong lebih cepat masak, juga menjadi tahan lebih lama.

Masalahnya, para pedagang dan pemilik rumah makan ini, banyak yang tidak tahu menahu bahwa bleng adalah nama lain Borax. Mereka menganggap, dengan nama yang tidak identik, maka kandungannya pun jauh berbeda. Padahal, bleng merupakan cap yang tak lain hanya nama lain dari Borax. Di samping itu, sosialisasi yang dilakukan Badan POM masih amat minim. Akibatnya bleng atau Borax ini masih bisa beredar bebas di pasaran tanpa ada inspeksi maupun penanganan lebih lanjut.


Bahayanya?


Bleng atau Borax, merujuk pada pernyataan Ilyani S. Andang, seorang peneliti YLKI, sudah tidak diperkenankan, bahkan dilarang, digunakan sebagai bahan tambahan makanan. Zat ini diduga mempunyai sifat racun.


“Efek Borax memang tidak tampak secara instan, melainkan akumulatif. Pada fase awal, Borax dapat menimbulkan gangguan pencernaan, pusing, atau mual. Namun, bila sudah mencapai tahapan akut, Borax dapat memicu kanker, juga bahkan kematian,” tuturnya saat diwawancarai tim Benang Merah.


Kendati Borax bukan benar-benar racun, bukan berarti penggunaannya, juga termasuk di dalamnya, konsumsi, aman. Dalam terpaan sederhana, Borax mampu menimbulkan iritasi kulit dan pernafasan. Konsumsi Borax juga mampu memicu rasa mual, muntah-muntah, sakit perut akut, dan diarrhea (mencret). Pada konsumsi lanjut, seseorang bisa terkena respiratory depression (gangguan pernapasan berat), erythematous, juga gagal ginjal.


Karena itulah, masyarakat perlu berhati-hati. Apalagi mendeteksi keberadaan Borax di sayur agak susah. Selain itu, masyarakat umum masih berpikir, sayur yang masih hijau setelah dimasak ialah sayur yang kandungan vitamin dan mineralnya masih banyak, tidak hilang bersama air rebusan atau sebagainya.. Tetapi, pada kenyataannya tidak selalu begitu. Maka dari itu, mulai sekarang kita harus mulai waspada!


Melihat kenyataan tersebut, kita patut bersedih. Pasalnya, kita tahu semua, Indonesia memiliki Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) yang bertugas mengawasi obat-obatan serta makanan yang beredar luas di Indonesia. Akan tetapi, sepertinya, untuk kasus di atas, peranan badan ini tak begitu kentara.


Badan POM kelihatannya tidak akan bertindak sampai kasus ini diangkat media dan menjadi bahan pembicaraan khalayak ramai. Baru, jika sampai tahap ini, Badan POM mulai beraksi. Seharusnya, sebagai badan yang diberi kewenangan untuk menjaga serta mengawasi obat dan makanan di Indonesia, Badan POM lebih proaktif. Bukan hanya menunggu sampai ada yang meninggal, lalu masuk berita televisi, baru mereka mau bergerak. Inspeksi plus sosialisasi harus lebih gencar dilakukan Badan ini, supaya tak ada lagi bahan kimia berbahaya yang beredar dan menghantui masyarakat Indonesia dengan rasa was-was pada setiap makanan yang mereka makan sehari-hari.


Bila memang Badan POM masih belum bisa proaktif, media, sebagai pihak yang punya kuasa mengatur agenda publik, hendaknya terus memuat reportase-reportase maupun kasus berkenaan dengan penggunaan Borax dalam makanan. Selain agar masyarakat tahu dan awas, Badan POM juga diharapkan tersentil menyaksikan berbagai berita yang ditayangkan media. Ini semua demi menyelamatkan konsumen, yang tak lain ialah seluruh bangsa Indonesia sendiri.


Di samping dua hal tersebut, secara lebih ilmiah, Ilyani menyatakan, Borax dapat diganti dengan STPP, karena selain aman, STPP juga berizin sebagai bahan tambahan makanan di Indonesia.

 


 

Monday, 8 August 2011

Siklamat

Siklamat adalah salah satu pemanis buatan yang sering dipakai oleh produsen makanan dan minuman. Siklamat  banyak dipakai oleh produsen makanan dan minuman karena harganya yang murah dan memiliki kadar kemanisan yang lebih tinggi daripada gula pada umumnya. Siklamat memiliki tingkat kemanisan sebesar 30 kali dari tingkat kemanisan sukrosa (Gula).

Efek Samping

Siklamat tidak dapat di metabolisme oleh tubuh secara maksimal dan dapat mengakibatkan kanker apabila di konsumsi. SIKLAMAT disebut xenobiotik karena mengandung senyawa yang di dalam tubuh diurai menjadi komponen asing yang tak dimetabolisme untuk menghasilkan kalori dan bukan merupakan struktural dari tubuh. Sebagaimana halnya sakarin, siklamat juga memiliki aftertaste (rasa ikutan) pahit. Rasa pahit ini didapat dari bahan yang tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh.