Showing posts with label Kepemimpinan. Show all posts
Showing posts with label Kepemimpinan. Show all posts

Sunday, 8 December 2024

5C dan 4E dalam Pengembangan Kepemimpinan (Leadership Development)


Kepemimpinan yang efektif memiliki banyak bentuk dan tidak ada solusi yang cocok untuk semua orang tentang cara untuk melangkah maju ke depan. Namun, dengan memahami apa yang dibutuhkan untuk memimpin, Anda dapat mengarahkan pandangan Anda ke atas dan membuat pencapaian tujuan Anda sedikit lebih mudah. ​​

Memperoleh keterampilan kepemimpinan tidaklah mudah, dan dapat dikatakan bahwa beberapa orang merasa memimpin lebih mudah daripada yang lain. Namun, apa pun latar belakang, pengalaman, atau karakter Anda, setiap orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin yang hebat – asalkan mereka mengambil langkah yang tepat untuk membangun kepercayaan diri dan mengasah keterampilan mereka.

Dalam panduan ini, kami akan membahas beberapa konsep dan tema utama seputar kepemimpinan, khususnya yang disebut "lima C" dan bagaimana menguasainya dapat membantu mendorong Anda menaiki jenjang karier. Kami juga akan melihat beberapa kursus pembelajaran jarak jauh yang dapat membantu perjalanan Anda menuju kepemimpinan yang hebat.

Lima C Kepemimpinan yang Efektif

Lima C mencakup sifat-sifat utama yang dianggap sebagai landasan kepemimpinan yang efektif, termasuk kredibilitas (Credibility), komunikasi (Communication), komitmen (Commitment), kepercayaan diri (Confidence), dan kreativitas (Creativity). Dengan memanfaatkan karakteristik ini - manajer, supervisor, dan pemimpin tim dapat menunjukkan gaya kepemimpinan yang positif - pendekatan seimbang yang memadukan keadilan dan otoritas.

Di sini, kita akan membahas lebih dekat lima C dan bagaimana Anda dapat mengembangkannya.

1. Kredibilitas (Credibility)

Presiden AS Abraham Lincoln dikenal dengan julukan "Honest Abe," konon karena ia tidak suka kebohongan yang ia temui selama berkarir di bidang hukum. Masuk akal jika  ia mendapatkan kredibilitas sebagai pemimpin terkait dengan persepsi sebagai orang yang jujur ​​dan dapat diandalkan.

Anda dapat membangun kredibilitas dengan menunjukkan pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk memimpin dengan sukses, serta memiliki kepribadian yang dapat dipercaya. Semakin jujur ​​dan transparan pendekatan Anda, semakin banyak orang di sekitar Anda akan mempercayai cita-cita, motivasi, dan tindakan Anda – yang mendorong kerja sama tim dan moral yang lebih baik.

2. Komunikasi (Communication)

Menjadi pemimpin yang baik membutuhkan keterampilan komunikasi yang baik, ini berarti memiliki kemampuan untuk mendengarkan orang lain serta kemampuan untuk berbagi ide. Keterampilan ini juga berhubungan dengan kapasitas untuk bernegosiasi bila perlu dan mengelola masalah konflik.

Pemimpin yang efektif bekerja keras untuk membangun hubungan dan kepercayaan antara orang-orang yang bekerja dengan mereka. Belajarlah untuk menyeimbangkan waktu Anda untuk memungkinkan komunikasi yang sering dengan kolega dan rekan kerja, dan gunakan semua platform yang Anda miliki untuk meningkatkan keterampilan komunikasi Anda di setiap tahap karier Anda.

3. Komitmen (Commitment)

Menunjukkan komitmen terhadap tujuan atau organisasi tempat Anda bekerja akan menciptakan niat baik dan hasil positif secara keseluruhan. Menunjukkan komitmen kepada orang-orang di sekitar Anda juga berkontribusi pada hubungan yang baik dan, pada gilirannya, dapat menginspirasi komitmen serupa di setiap tingkat organisasi.

Komitmen merupakan salah satu "C" yang paling sulit untuk diwujudkan sebagai seorang pemimpin. Komitmen bergantung pada pendekatan yang berprinsip dan tegas, di mana semua jalan telah dieksplorasi dan semua ide telah diselidiki. Komitmen juga membutuhkan tingkat kepercayaan diri yang baik, dan keyakinan bahwa pendekatan Anda adalah yang terbaik untuk hasil bisnis atau proyek yang lebih luas.

4. Kepercayaan Diri (Confidence)

Untuk menjadi pemimpin yang efektif, Anda perlu menunjukkan kepercayaan diri. Anda dapat menunjukkan sifat ini melalui cara Anda bersikap dan tindakan Anda. Penting untuk menyadari bahwa percaya diri tidak berarti bersikap kurang ajar dan agresif. Sebaliknya, Anda dapat menunjukkannya melalui tindakan yang lebih halus, seperti bersikap tegas dan percaya pada kemampuan Anda.

Umumnya, membangun kepercayaan diri datang seiring dengan pengalaman. Baik itu berkomunikasi dengan orang lain sebagai bagian dari proyek kolaboratif, membangun keterampilan Anda sambil belajar untuk mendapatkan kualifikasi pembelajaran jarak jauh, atau memulai pekerjaan pertama Anda; mengembangkan kepercayaan diri adalah masalah waktu, usaha, dan tindakan.

5. Kreativitas (Creativity)

Pemimpin terbaik sering kali adalah mereka yang dapat berpikir dengan cara yang kreatif dan inovatif. Jika Anda merasa sulit untuk melihat situasi dari perspektif yang berbeda, Anda akan merasa lebih tertantang untuk memimpin karena para pemimpin perlu mampu melihat gambaran yang lebih besar. Menjadi kreatif juga akan membantu dalam hal pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.

Menumbuhkan ‘C’ ini bisa jadi sulit, dan beberapa orang secara alami lebih kreatif daripada yang lain. Namun dengan kepercayaan diri dan pengalaman, Anda dapat belajar untuk membuka diri dan melihat situasi dari perspektif baru, yang penting untuk membangun kreativitas di dalam dan di luar tempat kerja.

Cara Membangun Keterampilan Kepemimpinan

Meskipun lima C kepemimpinan memberikan dasar yang kuat tentang apa yang menjadikan seorang pemimpin hebat, bagaimana tepatnya Anda memperoleh keterampilan dan pengalaman tersebut? Di bawah ini, kami telah mencantumkan beberapa cara terbaik yang telah teruji untuk membangun keterampilan kepemimpinan.

1. Kembangkan komunikasi Anda 

Ini merupakan sifat terpenting bagi calon pemimpin. Komunikasi yang efektif sangat penting dalam cara Anda memimpin dan berinteraksi dengan orang lain. Dan yang kami maksud bukan hanya pandai berbicara; mendengarkan juga sama pentingnya dalam mengembangkan komunikasi. Belajarlah untuk menjadi pendengar yang aktif, terlibat dengan ide dan saran yang diajukan oleh orang lain.

2. Bertindak dan menginspirasi orang lain 

Apakah Anda pernah diminta untuk mengerjakan proyek kolaboratif di tempat kerja atau sebagai bagian dari kursus pendidikan lanjutan? Jika demikian, mengapa tidak menunjukkan kualitas kepemimpinan Anda dengan berusaha menginspirasi orang lain secara positif. Kata-kata penyemangat tidak hanya dapat meningkatkan moral dan produktivitas, tetapi juga akan membantu menumbuhkan kepercayaan diri dan kemampuan Anda untuk mengelola orang lain.

3. Teruslah belajar 

Banyak pemimpin (baik CEO yang sukses atau manajer lini junior) bercita-cita untuk hal-hal yang lebih besar dan lebih baik, dan salah satu cara terbaik untuk mencapainya adalah melalui pembelajaran dan pengembangan yang berkelanjutan. Tentu saja, program pelatihan terakreditasi merupakan salah satu cara terbaik untuk membangun CV Anda dan memperoleh kualifikasi baru, tetapi pembelajaran tidak harus selalu formal. Membaca artikel atau menonton video daring dapat menjadi cara efektif untuk memperoleh keterampilan baru dan menyempurnakan pendekatan Anda, menyajikan perspektif dan cara berpikir baru.

4E Leadership dari Jack Welch


Selain 5 C seperti yang disebutkan di atas, seseorang akan menjadi Pemimpin yang semakin hebat jika  memiliki 4E karakteristik  kunci  yang menandai kepemimpinan efektif seperti yang disampaikan oleh Jack Welch, salah satu pemimpin bisnis fenomental yang perenah menjadi salah satu CEO General Electric (GE). Salah satu pendekatan utama yang disodorkan adalah apa yang disebut 4E Leadership seperti tersebut berikut:

1. E pertama, memiliki energi (Energy)

Seorang pemimpin yang memiliki Energi Positif, akan mampu memberikan pengaruh yang besar pada timnya. Semangat positif dan daya dorong yang kuat adalah katalisator bagi inovasi dan keberhasilan. Pemimpin dengan Energi Positif akan mampu menularkan, dan memancarkan energi, memberikan motivasi ekstra, pada anggota tim untuk mencapai keberhasilan. 

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai pemimpin yang berenergi tinggi adalah dengan melihat konsistensi, semangat, stamina, kebahagiaan, dan antusiasme mereka terhadap misi organisasi.

2. E kedua, memberi energi (Energizes)

Kemampuan menggerakkan orang adalah langkah berikutnya dalam 4E Leadership. Ia harus mampu mengkomunikasikan visi dan tujuan dengan cara yang mengispirasi. Komunikasi yang jelas, inspiratif dan mampu menyatukan orang dalam tim, merupakan kunci dalam dimensi ini. Pemimpin seperti ini "memicu orang lain" untuk bertindak, menginspirasi orang untuk menanggapi "visi" mereka, dan berbagi pujian jika itu yang diperlukan untuk memulai. Steve Jobs adalah salah satu contoh seseorang yang baik dalam memberi energi kepada timnya. 

Beberapa pertanyaan dapat diajukan sebagai indikator yang sebagian besar dapat diukur, untuk menilai seseorang sebagai pemimpin yang mampu memberi energi kepada timnya.

  • Seberapa baik anggota tim mereka mencapai hasil masing-masing? 
  • Seberapa efektif mereka berkomunikasi?
  • Seberapa baik mereka mempertahankan anggota tim yang berkualitas. 

3. E ketiga, memiliki keunggulan (Edge)

Keunggulan dalam membuat keputusan, mendeteksi peluang dan mengelola risiko dengan bijak, adalah ciri khas kepemimpinan yang sukses dan berdaya tahan. Ia mampu melihat gambaran besar, mampu membuat keputusan yang tepat dan mengidentifikasi peluang untuk inovasi.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai keunggulan seorang pemimpin adalah dengan melihat kemampuannya dalam mengenali masalah, mengevaluasi solusi, membuat keputusan dan kemampuan mengelola konflik internal maupun eksternal secara efektif. Terakhir, dengan melihat kemampuannya dalam mengelola emosionalnya dalam menghadapi pasang surut kepemimpinan di dunia yang selalu berubah.

4. E keempat, Eksekusi (Execution)

Kemampuan menuangkan ide dalam suatu tindakan. Pada dasarnya ini adalah E terpenting, dari 4E Leadership. Jadi seorang pemimpin tidak hanya memiliki visi dan strategi, tetapi juga membutuhkan kemampuan untuk merencanakan, mengorganisasi dan melaksanakan dengan efektif. Melalui pelaksanaan yang baik, seorang pemimpin mampu mengubah ide menjadi suatu keberhasilan yang nyata. Pemimpin hendaknya "memberikan hasil" dan merupakan "pelaku yang konsisten." Aktivitas dan produktivitas tidaklah selalu berjalan seiring.Itulah salah satu pelajaran tersulit yang harus dipelajari para pemimpin. Pemimpin hebat mengubah energi menjadi produksi.

Beberapa indikator untuk menilai kemampuan pemimpin dalam mengeksekusi suatu ide atau rencana yang telah dibuat adalah dengan mengevaluasi kualitas layanan tim mereka dan hasil keuangan mereka selama periode berkelanjutan, bukan hanya satu tahun. Penilaian ini sangat objektif dan para pemimpin harus selalu tahu di mana mereka berdiri.

Dengan penerapan 5C dan 4E, seperti di atas, seorang pemimpin tidak hanya akan membawa keberhasilan suatu organisasi, tetapi juga akan membentuk budaya organisasi yang inovatif, berdaya dorong, dan mampu bertahan dalam berbagai perubahan situasi, secara berkelanjutan.

Kepemimpinan bukanlah tujuan akhir, tetapi perjalanan tiada akhir menuju peningkatan diri dan pengaruh positif

Monday, 18 November 2024

25 Kualitas Kepemimpinan yang Efektif

Seorang pemimpin yang baik harus memiliki integritas, kesadaran diri, keberanian, rasa hormat, kasih sayang, dan ketahanan. Mereka harus belajar dengan gesit dan melenturkan pengaruh mereka sambil mengomunikasikan visi, menunjukkan rasa terima kasih, dan berkolaborasi secara efektif. Lihat bagaimana kualitas kepemimpinan utama ini dapat dipelajari dan ditingkatkan di semua tingkatan organisasi Anda.

Kita membutuhkan pemimpin yang baik untuk membantu membimbing kita dan membuat keputusan penting, baik besar maupun kecil, yang membuat segala sesuatunya terus berjalan maju.

Masyarakat kita biasanya cepat mengenali pemimpin yang buruk, tetapi bagaimana Anda dapat mengenali pemimpin yang baik? Apa yang menurut kebanyakan orang merupakan kualitas pemimpin yang baik?

Seperti Apa Kepemimpinan yang Baik

Berdasarkan penelitian dan pengalaman kami selama puluhan tahun bekerja dengan para pemimpin di ribuan organisasi di seluruh dunia, kami menemukan bahwa para pemimpin terbaik secara konsisten memiliki kualitas dan keterampilan dasar tertentu. Berikut adalah 25 sifat kepemimpinan yang penting.

  1. Integritas (Integrity)
  2. Rasa Hormat (Respect)
  3. Kasih Sayang (Compassion)
  4. Visi (Vision)
  5. Komunikasi (Communication)
  6. Kelincahan Belajar (Learning Agility)
  7. Kolaborasi (Collaboration)
  8. Pengaruh (Influence)
  9. Kesadaran Diri (Self-Awarness)
  10. Keberanian (Courage)
  11. Rasa Syukur (Gratitude)
  12. Ketahanan (Resiliance)
  13. Akuntabilitas (Accountability)
  14. Pengambilan Keputusan (Decisiom-Making)
  15. Pemberdayaan (Empowerment)
  16. Kreativitas (Creativity)
  17. Motivasi (Motivation)
  18. Transparansi (Transparency)
  19. Inovasi (Innovation)
  20. Semangat (Passion)
  21. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
  22. Kemampuan Beradatasi (Adaptability)
  23. Empati (Empathy)
  24. Fleksibilitas (Flexibility)
  25. Delegasi (Delegation)

1.    1. Integritas

Integritas berarti konsisten, jujur, bermoral, dan dapat dipercaya, dan merupakan sifat kepemimpinan yang penting bagi individu dan organisasi. Sifat ini sangat penting bagi para eksekutif tingkat atas yang sedang memetakan arah organisasi dan membuat banyak keputusan penting lainnya. Penelitian kami menemukan bahwa integritas pemimpin merupakan titik buta yang potensial bagi organisasi, jadi pastikan Anda menegaskan kembali pentingnya kejujuran dan integritas kepada para manajer di semua tingkatan.

Pertama dalam daftar kualitas pemimpin yang baik adalah integritas. Integritas adalah landasan kepercayaan dalam kepemimpinan. Pemimpin yang menunjukkan integritas yang teguh akan menumbuhkan rasa percaya di antara anggota tim mereka. Mereka membangun kredibilitas dengan bersikap transparan, menepati janji, dan mengakui kesalahan. Integritas memastikan bahwa tindakan pemimpin selaras dengan kata-katanya, sehingga menciptakan landasan kepercayaan dan rasa hormat.

Dalam praktiknya, pemimpin yang berintegritas bersikap transparan tentang tantangan organisasi dan membuat keputusan yang etis bahkan ketika sulit. Misalnya, jika sebuah proyek gagal, pemimpin yang berintegritas akan bertanggung jawab, belajar dari pengalaman, dan berfokus pada solusi daripada menyalahkan orang lain. Perilaku ini akan menjadi pedoman moral bagi seluruh tim, mendorong setiap orang untuk menjunjung tinggi nilai dan prinsip yang sama dalam pekerjaan mereka.

2. Rasa Hormat

Rasa hormat dalam kepemimpinan melibatkan pengakuan dan penghargaan atas nilai yang melekat pada setiap anggota tim, terlepas dari posisi atau latar belakang mereka. Rasa hormat, jika ditunjukkan secara konsisten, adalah salah satu hal terpenting yang dapat dilakukan seorang pemimpin. Rasa hormat membantu meredakan ketegangan dan konflik, menumbuhkan kepercayaan, dan meningkatkan efektivitas Anda.

Menciptakan budaya rasa hormat lebih dari sekadar tidak adanya rasa tidak hormat. Rasa hormat dapat ditunjukkan dengan berbagai cara, tetapi sering kali dimulai dengan pengakuan dan menunjukkan bahwa Anda benar-benar menghargai perspektif orang lain serta berusaha membangun rasa memiliki di tempat kerja — keduanya merupakan komponen penting dalam mendukung kesetaraan, keberagaman, dan menciptakan tempat kerja yang inklusif di mana berbagai perspektif dan kontribusi diakui dan dihargai.

Pemimpin yang penuh rasa hormat memperlakukan semua anggota tim dengan adil dan setara, mempromosikan lingkungan yang harmonis dan kolaboratif. Mereka secara aktif mendengarkan tim mereka, menanggapi masukan mereka dengan serius, dan mengatasi bias atau favoritisme apa pun. Pendekatan ini menumbuhkan budaya saling mendukung dan pencapaian kolektif.

3. Kasih sayang

Kasih sayang lebih dari sekadar menunjukkan empati atau bahkan mendengarkan dan berusaha memahami. Kasih sayang mengharuskan para pemimpin untuk bertindak berdasarkan apa yang mereka pelajari. Setelah seseorang menyampaikan kekhawatiran atau berbicara tentang sesuatu, mereka tidak akan merasa benar-benar didengarkan jika pemimpin mereka tidak mengambil tindakan yang berarti atas informasi tersebut, demikian temuan para peneliti kami. Inilah inti dari kepemimpinan yang penuh kasih sayang, dan membantu membangun kepercayaan, meningkatkan kolaborasi, dan mengurangi pergantian karyawan di seluruh organisasi.

4. Visi

Visi adalah aspirasi Anda untuk masa depan. Visi seorang pemimpin memberikan arahan dan tujuan bagi timnya. Visi menciptakan tujuan bersama yang memotivasi dan membimbing setiap orang menuju tujuan bersama. Visi yang jelas dan meyakinkan membantu menyelaraskan upaya tim dan memastikan bahwa setiap orang memahami tujuan yang lebih luas yang sedang mereka upayakan.

Mengomunikasikan visi ini sangat penting. Para pemimpin melakukannya melalui rapat, presentasi, dan sesi perencanaan strategis secara berkala.Memotivasi orang lain dan membangun komitmen terhadap visi tersebut merupakan bagian penting dari kepemimpinan. Pemimpin yang berorientasi pada tujuan memastikan mereka menghubungkan tugas harian tim mereka dan nilai-nilai masing-masing anggota tim dengan arahan keseluruhan organisasi. Hal ini dapat membantu karyawan menemukan makna dalam pekerjaan mereka — yang meningkatkan keterlibatan, menumbuhkan kepercayaan, dan mendorong prioritas ke depan. Anda perlu mengomunikasikan visi dengan cara yang membantu orang lain memahaminya, mengingatnya, dan membagikannya sendiri.

5. Komunikasi

Komunikasi muncul dalam berbagai cara, mulai dari menyampaikan informasi dan bercerita hingga meminta masukan dan menggunakan teknik mendengarkan secara aktif. Kepemimpinan yang efektif dan komunikasi yang efektif saling terkait. Pemimpin terbaik adalah komunikator terampil yang dapat berkomunikasi dalam berbagai cara, baik secara lisan maupun tertulis, dan dengan berbagai macam orang dari berbagai latar belakang, peran, tingkat, geografi, dan lainnya. Kualitas dan efektivitas komunikasi di antara para pemimpin di organisasi Anda juga akan secara langsung memengaruhi keberhasilan strategi bisnis Anda.

Komunikasi yang efektif dalam peran kepemimpinan melibatkan penyampaian gagasan, mendengarkan secara aktif, dan memastikan adanya saling pengertian. Pemimpin harus mengartikulasikan visi mereka, memberikan arahan, dan mendengarkan tim mereka. Ketika pemimpin berkomunikasi secara efektif, mereka meminimalkan kesalahpahaman dan memastikan semua orang memiliki pemahaman yang sama.

Pemimpin dapat meningkatkan komunikasi dengan mengadakan pertemuan tatap muka secara teratur, memberikan umpan balik yang membangun, dan mendorong dialog terbuka. Dengan mempromosikan komunikasi yang terbuka dan jujur, para pemimpin membangun hubungan yang lebih kuat dengan anggota tim mereka, meningkatkan kinerja dan moral tim secara keseluruhan.

6. Kelincahan Belajar

Pemimpin harus cepat belajar. Kelincahan belajar berarti belajar dengan cepat dari pengalaman dan beradaptasi dengan situasi baru. Kelincahan belajar adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang harus dilakukan saat Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan. Jika Anda "belajar dengan cepat" atau mampu unggul dalam situasi yang tidak dikenal, Anda mungkin sudah belajar dengan gesit. Kualitas ini memungkinkan para pemimpin untuk terus meningkatkan kemampuan mereka dalam mengambil keputusan dan memecahkan masalah. Pemimpin yang tangkas belajar akan selalu mendapatkan informasi tentang tren industri, mendorong pembelajaran berkelanjutan dalam tim mereka, dan menerapkan pengetahuan baru dalam pekerjaan mereka.

Siapa pun dapat memupuk dan meningkatkan kelincahan belajar melalui praktik dan upaya yang disengaja. Bagaimanapun, pemimpin yang hebat adalah pembelajar yang hebat.

7. Kolaborasi

Kolaborasi adalah karakteristik yang ditunjukkan saat pemimpin bekerja secara efektif dengan berbagai kolega dengan identitas sosial, lokasi, peran, dan pengalaman yang berbeda. Seiring dunia menjadi lebih kompleks dan saling terhubung, pemimpin yang baik mendapati diri mereka melampaui batas dan belajar bekerja di berbagai jenis kesenjangan dan silo organisasi. Ketika pemimpin menghargai dan merangkul kolaborasi, baik di dalam tim mereka maupun lintas fungsi, beberapa manfaat muncul — termasuk peningkatan inovasi, tim dengan kinerja lebih tinggi, dan tenaga kerja yang lebih terlibat dan berdaya.

8. Pengaruh

Pengaruh dalam kepemimpinan adalah seni memotivasi dan membimbing anggota tim untuk mencapai tujuan bersama dengan memimpin melalui contoh dan menumbuhkan visi yang meyakinkan.

Pengaruh, atau mampu membujuk orang melalui penggunaan taktik memengaruhi yang tepat dan bijaksana, adalah sifat penting dari pemimpin yang inspiratif dan efektif. Bagi sebagian orang, "pengaruh" mungkin terdengar tidak pantas. Namun, sebagai seorang pemimpin, Anda harus mampu memengaruhi orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan — Anda tidak dapat melakukannya sendirian. Pengaruh sangat berbeda dengan manipulasi, dan pengaruh harus dilakukan secara autentik dan transparan. Pengaruh membutuhkan tingkat kecerdasan emosional dan kepercayaan yang tinggi.

Selain memimpin melalui contoh dan membangun koneksi, pemimpin yang berpengaruh memberdayakan anggota tim mereka untuk mengambil alih tanggung jawab dan menyumbangkan ide-ide mereka. Pemberdayaan ini membangun kepercayaan diri dan mendorong inovasi serta sikap proaktif.

9. Kesadaran Diri

Kesadaran diri adalah pemahaman tentang diri sendiri, termasuk ciri-ciri kepribadian, perilaku, kecemasan, dan emosi. Kesadaran diri merupakan kemampuan seorang pemimpin yang penting untuk memahami kekuatan, kelemahan, dan dampak tindakan seseorang terhadap orang lain. Pemimpin yang sadar diri menyadari perilaku mereka dan bagaimana perilaku tersebut memengaruhi tim mereka, yang memungkinkan mereka untuk membuat keputusan yang tepat, memanfaatkan kekuatan mereka, dan mengatasi area yang perlu ditingkatkan.

Mengenali keterbatasan mereka membantu pemimpin yang sadar diri mencari bantuan, mendelegasikan tugas secara efektif, dan terus mengembangkan keterampilan mereka. Meskipun demikian, survei terhadap hampir 100 pemimpin SDM mengungkapkan bahwa hanya satu dari lima manajer yang mengetahui kekuatan dan area pengembangan mereka.

Oleh karena itu, ketika diperlukan untuk meningkatkan kesadaran diri mereka, para pemimpin harus mencari umpan balik, merenungkan perilaku mereka, dan mengejar peluang pengembangan pribadi atau kepemimpinan. Misalnya, mengikuti penilaian kepribadian dapat membantu para pemimpin memahami gaya kepemimpinan mereka dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan. Kesadaran diri ini akan menumbuhkan hubungan yang lebih baik dengan anggota tim, menciptakan lingkungan kerja yang lebih berempati dan mendukung.

Meskipun ini adalah sifat yang lebih berfokus ke dalam, kesadaran diri dan kerendahan hati adalah kualitas kepemimpinan yang utama. Semakin baik Anda memahami diri sendiri dan mengenali kekuatan dan kelemahan Anda sendiri, semakin efektif Anda sebagai seorang pemimpin. Apakah Anda tahu bagaimana orang lain memandang Anda dan memahami bagaimana Anda muncul di tempat kerja dan di rumah? Luangkan waktu untuk mempelajari 4 aspek kesadaran diri dan cara memperkuat setiap komponen.

10. Keberanian

Kepemimpinan sering kali mengharuskan pengambilan keputusan yang sulit dan menghadapi tantangan secara langsung. Pemimpin yang berani bersedia mengambil risiko yang diperhitungkan, mempertahankan keyakinan mereka, dan menghadapi situasi sulit, bahkan saat tidak nyaman. Keberanian memungkinkan para pemimpin untuk menavigasi ketidakpastian dan menginspirasi tim mereka untuk melakukan hal yang sama.

Keberanian memungkinkan anggota tim dan pemimpin untuk mengambil tindakan berani yang menggerakkan segala sesuatunya ke arah yang benar. Mungkin sulit untuk berbicara di tempat kerja, baik Anda ingin menyuarakan ide baru, memberikan umpan balik kepada bawahan langsung, atau menandai masalah bagi seseorang di atas Anda. Itulah sebagian alasan mengapa keberanian merupakan sifat kepemimpinan yang utama — dibutuhkan keberanian untuk melakukan apa yang benar! Para pemimpin yang mempromosikan tingkat keamanan psikologis yang tinggi di tempat kerja memungkinkan orang-orang mereka untuk berbicara dengan bebas dan berbagi masalah yang jujur ​​tanpa takut akan akibatnya. Hal ini menumbuhkan budaya pembinaan yang mendukung keberanian dan kejujuran.

Di tempat kerja, seorang pemimpin mungkin perlu menganjurkan arah proyek baru yang bertentangan dengan metode tradisional tetapi menawarkan potensi untuk keberhasilan yang lebih besar. Dengan cara ini, para pemimpin mendapatkan rasa hormat dan kepercayaan dari tim mereka, memotivasi mereka untuk menghadapi tantangan dan mengejar keunggulan.

11. Rasa syukur

Dalam peran kepemimpinan, mengungkapkan rasa syukur tidak hanya sekadar sopan santun. Rasa syukur adalah emosi yang membangkitkan semangat yang dialami setelah menerima sesuatu yang berharga. Bersyukur dapat meningkatkan harga diri, mengurangi depresi dan kecemasan, serta meningkatkan kualitas tidur. Rasa syukur yang tulus bahkan dapat menjadikan Anda pemimpin yang lebih baik.

Praktik ini membantu anggota tim merasa dihargai dan diapresiasi, sehingga meningkatkan kepuasan kerja dan produktivitas. Pemimpin yang menghargai upaya timnya, membangun hubungan yang lebih kuat dan dinamika tim yang lebih kohesif.

Misalnya, dalam sebuah organisasi, seorang pemimpin dapat mengirimkan ucapan terima kasih atau sapaan selama rapat tim untuk menghargai upaya luar biasa seseorang. Pengakuan ini meningkatkan rasa harga diri penerima dan mendorong orang lain untuk berjuang demi keunggulan, karena tahu bahwa kontribusi mereka akan diakui dan dihargai.

Namun, hanya sedikit orang yang secara teratur mengucapkan "terima kasih" di lingkungan kerja, meskipun sebagian besar orang mengatakan bahwa mereka bersedia bekerja lebih keras untuk atasan yang menghargai. Pemimpin terbaik tahu cara menunjukkan rasa syukur yang sering di tempat kerja.

12. Ketahanan

Ketahanan lebih dari sekadar kemampuan untuk bangkit kembali dari rintangan dan kemunduran — tetapi kemampuan untuk merespons tantangan secara adaptif. Mempraktikkan kepemimpinan yang tangguh berarti Anda akan memproyeksikan pandangan positif yang akan membantu orang lain mempertahankan kekuatan emosional yang mereka butuhkan untuk berkomitmen pada visi bersama, dan keberanian untuk maju dan mengatasi kemunduran. Seorang pemimpin yang baik berfokus pada ketahanan, baik dalam menjaga diri sendiri maupun juga memprioritaskan kesejahteraan karyawan — sehingga memungkinkan kinerja yang lebih baik bagi diri mereka sendiri dan tim mereka.

13. Akuntabilitas

Ketika pemimpin bertanggung jawab pada diri mereka sendiri, mereka menetapkan standar tanggung jawab untuk tim mereka, yang menumbuhkan budaya kepemilikan dan keandalan. Pemimpin yang bertanggung jawab mengakui kesalahan mereka, belajar darinya, dan menebus kesalahan. Perilaku ini menciptakan lingkungan di mana anggota tim merasa aman untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka, karena mereka tahu bahwa pemimpin mereka akan mendukung mereka.

14. Pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan merupakan keterampilan utama dalam kepemimpinan. Keterampilan ini memungkinkan para pemimpin untuk menyelaraskan keputusan dengan visi dan tujuan mereka yang lebih luas. Mereka mencari berbagai pendapat, mempertimbangkan dengan saksama pro dan kontra, lalu memilih tindakan dengan keyakinan. Pendekatan yang cermat ini mendorong tujuan mereka maju dan membangun kepercayaan dan rasa hormat di antara anggota tim, memperkuat peran pemimpin sebagai pemandu yang tepercaya.

Misalnya, sebelum meluncurkan produk baru, seorang pemimpin dapat berkonsultasi dengan analis pasar, meninjau data pelanggan, dan memutuskan strategi terbaik. Pendekatan komprehensif ini memastikan bahwa keputusan berdasar dengan baik dan selaras dengan tujuan organisasi, menumbuhkan budaya akuntabilitas dan keunggulan.

15. Pemberdayaan

Memberdayakan orang lain melibatkan pemberian otonomi, sumber daya, dan dukungan yang dibutuhkan anggota tim untuk mengambil kepemilikan atas pekerjaan mereka dan berkontribusi secara efektif.

Para pemimpin dapat memberdayakan orang lain dengan memberikan harapan yang jelas, menawarkan bimbingan tanpa mengatur secara berlebihan, dan mengakui kontribusi individu. Pendekatan ini membangun kepercayaan diri dan kemampuan tim serta mendorong rasa kepemilikan dan akuntabilitas, yang mendorong keberhasilan kolektif.

16. Kreativitas

Kreativitas sangat penting untuk memecahkan masalah, mengembangkan produk atau layanan baru, dan menemukan cara unik untuk mengatasi tantangan. Pemimpin yang menghargai dan mendorong kreativitas menciptakan lingkungan kerja yang dinamis dan inovatif di mana anggota tim merasa terinspirasi untuk mengeksplorasi pendekatan baru dan menantang pemikiran konvensional.

Pemimpin dapat menumbuhkan kreativitas dengan menciptakan lingkungan terbuka untuk berbagi dan mengeksplorasi ide secara bebas. Ini dapat mencakup sesi curah pendapat, mendorong eksperimen, dan menyediakan sumber daya untuk proyek kreatif.

17. Motivasi

Motivasi sangat penting bagi para pemimpin untuk mempertahankan tingkat produktivitas dan antusiasme yang tinggi. Para pemimpin menggunakan berbagai strategi untuk memotivasi tim mereka, termasuk menetapkan tujuan yang jelas, memberikan penguatan positif, dan menciptakan lingkungan di mana individu merasa dihargai dan terlibat.

Selain itu, menawarkan peluang pertumbuhan dan pengembangan profesional dapat membuat anggota tim tetap termotivasi.

18. Transparansi

Transparansi membantu para pemimpin mencegah kesalahpahaman, mendorong akuntabilitas, dan menumbuhkan budaya keterbukaan dan kepercayaan. Transparansi membantu para pemimpin membangun kepercayaan dan kredibilitas dengan memastikan bahwa anggota tim diberi informasi dan terlibat dalam keputusan penting.

Untuk mempraktikkan transparansi, seorang pemimpin harus mengadakan pembaruan rutin tentang kinerja dan perubahan perusahaan, memberikan wawasan tentang alasan di balik keputusan strategis.

19. Inovasi

Ketika ribuan orang Amerika mengevaluasi 30 sifat untuk menentukan pentingnya mereka dalam menjadi pemimpin yang sukses, inovasi menduduki peringkat tinggi dalam daftar tersebut. Inovasi sangat penting untuk tetap kompetitif dan mendorong kemajuan. Para pemimpin yang inovatif menyadari bahwa merangkul perubahan sangat penting untuk beradaptasi dan berkembang dalam dunia yang terus berkembang. Mereka mendukung dan menghargai ide-ide baru, memungkinkan tim mereka untuk bereksperimen dan mengambil risiko yang diperhitungkan tanpa takut gagal.

Para pemimpin dapat mempromosikan inovasi dengan menyelenggarakan sesi curah pendapat, mendukung proyek percontohan, dan menghargai pemikiran inovatif.

20. Semangat

Semangat mendorong dedikasi dan ketekunan. Para pemimpin yang baik bersemangat tentang pekerjaan dan visi mereka, memotivasi dan menginspirasi orang lain untuk memberikan yang terbaik. Pemimpin yang bersemangat sangat berkomitmen pada tujuan mereka dan menunjukkan antusiasme dan energi setiap hari. Semangat yang menular ini mendorong anggota tim untuk berbagi kegembiraan dan dedikasi terhadap misi organisasi.

Pemimpin menunjukkan semangat dengan berpartisipasi aktif dalam proyek, merayakan keberhasilan tim, dan mempertahankan sikap positif bahkan di masa-masa yang penuh tantangan. Misalnya, pemimpin yang bersemangat mungkin akan bekerja lembur untuk membantu timnya memenuhi tenggat waktu yang penting, menunjukkan komitmen mereka dan memberi contoh. Antusiasme ini mendorong tim untuk mengatasi rintangan dan mencapai kehebatan, menumbuhkan budaya ketahanan dan kinerja tinggi.

21. Pemecahan masalah

Pemecahan masalah membantu para pemimpin mengidentifikasi masalah, menganalisis solusi potensial, dan menerapkan strategi yang efektif untuk mengatasi tantangan. Pemimpin yang unggul dalam pemecahan masalah mendekati masalah secara sistematis dan kreatif, memastikan bahwa solusinya praktis dan selaras dengan tujuan organisasi.

22. Kemampuan beradaptasi

Pemimpin harus beradaptasi dengan situasi dan tantangan yang terus berkembang. Pemimpin yang dapat menerima perubahan dan menyesuaikan strategi mereka dengan tepat lebih siap untuk memimpin tim mereka melalui ketidakpastian dan ambiguitas. Pemimpin yang dapat beradaptasi bersifat fleksibel, banyak akal, dan terbuka terhadap ide-ide baru, yang membantu mereka menavigasi lingkungan yang kompleks dan dinamis.

Jika seseorang dalam posisi kepemimpinan kesulitan beradaptasi, langkah selanjutnya dalam perjalanan peningkatan mereka adalah mulai menerima perubahan dengan bersikap fleksibel dengan rencana dan mendorong tim mereka untuk bereksperimen dengan pendekatan baru.

23. Empati

Pemimpin yang baik menggunakan empati untuk membangun hubungan, menyelesaikan konflik, dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan inklusif. Pemimpin yang berempati dapat melihat berbagai hal dari sudut pandang anggota tim mereka, yang membantu mereka membuat keputusan yang lebih baik.

Pemimpin menunjukkan empati dengan mendengarkan kekhawatiran anggota tim, memberikan dukungan selama kesulitan pribadi, dan menciptakan lingkungan yang inklusif. Dengan menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan emosi tim mereka, pemimpin yang berempati dapat mengatasi masalah dengan lebih efektif dan menciptakan budaya kerja yang positif dan produktif.

24. Fleksibilitas

Fleksibilitas di tempat kerja melibatkan adaptasi terhadap perubahan keadaan dan keterbukaan untuk menyesuaikan rencana dan pendekatan sesuai kebutuhan. Pemimpin yang fleksibel dapat dengan mudah menavigasi ketidakpastian dan membimbing tim mereka melalui situasi yang terus berkembang.

Pemimpin yang mempraktikkan fleksibilitas tetap terbuka terhadap ide-ide baru, menyesuaikan prioritas berdasarkan perubahan kondisi, dan bersedia mengubah arah bila perlu.

25. Delegasi

Delegasi yang efektif merupakan tanda pemimpin yang percaya diri dan cakap. Delegasi melibatkan penugasan tugas kepada anggota tim berdasarkan kekuatan mereka dan memercayai mereka untuk menyelesaikan pekerjaan. Delegasi memberdayakan anggota tim, memungkinkan mereka untuk mengembangkan keterampilan mereka dan bertanggung jawab atas tugas mereka. Delegasi juga membebaskan pemimpin untuk fokus pada aspek-aspek strategis dari peran mereka, sehingga meningkatkan efisiensi dan produktivitas tim secara keseluruhan.

Friday, 24 May 2013

Kepemimpinan Partisipatif

Kepemimpinan partisipatif didefinisikan sebagai persamaan kekuatan dan sharing dalam pemecahan masalah bersama dengan bawahan, dengan cara melakukan konsultasi dengan bawahan sebelum membuat keputusan. 

Kepemimpinan partisipatif berkaitan erat dengan penggunaan berbagai macam prosedur pengambilan keputusan, yang memberikan kepada orang lain suatu pengaruh tertentu terhadap keputusan-keputusan pemimpin tersebut. Istilah lain yang biasa digunakan untuk mengacu aspek-aspek kepemimpinan partisipatif termasuk konsultasi, pembuatan keputusan bersama, pembagian kekuasaan, desentralisasi, dan manajemen demokratis.

Terdapat tiga istilah yang terkait dengan kepemimpinan partisipatif, yaitu:

  1. Konsultasi, yaitu pimpinan menanyakan opini dan gagasan bawahan, kemudian pemimpin mengambil keputusan,
  2. Keputusan bersama, yaitu pimpinan bersama-sama bawahan mengambil sebuah keputusan dan keputusan tersebut menjadi keputusan final, 
  3. Pendelegsian, dimana seorang pemimpin memberikan kewenangan dan tanggung jawab kepada individu atau kelompok untuk mengambil sebuah keputusan.

Pada intinya kepemimpinan pertisipatif adalah kepemimpinan yang selalu melibatkan seluruh elemen organisasi dalam mengambil kebijakan organisasi. Titik tekannya hanya kepada penggunaan patisipasi mereka, pemimpin hanya akan menjadi seseorang yang melegalkan apa yang menjadi keputusan semua pihak. 


Kepemimpinan partisipatif dapat dipandang sebagai suatu jenis prilaku yang berbeda, meskipun dapat digunakan bersama-sama untuk melaksanakan tugas khusus dan menunjukkan perilaku hubungan antara pemimpin dan bawahan. Sebagai contoh, berdiskusi dengan karyawan untuk merancang sistem waktu yang fleksibel, dapat menghasilkan perencanaan jadwal kerja yang lebih baik dan dapat sebagai tanda perhatian pemimpin atas kebutuhan karyawannya.


Kepemimpinan partisipatif menyangkut baik pendekatan kekuasaan maupun perilaku kepemimpinan. Kepemimpinan, menyangkut aspek-aspek kekuasaan seperti 
  • bersama-sama menanggung kekuasaan (power sharing), 
  • pemberian kekuasaan  (empowering) 
  • proses-proses yang saling mempengaruhi secara timbal balik 
  • prosedur-prosedur spesifik yang digunakan untuk berkonsultasi dengan orang lain, untuk memperoleh gagasan dan saran-saran, serta perilaku spesifik yang digunakan untuk pendelegasian kekuasaan.

Jenis partisipasi
 
Salah satu bentuk kepemimpinan partisipatif adalah dengan melibatkan orang lain dalam pembuatan keputusan. Meskipun para ahli masih belum bersepakat tentang prosedur-prosedur untuk mengambil suatu keputusan, tetapi secara garis besar para ahli menyatakan bahwa terdapat empat prosedur (cara)  pengambilan keputusan, yaitu:

  1. Keputusan otokratis.
    Manajer membuat keputusan sendiri tanpa menanyakan pendapat atau saran karyawan, dan karyawan tidak memiliki pengaruh langsung pada keputusan, atau dengan kata lain tidak ada partisipasi dari karyawan.


    Pada pengambilan keputusan secara otokratis, terdapat dua peran yang dapat dilakukan oleh seorang pemimpin,
    • pertama, pemimpin hanya semata-mata mengumumkan keputusan aoutokratis (gaya “memberitahu”), 
    • kedua, pemimpin menggunakan taktik pengaruh seperti persuasi rasional (gaya ’menjual’)

  2. Konsultasi.
    Manajer menanyakan ide, gagasan atau pendapat pada karyawan, kemudian membuat keputusan sendiri setelah dengan serius mempertimbangkan saran dan perhatian karyawan.

    Pada pengambilan keputusan dengan cara konsultasi, terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan sang pemimpin,
    • Pemimpin menunjukkan sebuah keputusan yang telah dibuat sebelumnya tanpa konsultasi sebelumnya, tetapi bersedia melakukan modifikasi, jika ada keberatan atau saran yang bagus. 
    • Pemimpin menunjukkan proposal sementara dan secara aktif mendorong karyawan untuk memberikan saran demi perbaikan proposal tersebut. 
    • Pemimpin menyajikan sebuah masalah dan meminta karyawan untuk berpartisipasi dalam mendiagnosanya dan mengembangkan penyelesaiannya, tetapi membuat keputusan akhir sendiri

  3. Keputusan bersama.
    Manajer bertemu dengan karyawan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi dan membuat keputusan bersama. Di sini partisipasi Manajer dan karyawan dapat dikatakan sama, dalam pengambilan keputusan akhir.
  4. Pendelegasian.
    Manajer memberikan otoritas dan tanggung jawab untuk membuat keputusan pada seseorang atau kelompok karyawan. Manajer biasanya hanya menentukan batas pembuatan keputusan final, dan persetujuan awal tidak selalu diperlukan sebelum keputusan diimplementasikan.
Pada Kepemimpinan Partisipatif, terkadang yang terlihat adalah bahwa partisipasi tersebut hanyalah pura-pura belaka. Misalnya seorang manajer mengumpulkan ide dan saran dari pihak lain, tetapi mengabaikannya, ketika membuat keputusan. Sebaliknya, manajer meminta bawahannya untuk membuat keputusan, namun dilakukan sedemikian rupa, sehingga bawahan takut menunjukkan inisiatif atau pendapat yang berbeda dari pilihan yang menurut pengetahuan karyawan lebih disukai atasannya.

Perilaku manajer, sebenarnya jarang yang benar-benar menerapkan prosedur pengambilan keputusan secara ideal. Banyak diantara mereka, biasanya justru melakukan konsultasi secara informal terlebih dahulu, saat mereka berulang kali berinteraksi dengan orang lain.


Perilaku manajer dalam pengambilan keputusan, sebenarnya seringkali melibatkan campuran elemen dari prosedur-prosedur pengambilan keputusan, seperti konsultasi mengenai diagnosis masalah, tetapi saat menentukan pilihan akhir dari berbagai alternatif solusi-solusi yang ada, ia memutuskannya sendiri. Atau, ia mengkonsultasikan pilihan akhir atas solusi-solusi yang telah ditetapkannya sendiri, sebelumnya. 

Perilaku partisipatif memiliki kualitas yang sangat dinamis dan dapat berubah seiring waktu. Sebagai contoh, perilaku yang sebelumnya merupakan konsultasi, dapat berubah menjadi keputusan bersama ketika bawahan menyetujui pilihan atasannya. 

Manfaat potensial dari partisipasi

 
Kepemimpinan partisipatif, potensial memberikan beberapa manfaat, meskipun besarnya manfaat tersebut sangat tergantung kepada :

  • siapa partisipannya, misalnya atasan, bawahan, kerabat atau pihak luar.
  • besar atau banyaknya pengaruh yang dimiliki para partisipan,
  • aspek-aspek lain dari situasi keputusan. 

Manfaat, yang potensial akan diperoleh dari kepemimpinan partisipatif adalah :
  • kualitas keputusan yang diambil, biasanya lebih baik, bila para peserta mempunyai informasi dan pengetahuan yang tidak dipunyai sang pemimpin 
  • bersedia untuk kerjasama dalam mencari suatu pemecahan yang baik, untuk suatu masalah keputusan
  • keputusan yang diambil, biasanya lebih dapat diterima oleh para partisipan, 
  • peluang untuk memperoleh suatu pengaruh terhadap sebuah keputusan, biasanya akan meningkatkan komitmen dalam hal tersebut
  • kepuasan terhadap proses pengambilan keputusan, biasanya juga lebih tinggi, 
  • menumbuhkan dan mengembangan keahlian dalam pengambilan keputusan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, melibatkan orang lain dalam pengambilan keputusan cenderung akan meningkatkan kualitas keputusan, ketika partisipan memiliki informasi dan pengetahuan yang tidak dimiliki atasannya dan bersedia bekerja sama dalam menemukan solusi yang baik untuk masalah yang dihadapi. 

Kerjasama dan berbagi pengetahuan akan tergantung pada seberapa jauh partisipan mempercayai pemimpinnya dan memandang proses pengambilan keputusan yang dilakukan sah dan bermanfaat. Jika partisipan dan pemimpin mempunyai tujuan yang berbeda, partisipasi, justru akan cenderung menurunkan kualitas keputusan. Meskipun dengan kerjasama tinggi, tidak ada jaminan bahwa partisipasi akan menghasilkan keputusan yang lebih baik. 

Proses pengambilan keputusan yang dipilih oleh satu kelompok, merupakan salah satu faktor penting, apakah para anggota kelompok, mampu mencapai kata sepakat atau tidak. Selain itu, proses pengambilan keputusan, juga sangat menentukan, sampai batas mana keahlian dan pengetahuan anggotanya, diperhitungkan. Ketika anggota organisasi memiliki persepsi masalah yang berbeda atau prioritas akan hasil yang berbeda, maka akan sulit untuk memperoleh keputusan dengan kualitas yang baik. Kelompok bisa gagal mencapai persetujuan atau, justru akan menyelesaikannya dengan kompromi-kompromi yang jelek. 

Akhirnya, aspek-aspek lain dari situasi saat pengambilan keputusan seperti tekanan waktu, jumlah partisipan, dan kebijakan-kebijakan formal, dapat membuat beberapa bentuk partisipasi menjadi tidak praktis.

Orang yang memiliki pengaruh cukup besar dalam proses pengambilan keputusan cenderung berpersepsi bahwa keputusan yang diambil adalah keputusannya sendiri. Perasaan memiliki ini akan meningkatkan motivasi orang tersebut untuk mengimplementasikannya dengan baik. Partisipasi juga memberikan pengertian yang lebih mendalam mengenai sifat masalah keputusan dan alasan sebuah alternatif tertentu dipilih atau ditolak. Dalam hal ini, partisipan akan lebih memahami pengaruh keputusan yang diambil terhadap partisipan, yang pada akhirnya dapat mengurangi ketakutan dan kecemasan yang mungkin terjadi. Apabila hal yang tidak diinginkan terjadi, partisipan cenderung berusaha untuk bersama-sama mencari solusi terbaik dari masalah yang dihadapi.

Kesempatan menyatakan pendapat dan pilihan sebelum keputusan dibuat, dapat memiliki pengaruh yang menguntungkan tanpa memandang seberapa besar pengaruh dari pendapat tersebut terhadap hasil akhir. Manusia cenderung merasa diperlakukan dengan hormat apabila diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat dan pilihan mengenai keputusan yang akan mempengaruhinya, dan manusia tersebut akan menjadi lebih puas dengan proses pengambilan keputusan yang dilakukan.


Pengalaman, sangat membantu dalam membuat keputusan yang kompleks, dan dapat digunakan untuk mengembangkan keahlian dan keyakinan diri partisipan. Besarnya manfaat yang diperoleh ini, tergantung atas besarnya keterlibatan partisipan dalam proses diagnosa sumber masalah, menghasilkan solusi yang memungkinkan, mengevaluasi solusi yang ada untuk mencari solusi terbaik, dan merencanakan cara implementasinya. 


Partisipan yang terlibat dalam keseluruhan proses, akan dapat belajar lebih banyak dibanding partisipan yang hanya memiliki kontribusi pada satu aspek saja.

Berikut adalah beberapa pedoman yang dapat digunakan pada kepemimpinan partisipatif:
  1. Evaluasi tentang pentingnya suatu keputusan
  2. Identifikasi orang-orang yang mempunyai pengetahuan atau keahlian yang relevan
  3. Evaluasi kemungkinan kerjasama dari para peserta
  4. Evaluasi kemungkinan penerimaan karyawan, jika tanpa partisipasi
  5. Evaluasi kelayakan (feasible) untuk mengadakan sebuah pertemuan
Beberapa pedoman untuk mendorong lebih banyak partisipasi antara lain meliputi:

  1. Konsultasi dengan orang-orang sebelum membuat perubahan
  2. Jelaskan bahwa sebuah usulan bersifat sementara
  3. Catat gagasan-gagasan dan saran-saran
  4. Carilah cara-cara untuk membangun gagasan-gagasan dan saran-saran
  5. Berbicaralah secara taktis dalam keprihatinan untuk menjadi saran
  6. Dengarkanlah pandangan-pandangan orang yang menolak tanpa menjadi defensive
  7. Coba untuk menggunakan saran dan hadapi keprihatinan
  8. Perlihatkan penghargaan terhadap saran-saran

Thursday, 1 September 2011

Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan memainkan peranan yang amat penting, bahkan dapat dikatakan amat menentukan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pimpinan membutuhkan orang lain, yaitu bawahan untuk melaksanakan secara langsung tugas-tugas, di samping memerlukan sarana dan prasarana lainnya. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan, memelihara dan mengembangkan usaha dan iklim yang kondusif di dalam kehidupan organisasional.

Bennis (dalam Kartono, 1982) memberi batasan kepemimpinan sebagai “… the process by which an agent induces a subordinate to behave in a desired manner” (proses yang digunakan seorang pejabat menggerakkan bawahannya untuk berlaku sesuai dengan cara yang diharapkan). 

Dari defenisi di atas dapat dinyatakan bahwa kepemimplnan adalah merupakan proses mempengaruhi atau menggerakkan bawahan (followers) agar mau melaksanakan apa yang diinginkan atau diharapkan oleh pimpinan tersebut. Oleh karena pentingnya peranan kepemimpinan di dalam kehidupan organisasional, ada pakar yang menyebut bahwa “Leadership is getting things done by the others”

Seorang pemimpin di dalam melaksanakan kepemimpinan haruslah memiliki kriteria-kriteria yang diharapkan, dalam arti seorang pemimpin harus memiliki kriteria yang lebih dari pada bawahannya misalnya jujur, adil, bertanggung jawab, loyal, energik, dan beberapa kriteria-kriteria lainnya. Kepemimpinan merupakan sebuah hubungan yang kompleks, oleh karena berhadapan dengan kondisi-kondisi ekonomi, nilai-nilai sosial dan pertimbangan politis.

Gaya Kepemimpinan Situasional dan Produktivitas Kerja  

Gaya kepemimpinan, secara langsung maupun tidak langsung mempunyai pengaruh yang positif terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan/pegawai. Hal ini didukung oleh Sinungan (1987) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang termasuk di dalam lingkungan organisasi merupakan faktor potensial dalam meningkatkan produktivitas kerja. Dewasa ini, banyak para ahli yang menawarkan gaya Kepemimpinan yang dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan, dimulai dari yang paling klasik yaitu teori sifat sampai kepada teori situasional.
 
Dari beberapa gaya yang di tawarkan para ahli di atas, maka gaya kepemimpinan situasionallah yang paling baru dan sering di gunakan pemimpin saat ini. Gaya kepemimpinan situasional dianggap para ahli manajemen sebagai gaya yang sangat cocok untuk diterapkan saat ini.
 
Sedangkan untuk bawahan yang tergolong pada tingkat kematangan yaitu bawahan yang tidak mampu tetapi berkemauan, maka gaya kepemimpinan yang seperti ini masih pengarahan, karena kurang mampu, juga memberikan perilaku yang mendukung. Dalam hal ini pimpinan/pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah (two way communications), yaitu untuk membantu bawahan dalam meningkatkan motivasi kerjanya.
 
Selanjutnya, yang mampu tetapi tidak mau melaksanakan tugas/tangung jawabnya. Bawahan seperti ini sebenarnya memiliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan, akan tetapi kurang memiliki kemauan dalam melaksanakan tugas. Untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, dalam hal ini pemimpin harus aktif membuka komunikasi dua arah dan mendengarkan apa yang diinginkan oleh bawahan. Sedangkan gaya delegasi adalah gaya yang cocok diterapkan pada bawahan yang memiliki kemauan juga kemampuan dalam bekerja. 

Dalam hal ini pemimpin tidak perlu banyak memberikan dukungan maupun pengarahan, karena dianggap bawahan sudah mengetahui bagaimana, kapan dan dimana mereka barus melaksanakan tugas/tangung jawabnya. Dengan penerapan gaya kepemimpinan situasional ini, maka bawahan/pegawai merasa diperhatikan oleh pemimpin, sehingga diharapkan produktivitas kerjanya akan meningkat.

Selain itu ada beberapa jenis gaya kepemimpinan yang di tawarkan oleh para pakar leardership, mulai dari yang klasik sampai kepada yang modern yaitu gaya kepemimpinan situasional model Hersey dan Blancard. (dalam Erika revida)

1. Gaya Kepemimpinan Kontinum
 
Gaya ini pertama sekali dikembangkan oleh Robert Tannenbaum dan warren Schmidt. Menurut kedua ahli ini ada dua bidang pengaruh yang ekstrim, yaitu:
1). Bidang pengaruh pimpinan (pemimpin lebih menggunakan otoritas)
2). Bidang pengaruh kebebasan bawahan. (Pemimpin lebih menekankan gaya demokratis

2. Gaya Managerial Grid

Sesungguhnya, gaya managerial grid lebih menekankan kepada pendekatan dua aspek yaitu aspek produksi di satu pihak, dan orang-orang di pihak lain. Blake dan Mouton menghendaki bagaimana perhatian pemimpin terhadap produksi dan bawahannya (followers).
Dalam managerial grid, ada empat gaya yang ekstrim dan ada satu gaya yang berada di tengah-tengah gaya ekstrim tersebut,

a. Grid 1 manajer sedikit sekali memikirkan produksi yang harus dicapai. sedangkan juga sedikit perhatian terhadap orang-orang (followers) di dalam organisasinya. Dalam grid ini manajer hanya berfungsi sebagai perantara menyampaikan informasi dari atasan kepada bawahannya.

b.Grid 2 manajer mempunyai perhatian yang tinggi terhadap produksi yang akan dicapai juga terhadap orang-orang yang bekerja dengannya. Manajer seperti ini dapat dikatakan sebagai “manajer tim” yang riel (The real team manajer) karena ia mampu menyatukan antara kebutuhan-kebutuhan produksi dan kebutuhan orang-orang secara individu.

c. Grid 3 manajer memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap orang-orang dalam organisasi, tetapi perhatian terhadap produksi adalah rendah. Manajer seperti ini disebut sebagai “pemimpin club”. Gaya seperti ini lebih mengutamakan bagaimana menyenangkan hati bawahannya agar bawahannya dapat bekerja rileks, santai, bersahabat, tetapi tidak ada seorangpun yang berusaha untuk mencapai produktlvitas.

d.Grid 4. adalah manajer yang menggunakan gaya kepemimpinan yang otokratis (autrocratic task managers), karena manejer seperti ini lebih menekankan produksi yang harus dicapai organisasinya, baik melalui efisiensi atau efektivitas pelaksanaan kerja, tetapi tidak mempunyai atau sedikit mempuyai perhatian terhadap bawahan.

Pemimpin yang baik adalah lebih memperhatikan terhadap produksi yang akan dicapai maupun terhadap orang-orang. Grid seperti ini berusaha menyeimbangkan produksi yang akan dicapai dengan perhatian terhadap orang-orang, dalam arti tidak terlalu menyolok. Manajer seperti ini tidak terlalu menciptakan target produksi yang akan dicapai, tetapi juga tidak mempunyai perhatian yang tidak terlalu menyolok kepada orang-orang.

3. Tiga Dimensi dari Reddin
 
Menurut Reddin, ada jenis gaya yang barus diperhatikan yaitu gaya yang efektif dan gaya yang tidak efektif. Gaya kepemimpinan dari Reddin ini tidak terpengaruh kepada lingkungan sakitarnya.
Gaya yang efektif terdiri atas empat jenis, yaitu :
 
a. Eksekutif. Gaya ini mempunyai perhatian yang banyak terhadap tugas-tugas pekerjaan dan hubungan kerja. Manajer seperti ini berfungsi sebagai motivator yang baik dan mau menetapkan produktivitas yang tinggi.

b. Pencinta Pengembangan (Developer). Pada gaya ini lebih mempunyai perhatian yang penuh terhadap hubungan kerja, sedangkan perhatian terhadap tugas-tugas pekerjaan adalah minim.

c. Otokratis yang baik. Gaya kepemimpinan ini menekankan perhatian yang maksimum terhadap pekerjaan (tugas-tugas) dan perhatian terhadap hubungan kerja yang minimum sekali, tetapi tetap berusaha agar menjaga perasaan bawahannya.

Gaya yang tidak efektif adalah sebagai berikut :
 
1). Pencinta Kompromi (Compromiser).
Gaya Kompromi ini menitikberatkan perhatian kepada tugas dan hubungan kerja berdasarkan situasi yang kompromi.

2). Missionari
Manajer seperti ini menilai keharmonisan sebagai suatu tujuan, dalam arti memberikan perhatian yang besar dan maksimum pada orang-orang dan hubungan kerja tetapi sedikit perhatian terhadap tugas dan perilaku yang tidak sesuai.

3). Otokrat
Pemimpin tipe seperti ini memberikan perhatian yang banyak terhadap tugas dan sedikit perhatian terhadap hubungan kerja dengan perilaku yang tidak sesuai.

4). Lari dari tugas (Deserter)
Manajer yang memiliki gaya kepemipinan seperti ini sama sekali tidak memberikan perhatian, baik kepada tugas maupun hubung kerja.

4. Gaya Kepemimpinan Situasional

Gaya kepemimpin situasional mencoba mengkombinasikan proses kepemimpinan dengan situasi dan kondisi yang ada. Gaya ini diketengahkan oleh Hersey dan Blancard yang amat menarik untuk dipelajari.
 
Menurut gaya kepemimpinan situasional, ada tiga hal yang saling berhubungan yaitu:
a) Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan.
b) Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan.
c) Tingkat kematangan dan kesiapan para pengikut yang di tunjukkan dalam melaksanakan tugas kasus, fungsi atau tujuan tertentu.
 
Pada dasarnya, konsepsi gaya kepemimpinan situasional menekankan kepada perilaku pimpinan dengan bawahan (followers) saja, yang dihubungkan dengan tingkat kematangan dan kesiapan bawahannya. Kematangan (maturity) dalam hal ini diartikan sebagai kemauan dan kemampuan dari bawahan (followers) untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilaku sendiri.
 
Menurut Hersey dan Blancard, penemunya (1979) ada empat jenis tingkat kematangan bawahan (followers) yaitu :
a. Orang yang tidak mampu dan tidak mau atau tidak yakin (M1).
b. Orang yang tidak mampu tetapi mau (M2).
c. Orang yang mampu tetapi tidak mau atau kurang yakin (M3).
d. Orang yang mampu dan mau atau yakin (M4).
 
Gaya kepemimpinan “Partisipasi” adalah gaya yang sesuai untuk tingkat kematangan Mampu akan tetapi tidak memiliki kemauan untuk melakukan tanggung jawab (M3)/tugas, karena ketidakmauan atau ketidakyakinan mereka untuk melakukan tugas/tangung jawab seringkali disebabkan karena kurang keyakinan. Dalam kasus seperti ini pemimpin perlu membuka komunikasi dua arah dan secara aktif mendegarkan mendukung usaha-usaha yang dilakukan para bawahan/pengikutnya.
 
Selanjutnya, untuk tingkat kematangan yang mampu dan mau/yakin (M4), maka gaya kepemimpinan yang sesuai adalah gaya “Delegasi”, karena orang/bawahan seperti ini adalah mampu melaksanakan tugas dan mau/yakin. Dengan gaya delegasi ini pimpinan sedikit memberi pengarahan maupun dukungan, karena dianggap sudah mampu dan mau melaksanakan tugas/tanggung jawabnya. Mereka diperkenankan untuk melaksanakan sendiri dan memutuskannya tentang bagaimana, Kapan dan dimana pekerjaan mereka harus dilaksanakan. Pada gaya delegasi ini tidak terlalu diperlukan komunikasi dua arah.

Kepemimpinan adalah suatu proses dimana pimpinan/pemimpin dapat mempengaruhi bawahannya/orang lain, agar bawahan/orang lain tersebut mau melakukan apa yang diinginkan oleh pimpinan/pemimpin tersebut. Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan pimpinan/pemimpin dalam mempengaruhi bawahan/orang lain, agar tercapai apa yang diinginkannya. Produktivitas kerja adalah hasil kerja yang nyata diperoleh oleh tenaga kerja yang didasari sikap mental yang patriotik yang menganggap bahwa hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari esok harus lebih baik dari hari ini. Cara-cara kerja hari ini harus lebih baik dari cara-cara kerja kemarin, dan cara-cara kerja hari esok harus lebih baik dari cara-cara kerja hari ini.

Untuk meningkatkan Produktivitas kerja, gaya kepemimpinan situasional adalah gaya yang paling sesuai diterapkan seorang pemimpin/pimpinan saat ini, mengingat bahwa penerapan gaya ini disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahan/pengikut. Hal ini didasari asumsi bahwa setiap bawahan/orang lain akan memiliki tingkat kematangan yang berbeda satu sama lain.  

Unsur Utama Pada Gaya Kepemimpinan

Pada dasarnya di dalam setiap gaya kepemimpinan terdapat 2 unsur utama, yaitu unsur pengarahan (directive behavior) dan unsur bantuan (supporting behavior). Dari dua unsur tersebut gaya kepemimpinan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu otokrasi (directing), pembinaan (coaching), demokrasi (supporting), dan kendali bebas (delegating).

Pada gaya kepemimpinan otokrasi, pemimpin mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran utama maupun sasaran minornya. Pemimpin juga berperan sebagai pengawas terhadap semua aktivitas anggotanya dan pemberi jalan keluar bila anggota mengalami masalah. Dengan kata lain, anggota tidak perlu pusing memikirkan apappun. Anggota cukup melaksanakan apa yang diputuskan pemimpin.

Gaya kepemimpinan pembinaan mirip dengan otokrasi. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih menunjukkan sasaran yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut. Namun, pada kepemimpinan ini anggota diajak untuk ikut memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Pada kepemimpinan demokrasi, anggota memiliki peranan yang lebih besar. Pada kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran yang ingin dicapai saja, tentang cara untuk mencapai sasaran tersebut, anggota yang menentukan. Selain itu, anggota juga diberi keleluasaan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Gaya kepemimpinan kendali bebas merupakan model kepemimpinan yang paling dinamis. Pada gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin hanya menunjukkan sasaran utama yang ingin dicapai saja. Tiap divisi atau seksi diberi kepercayaan penuh untuk menentukan sasaran minor, cara untuk mencapai sasaran, dan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sendiri-sendiri. Dengan demikian, pemimpin hanya berperan sebagai pemantau saja.

Lalu, gaya kepemimpinan yang mana yang sebaiknya dijalankan? Jawaban dari pertanyaan ini adalah tergantung pada kondisi anggota itu sendiri. Pada dasarnya tiap gaya kepemimpinan hanya cocok untuk kondisi tertentu saja. Dengan mengetahui kondisi nyata anggota, seorang pemimpin dapat memilih model kepemimpinan yang tepat. Tidak menutup kemungkinan seorang pemimpin menerapkan gaya yang berbeda untuk divisi atau seksi yang berbeda.

Kepemimpinan otokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi rendah tapi komitmennya tinggi. Kepemimpinan pembinaan cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi sedang dan komitmen rendah. Kepemimpinan demokrasi cocok untuk anggota yang memiliki kompetensi tinggi dengan komitmen yang bervariasi. Sementara itu, kepemimpinan kendali bebas cocok untuk angggota yang memiliki kompetensi dan komitmen tinggi. 

                                              
Pembagian gaya kepemimpinan yang lain:
  1. Gaya Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian, adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
  2. Gaya Kepemimpinan Demokratis / Democratic, adalah gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
  3. Gaya Kepemimpinan Bebas / Laissez Faire, adalah gaya kepemimpinan dimana pemimpin jenis ini hanya terlibat dalam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadapi.

Tipologi Kepemimpinan

Pemimpin dalam Kehidupan Sosial

Di dalam kehidupan masyarakat, selalu dapat ditemukan adanya pemimpin (leader) dan pengikut (pengikut), adanya kepemimpinan (leadership) dan kepengikutan (followership). Sehubungan dengan itu dapat dikatakan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah gejala sosial (social/group phenomenon). Sejarah manusia dari abad ke abad membuktikan bahwa kehidupan setiap kelompok sosial tidak terlepas dari manusia-manusia besar yang memimpinnya.

Pemimpin itu jumlahnya tidak banyak, tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap hidup dan kehidupan kelompok. Tanpa adanya pemimpin tidak akan ada organisasi dan perkembangan sosial. Namun demikian tidak akan ada pemimpin yang tanpa pengikut. Pemimpin dan pengikut adalah dwitunggal yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan.

Setiap individu memiliki kedua status tersebut, artinya dalam situasi tertentu seseorang dapat berstatus sebagai pemimpin, dan pada situasi lain berstatus hanya sebagai pengikut. Masalah pemimpin dan dan kepemimpinan, tidak terlepas dari pribadi pemimpin, peranan pengikut dan situasi sosial yang melingkunginya.

Perbedaan Pemimpin (leader) dan Kepemimpinan (leadership) dengan Pimpinan (Manager) dan Kepimpinan (Management)

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang istilah pemimpin dan kepemimpinan disamakan dengan istilah pimpinan dan kepimpinan. Praktek yang sedemikian sebenarnya kurang tepat, oleh karena antara kedua istilah itu ada perbedaannya, yaitu sebagai berikut:
  1. Dalam bahasa asing, untuk pemimpin biasanya dipergunakan istilah leader, sedangkan untuk pimpinan digunakan istilah manager, eksekutif atau administrator. Kegiatan pimpinan itu biasanya disebut management yang diterjemahkan oleh beberapa pihak dengan kepimpinan, sedangkan kegiatan pemimpin disebut leadership atau kepemimpinan.
  2. Lebih mudah menjadi pimpinan daripada menjadi pemimpin, karena pimpinan diangkat oleh atasan (titular leader), sedangkan pemimpin tumbuh dan muncul dari bawah (real leader). Secara intrinsik, supervision, management dan administration berhubungan dengan tingkat-tingkat di dalam organisasi, sedangkan leadership dapat dilakukan oleh siapa saja sesuai dengan situasi, yang menentukan jenis leadership yang dibutuhkan.
  3. Management merupakan fungsi status atau wewenang (authority, power, perintah, paksaan, force, dan bersifat resmi), sedangkan leadership merupakan kualitas hubungan atau interaksi antara pemimpin dan pengikut (persuasi, pengaruh, wibawa, dan tidak resmi) dalam situasi tertentu.
  4. Management selalu diarahkan kepada pencapaian tujuan organisasi, sedangkan leadership dapat diarahkan untuk mewujudkan keinginan pemimpin.
  5. Management mempergunakan input berupa logika, rasio, finansial, bersifat impersonal, analitis dan kwantitatif, sedangkan leadership merupakan faktor-faktor pemimpin, pengikut dan situasi.
  6. Management memiliki sumber-sumber organisasi yang luas untuk mendorong bawahan guna berperilaku sebagaimana yang dikehendaki, lebih lanjut ia bertanggung jawab kepada management yang lebih tinggi. Sedangkan leadership terutama menggantungkan diri pada personal resources (sumber-sumber yang dimiliki sendiri) untuk mendorong orang lain guna melakukan sesuatu yang diinginkan. Ia terutama bertanggung jawab pada orang-orang yang mendukungnya, yaitu para pengikutnya.

Tipe-tipe Pemimpin

Setiap penulis mengemukakan tipe-tipe (tipologi) pemimpin yang berbeda. Beraneka ragam tipe-tipe itu timbul karena sudut tinjauannya berbeda, meskipun yang dipelajari proses yang sama.

Dalam hubungan ini, hendaknya dimaklumi bahwa istilah tipe mengandung pengertian yang tidak fixed dan definitif, tetapi lebih bersifat arbitrair, oleh karena garis batas antara tipe-tipe itu tidak jelas. Tipe-tipe itu tumpang tindih satu dengan yang lainnya dan tidak selalu mutually exclusive, artinya tipe-tipe itu mengandung ciri-ciri yang tidak seluruhnya berlainan. Ciri-ciri tertentu yang yang terkandung di dalam suatu tipe mungkin juga terdapat pada tipe-tipe yang lain, meskipun dalam rangkainan ciri-ciri lain yang berbeda.

Cara bertindak seorang pemimpin, dapat didorong oleh kecenderungan pribadi oleh keinginannya untuk menguasai situasi yang dihadapi. Dalam hal tindakan seorang pemimpin didorong oleh kecenderungan pribadi, maka yang dibicarakan adalah tipe. Tetapi apabila itu didorong oleh keinginannya untuk mengatasi dan menguasai situasi yang dihadapi, maka tindakan itu menunjuk kepada metode kepemimpinan yang dipergunakan. Dalam hal ini kadang-kadang harus melawan kecenderungan pribadinya.

Setiap pemimpin mempunyai kecenderungan untuk mempergunakan jenis kepemimpinan tertentu. Penonjolan ini dapat dilihat dengan jelas pada saat ia mempergunakan jenis kepemimpinan yang tidak tepat pada situasi tertentu. Itupun telah dilakukan tanpa melawan dengan kecenderungan pribadi. Misalnya dalam keadaan darurat ia mempergunakan kepemimpinan yang demokratis. Dalam hubungan ini jenis kepemimpinan yang diterapkan itu dikatakan tidak tepat, oleh karena pada hematnya yang penting untuk saat itu ialah usaha-usaha untuk menguasai situasi dan untuk itu dibutuhkan ciri-ciri atau kepemimpinan yang dapat menjamin penguasaan situasi.

Namun, demikian para pemimpin pada umumnya mempergunakan pendekatan yang berlainan terhadap situasi yang berbeda, dengan pengharapan akan dapat mengatasi dan menguasai situasi yang dihadapi. Dengan kata lain mereka mereka berusaha mempergunakan metode yang berbeda-beda sesuai dengan perubahan kondisi.

Tipe-tipe Berdasarkan Sikap Pemimpin Terhadap Kekuasaan atau Organisasi

Berdasarkan sikap pemimpin terhadap kekuasaan dan organisasi, dikenal 5 tipe pemimpin, yaitu sebagai berikut:
  1. Climbers, ialah tipe pemimpin yang selalu haus akan kekuasaan, prastige dan kemajuan diri, berusaha maju terus menerus dengan kekuasaan sendiri, oportunistis, agresif, suka dan mendorong perubahan dan perkembangan dan berusaha berombak terus menerus.
  2. Conservers, ialah tipe pemimpin yang mementingkan jaminan dan keenakan, mempertahankan statusquo memperkuat posisi yang telah dicapai, menolak perubahan, defensifda statis. Tipe ini biasanya terdapat pada middle management atau dimiliki oleh parapejabat yang sudah lanjut usia.

  3. Zealots, ialah tipe pemimpin yang bersemangat untuk memperbaiki organisasi, mengutamakan tercapainya tujuan, mempunyai visi, menyendiri aktif, agresif, bersedia menghadapi segala permusuhan dan pertentangan, tegas, mempunyai dorongan yang keras untuk maju, tidak sabaran untuk mengadakan perbaikan dan menentukan sesuatu yang baru, mementingkan kepekaan daripada human relations.
  4. Advocates, ialah tipe pemimpin yang ingin mengadakan perbaikan organisasi, terutama bagiannya sendiri, mementingkan kepentingan keseluruhan organisasi daripada kepentingan diri sendiri, pejuang yang gigih dan bersemangat untuk kepentingan orang-orang dan programnya, bersedia menghadapi pertentangan apabila mendapat dukungan dari kolega-koleganya, sangat responsif terhadap ide-ide dan pengaruh orang lain, keluar bersedia mempertahankan kelompok dengan tindakan partisan, ke dalam bersikap jujur dan tidak menyebelah.
  5. Statesmen, ialah tipe pemimpin yang mementingkan tujuan organisasi secara keseluruhan dan misi organisasi, berusaha berdiri di atas kepentingan-kepentingan, tidak menyukai pertentangan yang merugikan pihak-pihak yang bersangkutan, berusaha mempertemukan pertentangan.

Tipe-tipe Berdasarkan Kekuasaan

Dalam hubungannya dengan kekuasaan, tipe pemimpin dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Autoraic leader, ialah tipe pemimpin yang menggantungkan terutama pada kekuasaan formalnya, organisasi dipandang sebagai milik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi, hak dan wewenang adalah milik pribadi. Leadership adalah hak pribadi, bawahan adalah alat, ia harus mengikuti saja, tidak memberi kesempatan kepada bawahan untuk ikut mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, tidak mau menerima kritik, saran atau pendapat, tidak mau berunding dengan bawahan, keputusan diambil sendiri, memusatkan kekuasaan untuk mengambil keputusan, mempergunakan intimidasi, paksaan atau kekuatan dan mengagungkan diri.
2) Partcipative leader, juga disebut pemimpin yang demokratis, ialah tipe pemimpin yang memandang manusia adalah manusia yang termulia, memimpin dengan persuasi dan memberikan contoh, memperhatikan perasaan pengikut, mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi pengikut, mengutamakan kepentingan organisasi dan kepentingan pengikut, senang menerima saran, pendapat atau kritik, menerima partisipasi informil dari kelompok, memanfatkan pendapat-pendapat kelompok, menunggu persetujuan kelompok, menunggu persetujuan kelompok, berunding dengan pengikut, mengutamakan kerja sama, mendesentralisasikan wewenang, memberikan kebebasan untuk bawahan untuk bertindak, menstimulir inisiatif, mendorong partisipasi pengikut dalam pengambilan keputusan, memberikan informasi yang luas kepada pengikut, membuat pengikut lebih sukses.
3) Free rein leader, disebut juga pemimpin yang liberal, ialah tipe pemimpin yang menghindari kekuasaan, tergantung pada kelompok anggota, kelompok memotivasikan diri sendiri, hanya bertindak sebagai perantara dengan dunia luar untuk menyajikan informasi kepada kelompok, tidak berhasil memahami sumbangan management, tidak dapat memahami peranan motivasi yang diberikan dan melakukan pengendalian yang minimal.

Tipe-Tipe Berdasarkan Orientasi Pemimpin

Tipe-tipe berdasarkan orientasi pemimpin, terdiri dari dua golongan pemimpin, yaitu pemimpin yang berorientasi pada pengikut atau pegawai, dan pemimpin yang berorientasi pada produksi.

Tipe-tipe Berdasarkan Cara Memotivasi

Dalam hal ini, terbagi dalam tipe pemimpin yang positif dan pemimpin yang positif. Pemimpin yang negatif, ialah tipe pemimpin yang menekankan kepada perangsang yang bersifat negatif, misalnya ancaman, hukuman dan lain-lain. Sedangkan tipe pemimpin yang positif, ialah pemimpin yang dalam memotivasikan pengikutnya menekankan pada pemberian hadiah.

Tipe-tipe Berdasarkan Segi Landasan yang Dipergunakan Untuk Mempengaruhi Pengikut

Dari segi landasan yang dipergunakan oleh pemimpin untuk mempengaruhi pengikut, dapat diklasifikasikan pemimpin dalam 3 kategori sebagai berikut:
  1. Pemimpin tradisional, berusaha mempengaruhi pengikutnya berdasarkan tradisi yang ada.
  2. Pemimpin yang kharismatik, mempergunakan kharismanya (kesaktian, kekuatan gaib)
  3. Pemimpin rasional, kadang-kadang disebut pemimpin birokratis oleh karena pemimpin tipe ini biasanya terdapat di dalam organisasi birokratis, mempergunakan rasio untuk mempengaruhi pengikutnya.

Tipe-tipe Pemimpin Berdasarkan Kepribadiannya

Tipe-tipe pemimpin berdasarkan kepribadiannya terdiri dari 6 macam sebagai berikut:
  1. Tipe ekonomis, tipe yang perhatiannya dicurahkan kepada segala sesuatu yang bermanfaat dan praktis.
  2. Tipe aesthetis, yaitu tipe yang berpendapat bahwa nilai yang tertinggi terletak pada harmoni dan individualitas.
  3. Tipe teoritis, yaitu tipe yang perhatian utamanya ialah menemukan kebenaran hanya untuk mencapai kebenaran, perbedaan dan rasionalitas.
  4. Tipe sosial, yakni tipe pecinta orang lain, tujuan akhirnya adalah orang lain. Berhubungan dengan sifatnya yang ramah tamah, simpatik, dan tidak mementingkan diri sendiri
  5. Tipe politis, yaitu tipe yang perhatian utamanya diarahkan kepada kekuasaan, menginginkan kekuasaan perseorangan, pengaruh dan reputasi.
  6. Tipe religious, yaitu tipe yang berpendapat bahwa bahwa nilai yang tertinggi ialah pengalaman yang memberikan kepuasan tertinggi dalam kehidupan spritual dan bersifat mutlak.