Showing posts with label Industri Pengolahan. Show all posts
Showing posts with label Industri Pengolahan. Show all posts

Saturday, 20 August 2011

Pemanfaatan Enceng Gondok


Eceng gondok merupakan tanaman gulma di wilayah perairan yang hidup terapung pada air yang dalam atau mengembangkan perakaran di dalam lumpur pada air yang dangkal.

Eceng Gondok yang bahasa latinnya bernama Eichornia Crassipes, merupakan gulma air yang sering bikin gondok para petani, karena tumbuh di sawah berebut unsur hara dengan tanaman budidaya (padi).  Juga sering bikin kesel petugas ulu-ulu karena menjadi biang mampet saluran air dan pendangkalan. Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan antara lain :
  1. Tumbuhan Eceng Gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan;
  2. Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air;
Asal Usul Eceng Gondok

Tanaman asal Brasil yang didatangkan Kebun Raya Bogor pada tahun 1894, dahulu merupakan tanaman hias yang digandrungi karena bunganya yang berwarna ungu sangat menarik sebagai penghias kolam seperti Teratai. Kini kehadiran Eceng Gondok malah bikin gondok seperti yang terjadi di Bendungan Walahar dan daerah aliran sungai (DAS) lainnya di wilayah Kab. Karawang.

Eceng gondok berkembangbiak dengan sangat cepat, baik secara vegetatif yang hanya membutuhkan waktu 2 – 4 hari maupun generatif. Perkembangbiakan dengan cara vegetatif dapat melipat ganda dua kali dalam waktu 7-10 hari. Hasil penelitian Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Sumatera Utara di Danau Toba (2003) melaporkan bahwa satu batang eceng gondok dalam waktu 52 hari mampu berkembang seluas 1 m2, atau dalam waktu 1 tahun mampu menutup area seluas 7 m2. Heyne (1987) menyatakan bahwa dalam waktu 6 bulan pertumbuhan eceng gondok pada areal 1 ha dapat mencapai bobot basah sebesar 125 ton dan dalam 1 ha diperkirakan dapat tumbuh sebanyak 500 kg/hari.

Perkembangbiakannya yang demikian cepat menyebabkan tanaman eceng gondok telah berubah menjadi tanaman gulma (tanaman pengganggu) di beberapa wilayah perairan di Indonesia. Di kawasan perairan danau, eceng gondok tumbuh pada bibir-bibir pantai sampai sejauh 5-20 m. Perkembangbiakan ini juga dipicu oleh peningkatan kesuburan di wilayah perairan danau (eutrofikasi), sebagai akibat dari erosi dan sedimentasi lahan, berbagai aktivitas masyarakat (mandi, cuci, kakus/MCK), budidaya perikanan (keramba jaring apung), limbah transportasi air, dan limbah pertanian.

Eceng Gondok yang pada mulanya hanya dikenal sebagai tanaman gulma air, karena pertumbuhannya yang begitu cepat sehingga menutupi permukaan air, dan menimbulkan dampak pada menurunnya produksi di sektor perikanan juga menimbulkan permasalahan lingkungan lainnya, seperti cepatnya penguapan perairan. Namun, dilain sisi Eceng Gondok juga memberikan nilai tambah yang cukup prospektif.

Manfaat Eceng Gondok

Menurut penelitian, Eceng Gondok kaya asam humat yang menghasilkan Senyawa Fitohara yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman.  Selain itu Eceng Gondok juga mengandung Asam Sianida, Triterpenoid, Alkaloid, dan kaya Kalsium.

Selain mengandung zat-zat seperti di atas, Eceng Gondok sebenarnya memeiliki beberapa manfatat yang berguna bagi masyarakat antara lain dengan menjadikannya sebagai pupuk organik oleh masyarakat penghuni DAS, karena selain untuk menambah penghasilan mereka juga untuk mengurangi populasi Eceng Gondok di perairan.

Sesungguhnya masih banyak lagi manfaat Eceng Gondok tersebut, misalnya sebagai  bahan perabotan, kerajinan tangan, sebagai media pertumbuhan bagi jamur merang, dsb.

Di Bantul, Jogjakarta, Eceng Gondok digunakan sebagai salah satu bahan baku untuk kerajinan tangan dengan dibuat sandal, tas, pigura dll, yang mempunyai nilai ekonomi cukup prospektif, guna meningkatkan taraf hidup masyarakat yang tinggal di bantaran kali (DAS).

Pembuatan Pupuk Organik Eceng Gondok

Eceng Gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai.  Mengangkat Eceng Gondok tersebut secara langsung dari lingkungan perairan untuk dijadikan pupuk bisa dilakukan secara sederhana. Namun, agar lebih cepat, bisa dibantu dengan menambahkan decomposer yang banyak dijual di Toko Saprotan (Contoh Em-4 dll).

Eceng Gondok dicacah, campur 10% dedak halus tambahkan Em-4 kemudian tutup pakai terpal plastik selama 4 hari.  Selanjutnya, suhu akan meningkat 50 derajat celcius yang menandakan proses fermentasi tengah berlangsung. Fermentasi selesai setelah suhu menurun hingga 30 derajat celcius.

Pemanfaatan Pupuk Eceng Gondok

Pembuatan Pupuk OrganikPemanfaatan pupuk organik Eceng Gondok untuk pemupukan beragan jenis sayuran seperti Bayam, Cabe, Tomat, Terong dan buah-buahan.

Enceng Gondok sebagai bahan Kertas

Salah satu upaya lain yang cukup prospektif untuk menanggulangi gulma eceng gondok di kawasan perairan danau adalah dengan memanfaatkan tanaman eceng gondok untuk kerajinan kertas seni. Eceng gondok dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku kertas karena mengandung serat/selulosa (Joedodibroto, 1983). Pulp eceng gondok yang dihasilkan berwarna coklat namun dapat diputihkan dengan proses pemutihan (bleaching). Pulp juga dapat menyerap zat pewarna yang diberikan dengan cukup baik, sehingga berbagai variasi warna kertas dapat dihasilkan melalui proses ini. Kertas seni yang dihasilkan selanjutnya dapat digunakan untuk pembuatan berbagai barang kerajinan seperti kartu undangan, figura, tempat tissue dan perhiasan.

Eceng gondok jika diolah dapat digunakan sebagai bahan baku pupuk, mulsa, media semai, pakan ternak, dan pulp/kertas. Di Jawa Tengah dan di Balige sendiri sudah dikembangkan sebagai bahan baku anyaman. Peluang bisnis ini relatif lebih potensial jika dikembangkan di perkotaan. Merupakan suatu tantangan berbagai stakeholder untuk mencarikan sasaran target-target pemasarannya.

Teknologi pengolahan eceng gondok sebagai bahan baku kertas seni

Teknologi pengolahan eceng gondok sebagai bahan baku kertas seni sangat sederhana. Untuk  meningkatkan mutu kertas yang diproduksi, kertas eceng gondok dicampur dengan pulp kertas bekas.

Penyediaan Bahan Baku

Bahan baku eceng gondok diambil dari pinggiran Danau Toba. Bagian tumbuhan ini yang diambil adalah bagian batangnya saja, dengan asumsi di bagian batang inilah terdapat paling tinggi seratnya. Bagian pangkal dan daun sebenarnya dapat juga digunakan, akan tetapi dapat menimbulkan sedikit kesulitan dalam proses penggilingannya. Bagian daun relatif lebih susah digiling/di-blender. Bagian batang eceng gondok ini kemudian dirajang dan dikeringkan sampai mencapai kering udara. Proses ini dimaksudkan agar pada saat pemasakan, NaOH dapat diserap dengan baik oleh eceng gondok. Di samping itu, prosespengeringan ini diperlukan untuk mengurangi volume dari eceng gondok yang sangat volumenous.
 
Dari kegiatan penelitian yang dilakukan diketahui kadar air eceng gondok segar sebesar 1.676,56% atau mengandung air sebanyak 94,25%, dengan rendemen pulp dalam kondisi kering tanur sebesar 3,6%. Dari pemanenan seluas 1 m2 eceng gondok mempunyai bobot segar sebesar 28 kg yang sebagian besar
(84%) berupa batang. Panjang batang/pelepah dapat mencapai 87 cm dengan diameter antara 1-3 cm. Dilihat dari angka tersebut diketahui rendemen yang dihasilkan sangat rendah. Kemungkinan karena hal inilah yang menyebabkan bahan baku ini kurang diminati dalam rangka produksi kertas dalam skala besar, walaupun potensi dan perkembangbiakan dari eceng gondok ini tergolong tinggi.

Proses Pulping Eceng Gondok

Eceng gondok yang sudah dalam keadaan kering udara dimasak dalam tong pemasak dengan perbandingan 1 kg eceng gondok : 4 lt air : 10 gr NaOH. Pemberian NaOH dimaksudkan untuk mempercepat proses pemisahan serat. Proses pulping/pemasakan dilakukan pada suhu air mendidih selama 3 jam. Pada masa 3 jam ini berakhir, akan didapat eceng gondok dalam bentuk bubur yang menyatu dengan air. Untuk menghilangkan NaOH ini dilakukan pencucian sampai bersih, agar tidak meninggalkan bau dari larutan pemasaknya. Sisa larutan pemasak dapat digunakan kembali dalam proses pemasakan berikutnya

Proses Penggilingan Kertas Bekas

Proses penggilingan kertas bekas yang sudah direndam, dilakukan terpisah dengan proses penggilingan eceng gondok. Pada saat penggilingan kertas bekas, ditambahkan perekat PVAc kurang lebih 5% dari berat kertas. Proses penggilingan juga masih dilakukan pada pulp eceng gondok, mengingat pada proses pulping tidak dapat menghasilkan serat-serat lebih halus dan seragam. Dari segi teknis produksi, kertas koran bekas lebih mudah digiling, akan tetapi lebih susah dalam pewarnaan. Waktu pencetakan lembaran lebih lama karena pengaruh serat-serat pendek dari kertas koran yang menyulitkan air keluar. Kertas bekas berwarna putih seperti HVS lebih susah digiling akan tetapi lebih mudah dalam pewarnaan dan proses pencetakan lembaran.

Pencetakan Lembaran

Proses pencetakan lembaran dimulai dengan melakukan pengenceran pulp kertas bekas dan pulp eceng gondok. Persentase dari campuran pada intinya dapat dilakukan pada tingkat yang berbeda-beda tergantung hasil kertas yang kita inginkan. Untuk lebih menonjolkan serat dari eceng gondok, dibuat persentase eceng gondoknya lebih besar. Pewarnaan dapat dilakukan sebelum proses pengenceran dan diupayakan dikondisikan beberapa jam agar warna yang diberikan dapat diserap dengan baik oleh pulp. Pengenceran adonan campuran pulp ini perlu dilakukan agar dapat diproduksi kertas yang tipis. Karena alat yang digunakan adalah manual, maka ketebalan kertas yang dihasilkan akan sangat variatif antar kertas maupun dalam satu lembaran kertas. 

Perlu keterampilan dan pengalaman agar pada proses pencetakan dapat menghasilkan ketebalan kertas yang relatif seragam. Sebagai gambaran produksi, dari hasil percobaan pengolahan 1 kg eceng gondok kering dapat menghasilkan 262 lembar kertas seni dengan ukuran 330 x 215 x 0,21 mm.

Pengeringan Kertas

Dengan menggunakan screen, kertas dicetak dan dipres pada selembar kain yang ditempatkan pada bidang yang kaku. Proses pengeringan dilakukan dengan memanfaatkan sinar matahari. Dalam keadaan matahari terik, selama 1 jam kertas sudah dalam kondisi kering. Apabila kondisi mendung, dapat juga dilakukan pengeringan dalam ruangan dengan jalan diangin-anginkan, walaupun kelihatannya kualitas kertas di bawah sinar matahari lebih bagus. Untuk skala yang lebih besar perlu dipikirkan untuk membuat alat pengering misalnya dengan membuat ruang pengering dari plat/kaca atau dengan mengkombinasikan dengan tungku pembakaran.

Kualitas Kertas

Pemanfaatan kertas seni umumnya sebagai kertas seni, sehingga penilaian kualitas kertas didasarkan pada keindahan relatif dari kertas. Berbeda dengan penilaian kualitas kertas sebenarnya yang menilai kualitas dari kekuatan tarik, kekuatan sobek, gramatur, dan lain-lain. Kertas seni dengan campuran eceng gondok memiliki penampilan yang lebih indah karena menampilkan serat-serat yang muncul di permukaan kertas. Berbeda dengan kertas tanpa campuran eceng gondok, kurang memiliki nilai artistik yang tidak jauh beda dengan kertas-kertas biasa.



Tuesday, 5 April 2011

Bioplastik



Bioplastik adalah produk pengganti plastik yang ramah lingkungan. BioPlastik diperoleh dari bahan-bahan bio masa yang dapat diperbaharui (renewable). Bioplastik merupakan senyawa biopolimer yang dapat mengalami penguraian secara alamiah dengan bantuan bakteri, jamur dan alga atau mengalami hidrolisis dalam larutan berair.

Bioplastik memang layak dikembangkan sebagai pengganti plastik konvensional, yang terbuat dari bahan bakar fosil, seperti minyak bumi (petroleum), yang saat ini mulai menumpuk di lautan sebagai polutan.  Hanya masalah waktu bioplastik akan menjadi bagian keseharian manusia, sama seperti kotoran atau lumpur di sekeliling kita.

Arabidopsis

Sebuah terobosan baru dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan dari Brookhaven National Laboratory dan Dow AgroSciences. Genetik tanaman salah satu keluarga dari kubis --Arabidopsis-- direkayasa agar menghasilkan sebuah asam lemak sebagai bahan dasar bioplastik. Arabidopsis sendiri merupakan tanaman yang sering digunakan sebagai model di laboratorium.

Omega-7, merupakan asam lemak yang banyak digunakan untuk membuat bioplastik. Karenanya untuk menghasilkan omega-7 dalam jumlah banyak, ilmuwan-ilmuwan tersebut memusatkan perhatiannya pada biji tanaman. Menurut hasil riset yang telah dipublikasikan online di Jurnal Plant Physiology, hingga saat ini hanya tanaman Arabidopsis saja yang bisa menghasilkan asam lemak dari bijinya, dalam jumlah yang banyak.

Meski hasil riset yang dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan di Brookhaven National Laboratory dan Dow AgroSciences menunjukkan bahwa memproduksi bahan tersebut dalam skala industri memungkinkan untuk dilakukan, namun masih tetap diperlukan lebih banyak riset dan teknologi untuk mengekstraksi bahan-bahan yang terkandung di dalam tanaman. Dan tentunya tidak akan ada polemik jika bioplastik dibuat dari tanaman non pangan.

Bahan Pembuat Bioplastik

Selain dari bahan Arabidopsos, bahan mentah untuk bioplastik juga dapat berasal dari tepung dan minyak, yang bersumber dari tanaman seperti jagung dan gula bit. Saat ini, telah dapat dibuat rantai molekul berbahan dasar tanaman, yang sama dengan rantai molekul bahan sepadan yang berasal dari minyak bumi. Di bawah kondisi tertentu, kebanyakan bahan baku bioplastik dapat membusuk dalam waktu 8 sampai 12 minggu.
Bioplastik saat ini masih dinilai relatif mahal, karena menggunakan bahan glukosa yang dihasilkan dari proses, yang juga memerlukan biaya yang mahal. Tetapi Pati atau limbah pati mampu menghasilkan bioplastik yang aman bagi lingkungan, dengan harga yang lebih murah dibanding menggunakan bahan glukosa

Alternatif bahan yang digunakan untuk membuat plastik ramah lingkungan atau bioplastik adalah bahan baku yang dihasilkan oleh mikroba yang disebut PHA (Poly Hydrozxyalkanoates) dalam polimer. PHA salah satu polimer yang menjanjikan karena di samping kuat dan keras, variasi penggunaannya pun cukup besar, antara lain benang jahit untuk operasi bedah, bahan sekali pakai, pembalut wanita, popok bayi hingga barang-barang kemasan yang dipergunakan sehari-hari. PHAs dapat terurai dalam waktu 3 – 9 bulan, dan produksi masal dapat dilakukan dengan menggunakan tanaman atau mikroorganisme.

Kegunaan

Penggunaan bioplastik adalah untuk plastik pembungkus, tas, kontainer, benang jahit untuk operasi, memperbaiki retakan tulang pada manusia, bahan campuran untuk memperbaiki kulit yang rusak akibat operasi/kecelakaan, matriks untuk pembawa obat lepas terkendali, pembuatan herbisida, insektisida, hormon mengatur tumbuh tanaman, sumber energi kiral untuk produksi antibiotika tertentu.

Bioplastik Sebagai Media Pembelajaran

Bioplastik dapat digunakan sebagai media untuk pembelajaran dalam bentuk awetan tumbuhan maupun hewan di dalam blok resin jernih. Pengawetan tumbuhan dan hewan dengan metode bioplastik ini penting karena keberadaan di alam sangat terbatas, hanya berada pada tempat-tempat tertentu saja. Demikian juga kelimpahannya tergantung pada musim. Hanya pada musim-musim tertentu beberapa spesies melimpah di alam. Cara ini dipilih karena merupakan metode terbaik dan memberikan banyak keuntungan untuk pengawetan.

Media bioplastik ini dapat digunakan untuk pembelajaran keanekaragaman, klasifikasi, ekosistem dan komponennya. Pengguna-an media bioplastik merupakan investasi alat pendidikan yang sangat murah karena cukup sekali mengadakan, tetapi dapat digunakan berkali-kali secara tak terbatas untuk digunakan dalam waktu yang sangat lama. Awetan bioplastik ini dilengkapi dengan:
  1. skala yang bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memperkirakan ukuran,
  2. deskripsi habitat untuk memberikan petunjuk lokasi menemukan di lapangan
  3. kunci determinasi untuk menemukan nama specimen pada taksa genus berdasarkan ciri morfologi
  4. deskripsi genus berdasarkan karakter morfologi.

Tuesday, 22 March 2011

Fillet Ikan


Fillet ikan adalah suatu irisan daging ikan tanpa sisik dan tulang (kadang-kadang juga tanpa kulit), diambil dari kedua sisik badan ikan, kadang-kadang kedua potongan saling bergandengan yang dikenal dengan nama butterfly fillet. Dengan kata lain, fillet ikan adalah bagian daging ikan yang diperoleh dengan penyayatan ikan utuh, sepanjang tulang belakang dimulai dari kepala hingga mendekati ekor. Tulang belakang dari tulang rusuk yang membatasi badan dengan rongga perut tidak terpotong pada waktu penyayatan. Daging fillet yang diperoleh dengan cara penyayatan seperti ini tulang atau duri ikan yang ikut umumnya hanya sedikit sekali. 

Keuntungan melakukan fillet ikan antara lain, :
  • Konsumen dapat memperoleh produk yang praktis, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memasak menjadi lebih cepat. 
  • Bagi produsen, fillet merupakan upaya memperoleh nilai tambah karena hasil dari penjualan fillet lebih tinggi daripada menjual ikan secara utuh.
  • Limbah hasil produksi fillet berupa kepala ikan, jeroan dan tulang ikan masih dapat diolah menjadi tepung ikan, makanan unggas, pupuk atau produk lainnya. 
  • Bagi si pemasak, ikan bisa dibentuk sesuai selera dan bagi si pemakan, terhindar dari kerepotan menyisihkan tulang. Fillet kondisi beku dapat disimpan jangka panjang sebagai bahan baku produk makanan olahan.
Selain memberikan beberapa keuntungan dan meningkatkan efisiensi secara keseluruhan, karena dapat dikatakan tidak ada limbah yang terbuang, fillet ikan sebenarnya juga memiliki kerugian, sebab produk fillet ikan lebih rentan terhadap kontaminasi dan penurunan mutu daripada ikan utuh. Penerapan rantai dingin dan kebersihan yang ketat merupakan persyaratan utama agar memperoleh produk yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Selanjutnya dinyatakan bahwa kualitas fillet dipengaruhi oleh kualitas bahan baku dan proses produksi. Pengawasan bahan baku adalah penting karena kualitas fillet yang dihasilkan ditentukan oleh bahan baku (kesegaran ikan).

Kalau dulu untuk membeli fillet ikan harus membeli di supermarket. Sekarang di pasar tradisional pun, kita bisa meminta tolong sang tukang ikan untuk melepaskan daging ikan dari kepala dan tulangnya.

Ketika mendengar kata fillet maka akan terbayang jenis fillet ikan golongan mahal, seperti fillet Salmon, Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus), Kerapu (Serranidae) dan sebagainya. Sebenarnya fillet dapat dikategorikan menurut bahan bakunya yaitu fillet yang berasal dari ikan ekonomis seperti Salmon, Kakap Merah (Lutjanus argentimaculatus), Kerapu (Serranidae), dan fillet dari jenis ikan non ekonomis seperti Kurisi (Nemipterus nematophorus), Swanggi (Priacanthus tayenus), Biji Nangka/kuniran (Upeneus sulphureus), Pisang-pisang (Caesio chrysozomus), Paperek (Leiognathus sp), dan Gerot-gerot (Pomadasys sp). Jenis yang kedua ini merupakan bentuk mengoptimalkan pemanfaatan ikan hasil tangkapan melalui pengembangan produk bernilai tambah.

Fillet ikan non ekonomis digunakan sebagai bahan baku produk makanan olahan lanjut antara lain seperti baso, sosis, burger, otak-otak, siomay, nugget, empek-empek, krupuk ikan dan produk lainnya.

Apakah semua ikan bisa difillet?

Tentu tidak semua ikan bisa kita sayat dagingnya dan lepaskan dari tulangnya. Misalnya: ikan yang tekstur dagingnya rapuh dan hancur seperti Bandeng, dan ikan yang dagingnya terlalu tipis. Hanya ikan yang berdaging tebal seperti kakap, tenggiri dan gurame yang dapat dibuat fillet.

Pengolahan fillet bisa dikembangkan lebih luas di Indonesia untuk pemanfaatan produksi perikanan dengan pertimbangan sebagai berikut :
  1. Hasil tangkapan ikan di Indonesia sangat beraneka ragam.
  2. Hampir semua jenis ikan dapat dibuat sebagai bahan baku fillet
  3. Fillet kondisi beku dapat disimpan jangka panjang sebagai bahan baku produk makanan olahan.
  4. Fillet mempunyai volume lebih kecil dari ikan utuh
  5. Filet dan produk lanjutannya dapat memberikan nilai tambah untuk nelayan serta perbaikan gizi masyarakat.
Bagaimana cara memfillet ikan?

Agar potongan fillet hasilnya rata dan bagus, gunakan pisau yang tipis, tajam dan panjang. Mulailah memotong dari ujung ekor ke arah kepala dengan sekali gerakan. Kerjakan pada kedua sisi badan ikan. Setelah itu buang isi perut, potong kepala ikan dan duri-durinya. Sebelum melakukan fillet ikan perlu diketahui arah dari tulang ikannya. 
Ada dua jenis ikan, yaitu ikan dengan tulang horizontal dan vertikal.

Untuk tulang yang vertikal seperti tenggiri lakukan hal berikut:
- Potong bagian tengah kan vertikal dan kanan.
- Potong horizontal kiri dan kanan hingga ikan terlepas dari tulangnya.
- lepaskan kulitnya dengan cara menyisipkan pisau di antara ikan dan kulitnya. 

Beginilah cara memfillet ikan yang tulangnya horizontal seperti gurame:
- Selipkan pisau di antara ikan dan tulang dari ekornya.
- Jalankan pisau perlahan-lahan ke arah kepala.
- Lepaskan ikan dari kulitnya (kalau mau)
- Potong sesuai selera.

Masakan yang cocok di fillet
  • Masakan yang dinikmati daging ikannya, misalnya ikan goreng tepung.
  • Masakan ikan yang bersaus.
  • Masakan seperti sup sebetulnya lebih cocok dengan tulang karena yang dinikmati selain dagingnya, juga kaldunya. Rasa gurih kaldu antara lain didapat dari tulang ikan.
  • Kalau sup tetap menggunakan fillet, rebus tulang terpisah untuk mendapatkan kaldunya yang kemudian dipakai sebagai sup.
Bentuk potongan fillet
  • Fillet ikan bisa dipotong kubus (untuk sup dan tumisan)
  • Fillet ikan bisa dipotong seperti jari untuk fish strip
  • Fillet ikan bisa dipotong kotak atau persegi panjang untuk steak