Showing posts with label Seni Budaya. Show all posts
Showing posts with label Seni Budaya. Show all posts

Thursday, 22 August 2013

Patung Dwarapala


Dwarapala adalah patung penjaga gerbang atau pintu dalam ajaran Siwa dan Buddha. Nama dwarapala diambil dari bahasa Sansekerta yang bermakna penjaga pintu atau pengawal pintu gerbang. Dwarapala digambarkan berbentuk manusia atau monster yang menyeramkan. Biasanya dwarapala diletakkan di luar candi, kuil atau bangunan lain untuk melindungi tempat suci atau tempat keramat di dalamnya.  

Dwarapala terbesar di Jawa terdapat di Desa Candirenggo Kecamatan Singosari Kabupaten Malang. Di tempat tersebut, terdapat dua patung (arca) Dwarapala yang terbuat dari batu andesit utuh setinggi 3,7 meter. Dua arca tersebut diperkirakan merupakan pintu gerbang kerajaan Singosari.

Di pulau Jawa dan Bali, arca dwarapala biasanya diukir dari batu andesit, berperawakan gemuk dan digambarkan dalam posisi tubuh setengah berlutut, menggenggam senjata gada. Sedangkan dwarapala di Kamboja dan Thailand memiliki perawakan tubuh lebih langsing dengan posisi tubuh tegak lurus memegang gada di tengah tepat di antara kedua kakinya. Patung dwarapala di Thailand dibuat dari tembikar tanah liat yang dilapisi glazur pucat susu. Patung seperti ini dibuat pada masa kerajaan Sukhothai dan Ayutthaya (abad ke-14 hingga ke-15) diproduksi oleh beberapa tempat pembakaran tembikar di Thailand utara.

Bangunan suci yang kecil biasanya memiliki hanya satu arca dwarapala. Seringkali dwarapala diletakkan berpasangan di antara gerbang masuk. beberapa situs bangunan suci yang lebih besar memiliki empat, delapan, bahkan duabelas arca dwarapala yang menjaga empat penjuru mata angin sebagai Lokapala, dewa penjaga empat atau delapan penjuru mata angin.

Dalam budaya Jawa, dwarapala dijadikan figur penjaga keraton, misalnya dapat ditemukan di gerbang masuk Keraton Yogyakarta dan gerbang Kamandungan Lor Keraton Surakarta.

Thursday, 18 April 2013

Tanjidor


Tanjidor (kadang hanya disebut tanji) adalah sebuah kesenian Betawi yang berbentuk orkes. Kesenian ini sudah dimulai sejak abad ke-1 atas rintisan Augustijn Michiels atau lebih dikenal dengan nama Mayor Jantje di daerah Citrap atau Citeureup. Seni musik ini dimainkan oleh masyarakat Betawi yang bekerja, bukan sebagai pemain musik, melainkan hanya untuk kepuasan batin dan kesenangan saja serta kegemaran masyarakat. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat, sementara di Kalimantan Selatan sudah punah.

Kata Tanjidor berasal dari bahasa Portugis Tangedor, yang berarti "alat-alat musik berdawai (stringed instruments)", meskipun dalam kenyataannya, nama tanjidor tidak sesuai lagi dengan istilah asli dari Portugis itu. Namun yang masih sama adalah sistem musik (tonesystem) dari tangedor, yakni sistem diatonik atau duabelas nada berjarak sama rata (twelve equally spaced tones). Ansambel tanjidor terdiri dari alat-alat musik seperti berikut: klarinet (tiup), piston (tiup), trombon (tiup), saksofon tenor (tiup), saksofon bas (tiup), drum (membranofon), simbal (perkusi), dan side drums (tambur). Alat musik yang biasa ditambahkan antara lain snar drum, tenor drum, bass drum, biola, ring bells dan lain-lain. 


Istilah tangedores kemudian berarti brass band yang dimainkan pada dawai militer atau pegawai keagamaan. Sampai sekarang di Portugal tangedores mengikuti pawai-pawai keagamaan pada pesta penghormatan pelindung masyarakat, misal pesta Santo Gregorius, pelindung Kota Lissabon, tangga124 Juni. Alat-alat yang dipakai adalah tambur Turki, tambur sedang, seruling dan aneka macam terompet.  Biasanya pawai itu diikuti boneka-boneka besar yang selalu berjalan berpasangan. Satu berupa laki-laki, yang lain perempuan, dibawa oleh dua orang, yang satu duduk di atas bahu orang yang berjalan. Boneka-boneka itu mirip dengan Ondel-ondel Betawi yang mengiringi rombongan tanjidPada awalnya musik Tanjidor dimainkan untuk menghibur tamu-tamu dari para tuan tanah dan para bangsawan. Tapi dalam perkembangannya seni musik ini dimainkan pada musik jalanan tradisional, atau pesta cap gomeh di kalangan Cina Betawi. Musik ini merupakan sisa dari musik baris dan musik tiup zaman Belanda di Indonesia. Juga biasanya kesenian ini digunakan untuk mengarak atau mengiringi pengantin, memeriahkan acara hajatan khitanan atau dalam acara pawai hiburan daerah. Tapi pada umumnya kesenian ini diadakan di suatu tempat yang akan dihadiri oleh masyarakat Betawi secara luas layaknya sebuah orkes.

Musik Tanjidor biasanya dimainkan paling sedikit oleh 7 - 10 orang. Mereka mempergunakan peralatan musik Eropa tersebut, untuk memainkan reportoir laras diatonik maupun lagu-lagu yang berlaras pelog bahkan slendro. Karena dua macam tangga nada yang berlawanan dipaksakan pada peralatan yang khas berisi kemampuan teknis nada-nada diatonik, tentu saja menjadi suatu suguhan yang terdengar dipaksakan, Karena gemuruhnya bahan perkusi, dan keadaan alat-alat itu sendiri sudah tidak sempuma lagi untuk memainkan laras diatonik yang murni, maka adaptasi pendengaran lama kelamaan menerimanya pula. 

Meskipun para pemainnya tidak jarang yang tidak dapat membaca not balok maupun not angka, dan lagu-lagunya tidak pula mereka ketahui dan mana asal-usulnya. Namun semua diterimanya secara aural dari orang-orang terdahulu. Ada kemungkinan bahwa orang-orang itu merupakan bekas-bekas serdadu Hindia Belanda, dan bagian musik. Sehingga dapatlah dimaklumi bahwa peralatan musik tanjidor yang ditemui kebanyakan tidak ada yang baru, bahkan tidak jarang ada yang sudah bertambalan pateri dan berwarna kekuningan, karena proses oksidasi.

Pada masa itu, pada saat musim mengerjakan sawah, mereka menggantungkan alat-alat musik tanjidor di rumah yang berdinding gedheg atau papan, begitu saja dan tidak pada kotak pelindungnya. Setelah panen selesai, barulah kelompok pemusik tersebut berkutat kembali dengan alat-alat musiknya lagi, untuk kemudian menunjukkan kebolehannya bermusik dengan berkunjung dari rumah ke rumah, dari restoran ke restoran dalam Kota Jakarta, Cirebon, Apa yang mereka lakukan tersebut kemudian lebih dikenal dengan sebutan ngamen atau mengamen.

Diantara lagu-lagu lain yang sering dibawakan oleh orkes tanjidor, antara lain Kramton, Bananas, Cente Manis, Keramat Karam (Kramat Karem), Merpati Putih, Surilang, dll. Lagu Keramat Karam lahir karena peristiwa meletusnya Gunung Krakatau yang menelan banyak korban. Lagu-lagu tersebut dimainkan atas dasar keinginan masyarakat kota Betawi yang pada tahun 1920-an sangat digemari dan dianggap 'lagu baru' pada masa itu. Adapun Lagu Kramton dan Bananas adalah lagu Belanda berirama mars.

Thursday, 1 December 2011

Macam-macam Aliran Seni Lukis

1. Naturalism 
 
Naturalism adalah menangkap object keindahan alam sekitar, termasuk seni lukis tradisional. 
 
Tokohnya adalah Soeboer Doellah,William Bliss Baker Raden Saleh,Hokusai,Affandi,Fresco Mural,Basuki Abdullah,William Hogart,Frans Hail
 
2. Ekspresionism 

Ekspresionism adalah sebuah gaya lukisan ungkapan hati baik dilihat dari cara melukisnya, menyederhanakan garis-garis.  

Tokoh - Tokohnya adalah
 
Jerman: •Heinrich Campendonk, Emil Nolde, Rolf Nesch,Franz Marc, Ernst Barlach, Wilhelm Lehmbruck, Erich Heckel, Karl Schmidt-Rottluff, Ernst Ludwig Kirchner, Max Beckmann, August Macke, Elfriede Lohse-Wächtler,Ludwig Meidner, Paula Modersohn-Becker, Gabriele Münter, dan Max Pechstein.

Austria: •Egon Schiele dan Oskar Kokoschka

Russia: •Wassily Kandinsky dan Alexei Jawlensky

Netherlands: •Charles Eyck, Willem Hofhuizen, Jaap Min, Jan Sluyters, Jan Wiegers dan Hendrik Werkman
 
Belgia: •Constant Permeke, Gust De Smet, Frits Van den Berghe, James Ensor, Floris Jespers, dan Albert Droesbeke.
 
Perancis: •Gen Paul dan Chaim Soutine
 
Norwegia: •Edvard Munch
 
Swiss: •Carl Eugen Keel
 
Indonesia: •Affandi
 
3. Abstract  
 
Abstract adalah sebuah gaya lukisan yang meninggalkan bentuk-bentuk umum, lebih berorientasi pada simbol-simbol serta perpaduan warna.
 
4. Impresionism 
 
Impresionism adalah sebuah gaya melukis dengan menekankan pada kesan pencahayaan dan warna yang kuat, sementara bentuk tidak menjadi prioritas.  
 
Tokohnya adalah Claude Monet dan Van Gogh
 
5. Realism  
 
Realism adalah aliran seni lukis yang mencoba menangkap object sebagai mana apa adanya
 
Tokoh-tokohnya adalah Karl Briullov, Ford Madox Brown, Jean Baptiste Siméon Chardin, Camille Corot, Gustave Courbet, Honoré Daumier, Edgar Degas, Thomas Eakins,Nikolai Ge, Aleksander Gierymski, William Harnett, Louis Le Nain, Édouard Manet, Jean-François Millet, Ilya Yefimovich Repin
 
6. Surialism 
 
Surialism adalah sebuah aliran seni lukis realism atau naturalism namun lebih ditujukan atau berkaitan dengan daya khayal dan sesuatu yang kadang tidak mungkin, atau sebuah mimpi.  
 
Tokoh-tokohnya adalah Andre bretton, Giorgio de Chirico, Max Ernst, Rere Margritte, Juan Miro, Salvador Dali.

7. Cubism  

Cubism adalah sebuah gaya melukis dengan menekankan pada bentuk-bentuk simetris dan keluar dari aturan-aliran realism dan naturalism.  

Tokoh-tokohnya adalah Paul Cezane, Pablo Picasso, George Braque, Metzinger, Albert Glazez, But Mochtar, Moctar Apin, Fajar Sidik dan Andre Derain

8. Representasional  

Representasional adalah sebuah gaya melukis dengan mengekplore potret atau tubuh sendiri.  

Tokohnya adalah Mondrian

9. Futurisme  

Futurisme adalah seni lukis yang menekankan bagaimana menangkap unsur gerak dan kecepatan dalam lukisan. Futurisme juga mendukung perkembangan tipografi sebagai unsur ekspresi dalam desain. Latar belakang dimulainya aliran seni lukis ini adalah pada tahun 1909. Gerakan ini terinspirasi dari kehidupan yang berubah menjadi moderen berkat teknologi mesin yang menghasilkan unsur gerak dan kecepatan sebagai unsur yang sangat berpengaruh bagi kehidupan manusia di abad 20.  

Tokoh dalam futurisme adalah Filippo Marinetti, Glacomo Balla, Ardengo Soffici dan Stephane Mallarine.

Tuesday, 18 October 2011

Upacara Yaqowiyu (Sebar Apem)


Upacara Yaqowiyu atau sebar apem adalah upacara adat yang diadakan setiap bulan Sapar pada penanggalan Jawa. Oleh penduduk setempat sering disebut dengan Saparan. Upacara Yaqowiyu ditandai dengan penyebaran kue apem, sebuah kue bundar dari tepung beras dengan potongan kelapa di tengahnya. Apem ini akan disebarkan oleh para santri dari atas menara. Menurut kepercayaan masyarakat kue apem ini mempunyai kekuatan supranatural yang membawa kesejahteraan bagi yang berhasil mendapatkannya.

Upacara adat ritual atau sebar kue apem “Yaqowiyu” di Desa/Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, merupakan tradisi yang dilakukan sejak zaman Mataram Islam oleh Kiai Ageng Gribig dalam penyebaran agama di wilayah Jatinom. karena, oleh-oleh kue gimbal ini hanya dua biji, maka oleh pengikutnya, kue ini diolah lagi dan dicampur dengan tempung beras dan dibuat menjadi apem. Upacara Yaqowiyu dimulai sejak kembalinya Kyai Ageng Gribig dari menunaikan shalat Jumat di Tanah Suci Mekah dengan membawa kue gimbal (kue bahan baku gandum). Oleh. Kue apem tersebut kemudian dibagikan kepada para santrinya dengan merata.

Kue apem ini sebetulnya memiliki arti lain, yaitu agar manusia diberikan ampunan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Jadi jika masyarakat mendapatkan kue apem, maka mereka akan diberikan ampunan segala kesalahannya.

Friday, 7 October 2011

Tari Pendet

Tari Pendet pada awalnya merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan oleh para pengikut Hindu, di pura. Tari Pendet termasuk dalam jenis tarian wali, yaitu tarian Bali yang dipentaskan khusus untuk keperluan upacara keagamaan. Tarian ini diciptakan oleh seniman tari Bali, I Nyoman Kaler, pada tahun 1970-an, yang melambangkan dan bercerita tentang penyambutan atas turunnya dewata dan dewi-dewi dari kahyangan, ke alam dunia. Lambat-laun, seiring dengan perkembangan jaman, para seniman Bali mengubah Pendet menjadi "ucapan selamat datang", sambil menaburkan bungan di hadapan tamu yang datang, meski tetap mengandung unsur sakral-religius.  Meski demikian, bukan berarti tari Pendet telah kehilangan kesakralannya

Tari Pendet merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Meski tarian ini tergolong ke dalam jenis tarian wali namun tidak seperti tari-tarian pertunjukkan atau upacara lain, yang biasanya memerlukan para penari khusus dan terlatih secara intensif, siapapun bisa menarikan tari Pendet, baik yang sudah terlatih maupun yang masih awam, pemangkus pria dan wanita, kaum wanita dan gadis desa. 

Pada dasarnya dalam tarian ini para gadis muda hanya mengikuti gerakan penari perempuan senior yang ada di depan mereka, yang mengerti tanggung jawab dalam memberikan contoh yang baik. Jadi tidak memerlukan pelatihan intensif.  

Biasanya Tari Pendet dibawakan secara berkelompok atau berpasangan oleh penari-penari putri, masing-masing membawa mangkuk perak (bokor) yang penuh berisi bunga. Tarian ini lebih dinamis dari tari Rejang. Tari Pendet, ditampilkan setelah tari Rejang di halaman Pura dan biasanya menghadap ke arah suci (pelinggih). Para penari Pendet berdandan layaknya para penari upacara keagamaan yang sakral lainnya, dengan memakai pakaian upacara, masing-masing penari membawa perlengkapan sesajian persembahan seperti sangku (wadah air suci), kendi, cawan, dan yang lainnya. Pada akhir tarian para penari menaburkan bunga ke arah penonton sebagai ucapan selamat datang.

Monday, 3 October 2011

Upacara Bepelas

Upacara Bepelas yaitu upacara adat yang digelar saat malam hari pada setiap  dan selama pelaksanaan Erau.  Upacara adat Bepelas bermakna untuk memuja raga dan sukma Sultan HAM Salehoeddin II dari ujung rambut sampai ujung kaki, sehingga dapat memberikan kekuatan kepada Sultan dalam menjalankan pemerintahan atau adat.

Rangkaian Awal Upacara

Bepelas dimulai setelah Kepala Adat mengatur sembah kepada Sultan untuk memulai kegiatan acara adat malam yang diwujudkan dalam tari-tarian yang saling berhubungan arti dan maknanya. Tarian tersebut antara lain Dewa Memuja Ayu, yang bermakna menjaga Tiang Ayu dari perbuatan roh jahat, dilanjutkan dengan tarian Dewa Memanah dengan mengelilingi Tiang Ayu bertujuan membersihkan atau mengamankan sekeliling lingkungan baik dibumi maupun di langit.

Rangkaian upacara ini kemudian dilanjutkan dengan Tarian Dewa Menurunkan Sangiang Sri Gambuh, Pangeran Sri Ganjur yang bermakna meminta restu kepada yang Maha Kuasa, diteruskan dengan tarian Beganjur sambil mengitari Tiang Ayu yang bermakna meronda atau menjaga keamanan dan dilanjutkan dengan Tarian Dewa Memulangkan Ganjur, yang bermakna bahwa keadaan sudah aman dan ditandai dengan  Dewa dan Belian mulai membacakan memang (mantera) di rebak Ayu, memberitahukan bahwa Bepelas segera dimulai.

Usai beberapa tarian sakral tersebut, maka Dewa, Belian, Penyuling, Damar Jujagat, serta Aji-Aji Perempuan menjemput dan mengatur sembah kepada Sultan dari dalam Keraton, dinamakan dengan Sultan didondang (di sembah) menjelang Bepelas.

Lalu dilakukan puncak ritual tersebut, Sultan Kutai berjalan menuju Tiang Ayu sambil berpegangan dengan Kain Cinde di kiri dan Tali Juwita di kanan. Setibanya di depan Tiang Ayu, Sultan Kutai akan meletakkan kaki kanannnya terlebih dahulu di atas gong.

Lantas, seorang Belian sambil membaca memang (mantera)  melakukan Tempong Tawar dengan memercikkan air kembang ke kaki Sultan. Pada saat Sultan menjejakkan kaki kanannya di atas gong itulah suara ledakan menggelegar. Bunyi ledakan itu terdengar begitu kerasdan di ikuti dengan letusan kembang api sekitar lima menit.

Bagi sebagian warga Tenggarong, bunyi ledakan pada malam hari selama berlangsungnya Erau merupakan hal yang lumrah. Pasalnya, suara ledakan itu merupakan salah satu bagian dari upacara adat Bepelas.

Dengan semakin bertambahnya waktu pelaksanaan Erau, semakin bertambah pula suara ledakan yang terdengar. Misalnya malam pertama hanya sekali ledakan, malam kedua ada dua kali ledakan, begitu seterusnya.

Setelah Bepelas dilaksanakan, maka Dewa, Belian Penyuling mengantarkan Sultan kembali kedalam Keraton, lalu dilanjutkan dengan Tarian Dewa Besaong Manok (Tari Dewa Mengadu Ayam), Bekanjar Ketore. Tarian tersebut menggambarkan kegembiraan bahwa Bepelas Sultan telah dilaksanakan, serta ditandai mengambil Air Tuli dari tepian Mahakam.
 
Sebagai penutup upacara Bepelas, seorang Dewa dan Penyuling menuju balai di teras depan Museum  untuk menggoyak (menggoyang) rendu, lalu ditutup dengan Tari Bekanjar Bini.

Friday, 30 September 2011

Tari Persembahan


Dahulu Tari Persembahan adalah tarian wanita kraton Kutai Kartanegara, namun akhirnya tarian ini boleh ditarikan siapa saja. Tarian yang diiringi musik gamelan ini, khusus dipersembahkan kepada tamu-tamu yang datang berkunjung ke Kutai dalam suatu upacara resmi. Penari tidak terbatas jumlahnya, makin banyak penarinya dianggap makin bagus.

Tari Ganjur


Tari Ganjur merupakan tarian pria istana yang ditarikan secara berpasangan dengan menggunakan alat yang bernama Ganjur (gada yang terbuat dari kain dan memiliki tangkai untuk memegang). Tarian ini diiringi oleh musik gamelan dan ditarikan pada upacara penobatan raja, pesta perkawinan, penyambutan tamu kerajaan, kelahiran dan khitanan keluarga kerajaan. Tarian ini banyak mendapat pengaruh dari unsur-unsur gerak tari Jawa (gaya Yogya dan Solo).

Tari Kanjar

Tari Kanjar pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan Tari Ganjur, hanya saja tarian ini ditarikan oleh pria dan wanita dan gerakannya sedikit lebih lincah. Komposisi tariannya agak lebih bebas dan tidak terlalu ketat dengan suatu pola, sehingga tarian ini dapat disamakan seperti tari pergaulan. Tari Kanjar dalam penyajiannya biasanya didahului oleh Tari Persembahan, karena tarian ini juga untuk menghormati tamu dan termasuk sebagai tari pergaulan.

Tari Topeng Kutai

Tari Topeng Kutai asal mulanya memiliki hubungan dengan seni tari dalam Kerajaan Singosari dan Kediri, namun gerak tari dan irama gamelan yang mengiringinya sedikit berbeda dengan yang terdapat di Kerajaan Singosari dan Kediri. Sedangkan cerita yang dibawakan dalam tarian ini tidak begitu banyak perbedaannya, demikian pula dengan kostum penarinya.

Tari Topeng Kutai terbagi dalam beberapa jenis sebagai berikut:
  1. Penembe 
  2. Kemindhu
  3. Patih
  4. Temenggung
  5. Kelana
  6. Wirun
  7. Gunung Sari
  8. Panji
  9. Rangga
  10. Togoq
  11. Bota 
  12. Tembam
Tari Topeng Kutai hanya disajikan untuk kalangan kraton saja, sebagai hiburan keluarga dengan penari-penari tertentu. Tarian ini juga biasanya dipersembahkan pada acara penobatan raja, perkawinan, kelahiran dan penyambutan tamu kraton.

Tari Dewa Memanah


Tari Dewa Memanah adalah tarian yang berasal dari daerah Kutai dan dilakukan oleh kepala Ponggawa dengan mempergunakan sebuah busur beserta anak panahnya yang berujung lima. Ponggawa akan mengelilingi tempat upacara, sambil mengayunkan panah dan busurnya keatas dan kebawah, disertai pula dengan bememang (membaca mantra) yang isinya meminta pada dewa agar dewa-dewa mengusir roh-roh jahat, dan meminta ketentraman, kesuburan, kesejahteraan untuk rakyat.

Tari Baraga' Bagantar

Awalnya Baraga' Bagantar adalah upacara belian untuk merawat bayi dengan memohon bantuan dari Nayun Gantar. Sekarang upacara ini sudah digubah menjadi sebuah tarian oleh suku Dayak Benuaq.

Tari Ngerangkau

Tari Ngerangkau adalah tarian adat dalam hal kematian dari suku Dayak Tunjung dan Benuaq. Tarian ini mempergunakan alat-alat penumbuk padi yang dibentur-benturkan secara teratur dalam posisi mendatar, sehingga menimbulkan irama tertentu.

Tari Datun

Tari Datun adalah tarian yang merupakan tarian bersama gadis suku Dayak Kenyah dengan jumlah tak pasti, bisa 10 hingga 20 orang. Menurut riwayatnya, tari bersama ini diciptakan oleh seorang kepala suku Dayak Kenyah di Apo Kayan yang bernama Nyik Selung, sebagai tanda syukur dan kegembiraan atas kelahiran seorang cucunya. Kemudian tari ini berkembang ke segenap daerah suku Dayak Kenyah.

Tari Pecuk Kina

Tari Pecuk Kina adalah tarian yang menggambarkan perpindahan suku Dayak Kenyah yang berpindah dari daerah Apo Kayan (Kab. Bulungan) ke daerah Long Segar (Kab. Kutai Barat) yang memakan waktu bertahun-tahun.

Tari Kuyang

Tari Kuyang adalah sebuah tarian Belian dari suku Dayak Benuaq untuk mengusir hantu-hantu yang menjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang menebang pohon tersebut.

Tari Belian Bawo

Upacara Belian Bawo bertujuan untuk menolak penyakit, mengobati orang sakit, membayar nazar dan lain sebagainya. Setelah diubah menjadi tarian, tari ini sering disajikan pada acara-acara penerima tamu dan acara kesenian lainnya. Tarian ini merupakan tarian suku Dayak Benuaq.

Tari Serumpai

Tari Serumpai adalah tarian suku Dayak Benuaq ini dilakukan untuk menolak wabah penyakit dan mengobati orang yang digigit anjing gila. Disebut tarian Serumpai karena tarian diiringi alat musik Serumpai (sejenis seruling bambu).

Tari Hudoq Kita

Tarian Hudoq Kita dari suku Dayak Kenyah ini pada prinsipnya sama dengan Tari Hudoq dari suku Dayak Bahau dan Modang, yakni untuk upacara menyambut tahun tanam maupun untuk menyampaikan rasa terima kasih pada dewa yang telah memberikan hasil panen yang baik. Perbedaan yang mencolok antara Tari Hudoq Kita' dan Tari Hudoq ada pada kostum, topeng, gerakan tarinya dan iringan musiknya. Kostum penari Hudoq Kita' menggunakan baju lengan panjang dari kain biasa dan memakai kain sarung, sedangkan topengnya berbentuk wajah manusia biasa yang banyak dihiasi dengan ukiran khas Dayak Kenyah. Ada dua jenis topeng dalam tari Hudoq Kita', yakni yang terbuat dari kayu dan yang berupa cadar terbuat dari manik-manik dengan ornamen Dayak Kenyah.

Tari Hudoq

Tari Hydoq adalah tarian yang dilakukan dengan menggunakan topeng kayu yang menyerupai binatang buas serta menggunakan daun pisang atau daun kelapa sebagai penutup tubuh penari. Tarian ini erat hubungannya dengan upacara keagamaan dari kelompok suku Dayak Bahau dan Modang. Tari Hudoq dimaksudkan untuk memperoleh kekuatan dalam mengatasi gangguan hama perusak tanaman dan mengharapkan diberikan kesuburan dengan hasil panen yang banyak.