Showing posts with label Satwa. Show all posts
Showing posts with label Satwa. Show all posts

Monday, 21 July 2014

Unta (Onta)



Unta atau Onta adalah hewan berkuku belah dari genus Camelus yang terdiri dari dua spesies, yaitu Camelus dromedarius, unta  berpunuk tunggal dan Camelus bactrianus, unta berpunuk ganda. Hewan ini hidup di wilayah-wilayah kering dan gurun, baik di Asia maupun Afrika Utara. Rata-rata umur harapan hidup unta adalah antara 30 sampai 50 tahun.
Kemampuan Adaptasi
Padang pasir memiliki range temperatur udara yang sangat ekstrem dan  mampu membunuh mayoritas makhluk hidup, tetapi bagi unta, hal ini bukanlah menjadi hambatan. Selain itu, mereka mampu untuk tidak makan dan minum selama beberapa hari.
Ada banyak hal yang membuat mereka mampu beradaptasi. Salah satunya adalah punuknya. Punuk unta menyimpan lemak khusus, yang pada suatu saat bisa diubah menjadi air dengan bantuan oksigen hasil respirasi. Satu gram lemak yang ada pada punuk unta bisa diubah menjadi satu gram air.
Kemampuan adaptasi lainnya yang luar biasa adalah, sistem respirasinya yang menghasilkan sedikit sekali jejak uap air. Uap air yang keluar dari paru-paru dapat diserap kembali oleh tubuhnya melalui sel khusus yang terdapat di hidung bagian dalam, membentuk kristal dan suatu saat dapat diambil kembali.
Tubuh unta dapat bertahan hingga pada suhu 41 derajat celcius. Lebih dari itu, unta mulai berkeringat. Penguapan keringat hanya terjadi pada kulitnya, bukan pada rambutnya. Dengan cara pendinginan yang efisien itu, unta mampu menghemat air cukup banyak.
Unta mampu bertahan dengan kehilangan massa sekitar 20%-35% selama berkeringat. Mayoritas makhluk hidup hanya mampu bertahan hingga kehilangan massa sekitar 3%-4% sebelum terjadi gagal jantung akibat mengentalnya darah. Meski unta kehilangan banyak cairan tubuh, darahnya tetap terhidrasi dengan baik, hingga batas 25% tercapai. Pada kondisi ini, dimana darah mayoritas makhluk hidup sudah mengental, darah unta tidak demikian. Hal ini disebabkan sel darah merah unta berbentuk oval, bukan bulat seperti makhluk hidup lainnya. 
Selain itu, jika pada semua mamalia memiliki antibodi berbentuk Y, dengan dua rantai panjang sepanjang Y itu dengan dua rantai pendek di setiap ujung dari Y tersebut, tetapi unta hanya memiliki dua rantai panjang yang menjadikannya berbentuk lebih kecil, sehingga mengurangi kemungkinan darah akan mengental.
Ginjal dan usus unta juga sangat efisien dalam menyaring air. Bentuk urin mereka sangat kental dan kotoran mereka sangat kering sehingga bisa langsung dibakar ketika dikeluarkan.
Peran unta bagi manusia
Camelus dromedarius
Unta Arab (dromedaris) hidup di kawasan afrika utara dan timur tengah serta anak benua India. Jumlahnya saat ini sekitar 14 juta ekor. Di afrika utara, unta arab sangat berperan bagi sebagian negara, seperti Somalia dan Ethiopia. Di sana unta dimanfaatkan susunya, yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi dari pada susu sapi, dagingnya, dan juga digunakan sebagai hewan pekerja.
Unta Bactrian hidup dikawasan Gurun Gobi di CinaMongolia dan Australia. Unta bactrian saat ini jumlahnya menurun sekitar 1.4 juta yang disebabkan berbagai faktor, salah satunya pembunuhan massal unta di Australia, karena unta dianggap sebagai salah satu penyumbang gas rumah kaca dan biang kerok terjadinya global warming.
Domestikasi unta oleh manusia telah dimulai sejak kurang lebih 5.000 tahun yang lalu. Pemanfaatan unta antara lain untuk diambil susu (yang memiliki nilai nutrisi lebih tinggi dari pada susu sapi) serta dagingnya, dan juga digunakan sebagai hewan pekerja.

Monday, 30 September 2013

Pesut (orcaella brevirostris)


Pesut (orcaella brevirostris) biasanya hidup di sungai-sungai daerah tropis. Di Indonesia, hewan yang mirip dengan lumba-lumba ini dikenal dengan nama Pesut Mahakam. Hal ini dikarenakan hidupnya ada di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Saat ini, hewan yang dilindungi ini hanya terdapat di tiga lokasi di dunia, yakni Sungai Mahakam (Kalimantan Timur, Indonesia), Sungai Mekong di Cina, dan Sungai Irawady (Myanmar).

Di sepanjang aliran sungai Mahakam, mulai dari Kabupaten Kutai Kartanegara hingga pedalaman Kutai Barat, dapat ditemukan pesut Mahakam ini. Masuk ratusan kilometer ke pedalaman Kutai Kartanegara, tepatnya antara Kecamatan Kota Bangun dan Muara Muntai, lalu masuk ke Kabupaten Kutai Barat di Kecamatan Penyinggahan, Muara Pahu, Melak, hingga Long Iram, sering dijumpai pesut Mahakam. Hanya saja, populasinya saat ini sudah berkurang dan terancam punah. Tidak diketahui dengan pasti, berapa populasinya.

Habitat hewan pemangsa ikan dan udang air tawar ini dapat dijumpai di perairan Sungai Mahakam, Danau Jempang di Kecamatan Tanjung Isuy (15.000 Ha), Danau Semayang (13.000 Ha) dan Danau Melintang (11.000 Ha) di Kecamatan Kenohan, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Pesut mempunyai kepala berbentuk bulat (seperti umbi) dengan kedua matanya yang kecil (mungkin merupakan adaptasi terhadap air yang berlumpur). Tubuh Pesut berwarna abu-abu sampai wulung tua, lebih pucat pada bagian bawah –tidak ada pola khas. Sirip punggung kecil dan membundar di belakang pertengahan punggung. Dahi tinggi dan membundar; tidak ada paruh. Sirip dada lebar membundar.

Rakun



Rakun adalah hewan khas dari Amerika Utara. Hewan ini termasuk jenis mamalia. Ia sering pula disebut dengan coon (baca kun). Ukurannya tidak terlalu besar, dan tidak pula kecil. Ukuran tubuhnya sekitar 40-70cm dengan berat antara 3,5 sampai 9 kg. Bulunya sangat tebal dengan warna abu-abu. Ketebalan bulu ini berguna untuk melindungi tubuhnya dari hawa dingin. Panjang bulu mencapai 2-3 cm.

Rakun termasuk jenis binatang yang pintar dan cerdik. Menurut beberapa penelitian, rakun memiliki kepandaian dalam mengingat sesuatu sampai tiga tahun. Tempat tinggal utama rakun adalah hutan yang terletak di Amerika Utara. Biasanya, ia bisa ditemukan di hutan gugur dan hutan campuran. Terkadang, ia juga bisa ditemukan di daerah pegunungan dan pantai.

Friday, 20 September 2013

Fossa



Fossa (Cryptoprocta ferox) merupakan karnivora yang meskipun bentuknya mirip kucing, tetapi sebenarnya merupakan satu keluarga dengan musang dan terlihat mirip seperti persilangan antara puma dan anjing. Meski mirip kucing, tapi hewan ini memiliki hidung yang lebih bulat berwarna hitam dan penciuman yang tajam.  Fossa merupakan hewan khas Madagascar. Karena ukurannya yang relatif besar diantara fauna yang ada di Madagascar, fossa menempati urutan puncak dalam siklus rantai makanan hewan liar di Madagaskar.  Fossa berburu hampir semua binatang termasuk serangga, reptil, hewan pengerat, dan lemur. Fossa juga memangsa ayam-ayam di desa-desa Malagasy dan diburu penduduk lokal karena dianggap mengganggu. Fossa aktif hidup di pohon dan tanah serta mahir memanjat. 

Fossa dewasa memiliki panjang kepala-badan 70-80 cm (28-31 in) dan berat antara 5,5-8,6 kg (12-19 lb). Hewan ini memiliki cakar yang bisa ditarik ke dalam dan pergelangan kaki yang fleksibel, sehingga memungkinkannya untuk naik - turun pohon dan juga mendukungnya saat melompat dari pohon ke pohon. Fossa termasuk hewan yang langka berdasarkan IUCN.

Hewan ini aktif pada pagi, sore dan malam hari.Fossa berkomunikasi menggunakan suara, aroma, dan sinyal visual.


 





 

Wednesday, 15 May 2013

Tapir


Tapir adalah binatang herbivora yang memakan dedaunan muda disepanjang hutan atau pinggiran sungai. Tapir memiliki bentuk tubuh seperti babi, telinga yang mirip badak dan moncongnya yang panjang mirip trenggiling, sementara lenguhannya lebih mirip suara burung daripada binatang mamalia. Tapir merupakan hewan yang soliter, kecuali pada musim kawinnya. Aktivitasnya lebih banyak pada malam hari (nokturnal). Aktivitas makan biasanya dilakukan sambil tetap terus berpindah dalam jalur yang berpindah-pindah. Jangkauan jelajah tapir sangat luas, karena mereka cenderung berjalan jauh untuk menemukan lokasi yang kaya garam mineral.

Secara taksonomi, tapir dikelompokkan kedalam ordo Perisodactyla dan famili Tapiridae. Ada empat jenis tapir yang masih eksis sampai saat ini. Tiga diantaranya bisa dijumpai di Amerika Selatan (Tapirus bairdii, Tapirus pinchaque dan Tapirus terrestris) dan hanya satu yang tersebar di Asia Tenggara (Tapirus indicus). Karena itu keberadaan tapir sering digunakan sebagai salah satu bukti teori pemisahan benua.

Sebaran Tapir di Asia Tenggara meliputi bagian selatan Burma, Thailand bagian selatan, Semenanjung Malaysia dan Indonesia. Bukti-bukti paleontologis menunjukkan bahwa dahulunya sebaran tapir meliputi pulau Jawa dan Sumatera. 

Namun saat ini di Indonesia, tapir hanya bisa dijumpai di Sumatera, itupun hanya pada bagian selatan Danau Toba sampai ke Lampung. Hanya ada satu catatan keberadaan tapir dibagian utara Danau Toba yaitu di Pangkalan Berandan. Tapir umumnya dijumpai pada hutan dataran rendah, namun beberapa catatan menunjukkan kehadirannya pada daerah sampai ketinggian 2000 m, seperti di Gunung Tujuh (Taman Nasional Kerinci Seblat). 

Tapir bisa dijumpai di hutan primer, sekunder, campuran, kebun karet. Beberapa catatan menunjukkan kehadirannya di kebun sawit dan melintasi pemukiman penduduk ataupun kamp petugas di PHPA

Tapir dewasa bisa mempunyai panjang tubuh sampai 225 cm dengan berat 260 - 375 kg bahkan ada yang bisa mencapai berat 500 kg. Meskipun tubuh tapir besar, mereka bisa lari amat cepat bila merasa terancam. Mereka juga bisa membela diri dengan rahang kuat serta gigi tajamnya. Tapir mempunyai kemampuan berenang yang relatif baik. Itu dilakukan guna menghindari binatang predatornya.

Bentuk tubuh lainnya yang menjadi ciri khas tapir adalah hidungnya yang panjang menyerupai belalai pendek. Pada saat berjalan, tapir selalu menunduk dengan mendekatkan hidungnya ke tanah, karena memang tapir lebih mengandalkan penciuman dan pendengaran dalam menjalani kehidupannya. Hal ini disebabkan, tapir mempunyai penglihatan yang lemah.   

Ciri spesifiknya berupa "pelana" berwarna terang dari bahu hingga pantat. Sedangkan bulu-bulu di bagian kepala, kaki, dan leher berwarna hitam, kecuali ujung telinganya berwarna putih seperti jenis tapir lain. Pola warna ini berguna sebagai aksi kamuflase binatang itu, khususnya saat berbaring atau tidur. Warna itu bisa membuat lawannya terkecoh. Saat diam, dia tidak nampak seperti Tapir. Binatang lain mungkin mengiranya sebuah gundukan batu besar. 

Selain memiliki keunikan pada warna tubuh, tapir mempunyai keunikan tersendiri pada jumlah jemari kaki. Pada kaki depan tapir memiliki empat jari sedangkan pada kaki belakang hanya tiga. Di alam bebas maupun di penangkaran, tapir bisa mencapai usia 30 tahun.

Makanan utama tapir adalah dedaunan muda yang direnggut dengan lidah secara selektif. Sebagian besar berasal tumbuhan semak atau pohon kecil, seperti dari famili Rubiaceae dan Euphorbiaceae. Selain itu tapir juga memakan buah-buahan yang berserakan di lantai hutan seperti nangka, semangka dan durian. Karena itu, tapir sangat berperan dalam proses regenerasi hutan, pemencaran, ataupun meningkatkan dinamika dan stratifikasi pada lapisan bawah hutan.

Saturday, 18 February 2012

Monyet Debrazzas


Monyet Debrazzas mudah dikenal melalui janggut putihnya yang khas dan bulu abu2nya yg kekuning2an. Umurnya sampai 22 tahun.

Singa Putih (White Lion)


Singa putih sebenarnya merupakan mutasi warna yang langka dari subspesies Kruger singa (Panthera leo krugeri), dan bukanlah subspesies tersendiri.Jadi singa putih tidaklah sama dengan singa albino, sebab warna putih pada singa tersebut disebabkan oleh gen resesif atau yang dikenal sebagai chutiya atau color inhibitor gene.

Singa putih kadang-kadang ditemukan di suaka margasatwa di Afrika Selatan. Singa putih pertama kali menjadi perhatian publik di tahun 1970-an dalam buku Chris McBride The Lions Putih Timbavati. Warna putih pada singa ini sangat bervariasi, mulai dari pirang sampai putih, bahkan ada yang berwarna kemerahan

Populasi terbesar terdapat diberbagai kebun binatang, yang sengaja dibiakkan untuk menjaga keturunannya agar tetap memiliki warna yang sama.Sedangkan populasi di alam, tidak diketahui secara pasti.

Sebenarnya warna putih ini menjadi kerugian tersendiri bagi singa ini, karena sangat mudah terlihat oleh para musuhnya, khususnya para pemburu. Sedangkan bagi hewan buruannya, hal ini akan menyulitkannya saat mengintai mangsanya.


Monday, 12 December 2011

Siamang (Symphalangus syndactylus)

Siamang (Symphalangus syndactylus) saat berjalan

Siamang atau Symphalangus syndactylus merupakan kera hitam berlengan panjang yang hidup yang hidup di Sumatera, Indonesia dan semenanjung Malaysia.

Dengan lengannya yang panjang, siamang menjadi kera yang sangat tangkas di atas pohon. Hal ini membuat setiap predator kesulitan jika hendak menangkap siamang (Symphalangus syndactylus). Sayangnya ketangkasan Si Kera Hitam itu tidak menghindarkannya dari ancaman kepunahan lantaran perburuan yang dilakukan manusia dan deforestasi hutan.

Siamang, yang dalam bahasa Inggris juga disebut Siamang, dalam bahasa latin dinamai Symphalangus syndactylus (Raffles, 1821). Kera hitam berlengan panjang ini mempunyai beberapa nama sinonim seperti Hylobates syndactylus (Raffles, 1821), Symphalangus continentis (Thomas, 1908), Symphalangus gibbon (C. Miller, 1779), Symphalangus subfossilis (Hooijer, 1960), dan Symphalangus volzi (Pohl, 1911).

Ciri Fisik dan Perilaku

Ciri utama siamang (Symphalangus syndactylus) adalah postur tubuhnya yang kurang tegak dengan lengan yang panjang dan postur tubuh yang kurang tegak. Selain itu, siamang memiliki sebuah kantung di tenggorokan yang akan membesar ketika kera hitam ini mengeluarkan suara.

Primata ini tidak memiliki ekor. Tubuh siamang ditumbuhi bulu berwarna hitam agak kecoklatan kecuali pada bagian muka jari, telapak tangan, ketiak, dan telapak kaki. Siamang dewasa berukuran antara 75-90 cm dengan berat sekitar 8-16 kg. Rentang tangannya sangat panjang dan melebihi panjang tubuhnya yakni mencapai 150 cm.

Siamang merupakan binatang herbivora yang memakan berbagai macam daun dan buah seperti mangga, buah ara dan anggur. Siamang (Symphalangus syndactylus) juga terkadang memakan serangga, telur dan burung-burung kecil. Saat makan, mereka memegang makanan dengan satu tangan sedangkan tangan yang satunya bergantungan di pohon.

Dalam berpasangan, siamang merupakan binatang yang setia. Kera berlengan panjang ini kawin dengan pasangannya seumur hidup. Mereka biasanya tinggal dalam kelompok-kelompok kecil. Anak siamang biasanya dirawat oleh induk betina hingga disapih pada usia sekitar satu tahun. Setelah disapih, siamang kecil akan dirawat dan dijaga oleh sang ayah hingga siamang berusia sekitar 3-5 tahun ketika telah mampu berdikari dan membela diri.
Tenggorokan siamang membesar (menggembung) saat berteriak
Siamang Saat Berteriak

Siamang (Symphalangus syndactylus) berkomunikasi dengan sesamanya dengan suara. Uniknya, mereka mempunyai kantong di tenggorokan yang mampu membesar ketika siamang mengeluarkan suara. Dengan bantuan kantong ini, suara siamang mampu terdengar hingga sejauh 5 km.

Habitat, Persebaran, dan Konservasi

Siamang (Symphalangus syndactylus) hidup di pulau Sumatera Indonesia, Semenanjung Malaysia, dan Thailand. Primata bertangan panjang ini mendiami habitat berupa hutan tropis. Spesies primata ini sering ditemukan di daerah pada ketinggian di atas 300 meter dpl, meskipun tidak jarang dijuampai pula di daerah dataran rendah.

Beberapa tempat yang diduga masih terdapat populasi siamang antara lain Taman Nasional Bukit Barisan, Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Way Kambas, R Langkat Barat (Indonesia); Fraser Hill R, Gunong Besout Forest Reserve, Krau Wildlife Reserve, Suaka Margasatwa Ulu Gombak (Malaysia); Suaka Margasatwa Hala Bala (Thailand).

Ancaman utama populasi siamang adalah deforestasi hutan baik oleh perambahan hutan maupun oleh kebakaran hutan. Ancaman kedua adalah perburuan liar dan perdagangan satwa yang dilakukan oleh manusia. Justru ancaman populasi karena predator alami sangat kecil.

Akibat deforestasi dan perburuan, siamang menjadi salah satu satwa langka di dunia. Oleh IUCN Redlist, primata bernama latin Symphalangus syndactylus ini dikategorikan dalam status konservasi “endangered” (Terancam Punah) sejak tahun 2008. CITES juga memasukkan kera langka ini dalam daftar Apendiks I. Ini artinya, primata hitam berlengan panjang ini tidak boleh diperdagangkan.

Di Indonesia, siamang termasuk dalam salah satu binatang yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintan Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Primates; Famili: Hylobatidae; Genus: Symphalangus; Spesies: Symphalangus syndactylus; Nama Binomial: Symphalangus syndactylus (Raffles, 1821). Nama Indonesia: Siamang.

Trenggiling


Trenggiling atau tenggiling, atau pangolin, atau peusing bahasa Inggrisnya "Scaly Ant Eater", atau nama latinnya Manis javanica (untuk jenis trenggiling yang hidup di Indonesia dan Malaysia) adalah hewan mamalia (menyusui) yang tidak bergigi. 

Trenggiling hidup di daerah hutan hujan tropis dataran rendah. Bentuk tubuhnya memanjang. Panjang dari kepala sampai ekor trenggiling dewasa sekitar 90 cm, sedang panjang ekornya sekitar 40 cm, beratnya dapat mencapai 12 kg. Umumnya trenggiling betina lebih pendek dari trenggiling jantan. Ia memiliki lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga dari panjang tubuhnya, untuk mencari semut disarangnya. Disamping itu trenggiling mempunyai 2 pasang kaki yang pendek, mulut, mata, telinga dan sisik yang keras.

Sisik tenggiling yang bersifat keras, tebal dan tajam itu membantu melindungi dirinya dari musuh. Selain itu ia melindungi dirinya dari musuh dengan cara menggulung badannya hingga seperti bentuk bola, sehingga sulit dimakan oleh predator seperti ular namun justru posisi ini memudahkan manusia untuk menangkapnya, Ia dapat pula mengibaskan ekornya yang bersisik tajam sehingga bisa melukai pengganggunya. Trenggiling aktif melakukan kegiatannya  di malam hari.

Makanan trenggiling adalah serangga, terutama semut dan rayap yang merupakan hama bagi tanaman, sehingga keberadaan trenggiling sangat penting sebagai pengontrol populasi hama serangga. Punah atau berkurangnya populasi trenggiling akan berdampak pada ledakan hama serangga.

Diwaktu siang ia bersembunyi di lubang sarangnya. Diantaranya ada yang tinggal diatas dahan pohon. Ia suka bersarang pada lubang-lubang yang berada dibagian akar-akar pohon besar atau membuat lubang di dalam tanah yang digali dengan menggunakan cakar kakinya. Atau ia menempati lubang-lubang bekas hunian binatang lainnya. Pintu masuk kelubang sarang selalu ditutupnya.

Musim kawin trenggiling jatuh pada bulan April sampai Juni. Setelah sang betina mengandung beberapa bulan, ia akan melahirkan anaknya. Anak yang baru dilahirkan beratnya sekitar setengah kg (500 gr), panjang sekitar 45 cm, dan tak lama setelah lahir anak trenggiling langsung bisa berjalan. Waktu lahir sisik si anak masih lembut, namun akan menjadi keras dalam masa 2 hari. Biasanya induk trenggiling akan menjaga anaknya 3 sampai 4 bulan. Selama itu sang anak sering di bawa-bawa oleh induknya di atas ekornya.

Trenggiling terdiri dari satu jenis (genus) dan 7 spesies / species (rumpun), yaitu spesies :
Manis Javania, hidup tersebar di Indonesia, Malaysia dan Indochina.
Manis Pentadactyla, hidup di Nepal, Himalaya Timur, Myanmar dan China.
Manis Carssicaudata, hidup di India dan Srilangka.
Manis Tertradactyla, trenggiling tak berekor yang hidup di Asia.
Manis Temmenki, hidup di Asia.
Manis Triscuspis, hidup di Asia.
Manis Gigantea, hidup di Afrika.

Jika diibaratkan tumbuhan, trenggiling, ibarat pohon kelapa, karena seluruh bagian tubuhnya dapat dimanfaatkan oleh manusia dan bernilai ekonomis tinggi, hal ini yang menyebabkan populasi trenggiling di alam menurun tajam, sedangkan penangkaran atau budidaya belum diupayakan.oleh karena itu predator utama trenggiling bukan ular tetapi manusia.


Tuesday, 1 November 2011

Laba-laba Hobo (Hobo Spiders = Tegenaria agrestis)


Laba-laba Gembel (Hobo Spiders = Tegenaria agrestis) merupakan laba-laba beracun yang berbahaya. masing-masing Hobo spider dapat membangun struktur saluran berbentuk lembaran sutra dan daii ujung kecil corong, ia akan menunggu bagi serangga mangsanya untuk berbuat kesalahan dan terperangkap ke jaring mereka.

Laba-laba Hobo kadang-kadang membangun jaringnya di dalam atau di sekitar pemukiman manusia. Meskipun spesies laba-laba ini memiliki reputasi dalam hal agresivitasnya, tetapi mereka biasanya akan menghindari kontak dengan manusia. Pada kebanyakan kasus, gigitan laba-laba ini terjadi ketika laba-laba ini sengaja diganggu atau akan dibunuh oleh manusia. Racun laba-laba ini cukup kuat untuk menyebabkan nyeri lokal yang sangat hebat dan bahkan mungkin dapat menyebabkan nekrosis .

Laba-laba Hobo (Hobo Spiders = Tegenaria agrestis) banyak ditemukan di Barat Laut Amerika Serikat, Kanada Barat dan di Eropa, Gigitan dari laba-laba ini mengandung racun necrotic yang berbahaya dan sangat menyakitkan.

Gigitan laba-laba Hobo diketahui tidak berakibat fatal bagi manusia sehat. Pada kasus-kasus tertentu, nekrosis yang terjadi konon mirip yang disebabkan oleh laba-laba pertapa coklat , tapi lebih ringan, dan pada kasus yang berat, penyembuhannya dapat memerlukan waktu berbulan-bulan. Gejala-gejala lain yang pernah dilaporkan antara lain sakit kepala hebat, gangguan penglihatan, dan / atau kelemahan umum (malaise).

Yellow Sack Spider (Cheiracanthium punctorium)


Yellow Sack Spider (Cheiracanthium punctorium) termasuk dalam kelompok laba-laba beracun. Yellow Sack Spider (Cheiracanthium punctorium) banyak ditemukan di daerah Eropa Tengah dan Asia Tengah. Di Jerman pernah diberitakan adanya beberapa kematian manusia yang disebabkan oleh gigitan laba-laba ini. Racun yang dihasilkan oleh laba-laba ini adalah racun necrotic.

False Black Widows (Steatoda grossa)

False Black Widows (Steatoda grossa) adalah laba-laba yang memiliki ciri-ciri hampir menyerupai laba-laba Black Widows, Laba-laba yang menghasilkan racun necrotic ini memiliki gigitan yang cukup mengerikan, sayangnya beberapa kasus kematian sangat jarang ditemukan.

Brown Recluse Spider (Loxosceles reclusa)

Brown Recluse Spider (Loxosceles reclusa) adalah salah satu laba-laba yang sangat berbahaya, karena racun yang dihasilkan oleh laba-laba ini adalah racun necrotic, beberapa racun yang dihasilkan dari jenis laba-laba ini memiliki gigitan yang memberikan dampak buruk bagi manusia, laba-laba ini banyak ditemukan di Selatan California.

Mouse Spider (Missulena bradleyi)

Mouse Spider (Missulena bradleyi) adalah salah satu laba-laba beracun yang sangat berbahaya bila tergigit olehnya. Beberapa kasus dapat mengakibatkan kematian. Racun nectoric yang dihasilkan oleh laba-laba ini hampir menyerupai racun atraxotoxin. Mouse Spider (Missulena bradleyi) banyak ditemukan di Chili dan Australia.

Australian Funnel-Web Spider (Hadronyche modesta)

Australian Funnel-Web Spider (Hadronyche modesta) merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic, dimana racun ini dapat mengakibatkan kematian apabila tidak segera mendapatkan pertolongan pertama. Racun laba-laba ini bernama atraxotoxin.

Black Widow Spider (Latrodectus hasselti)

Black Widow Spider adalah laba-laba yang sangat terkenal karena racunnya yang mematikan. Merupakan laba-laba penghasil racun neurotoxic yang sangat berbahaya. Tersebar hingga ke seluruh penjuru dunia di lima benua. Uniknya racun dari Black widow digunakan sebagai obat penawar dari racun hasil gigitan False Black Widows Spider.

Brazilian Wandering Spider (Phoneutria nigriventer)


Brazilian Wandering Spider (Phoneutria nigriventer), pada tahun 2007, laba-laba ini masuk ke dalam Guinness World Records sebagai laba-laba beracun paling mematikan di dunia. Banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah. Laba-laba ini menghasilkan racun neurotoxic dalam dosis tinggi, satu gigitan cukup untuk membunuh seorang manusia dewasa. Laba-laba ini lebih berbahaya dibanding dengan rivalnya Australian funnel-Web Spider & Black Widows.

Laba-laba Tarantula

Tarantula adalah jenis laba-laba yang terbesar. Tarantulla di bagi menjadi dua yaitu New-World Tarantullas dan Old-World Tarantullas. Tarantula banyak ditemukan di Amerika dan Asia. Khusunya pada jenis Old-World Tarantullas, laba-laba ini memiliki racun necrotic yang sangat berbahaya, bahkan di Asia ada beberapa kematian manusia yang disebabkan oleh gigitan Tarantula ini, khususnya bagi mereka yang sangat rentan. Tarantula memiliki klasifikasi:
  • invertebrata (tidak memiliki tulang belakang)
  • class: Anthropoda (kaki berbuku-buku)
  • ordo: Arachnida, Ordo Araneae (laba-laba)
  • family: Theraphosidae (Tarantula).
Tarantula yang paling kecil (yang saya tahu) adalah Tarantula lokal, yang berukuran 7,5 cm waktu dewasa dan yang paling besar adalah Goliath Bird Eater Tarantula (T. Blondii) yang bisa mencapai 30 cm.

Berbeda dengan laba-laba jenis lainnya, Tarantula merupakan laba-laba yang mencari makan dengan cara berburu, bukan menunggu buruan dengan cara membuat jaring. Jaring pada Tarantula hanya digunakan pada proses ganti kulit.

Banyak yang mengatakan gigitan laba-laba termasuk tarantula beracun, padahal bisa tarantula tidak lebih bahaya dari bisa lebah. Tidak pernah ada laporan kematian manusia akibat gigitan tarantula. Namun, bagi anjing dan kucing (dan mungkin beberapa hewan peliharaan lainnya) gigitan tarantula memang bisa berbahaya, karena hewan tersebut lebih rentan terhadap bisanya.

Tarantula betina dapat mencapai umur 20 tahun lebih, sedangkan yang jantan hanya sekitar 5 tahunan.

Habitat

Kebanyakan tarantula hidup di daerah dengan suhu hangat, tidak boleh dibawah 15° C, idealnya berada pada kisaran 20-30° C. Mereka juga senang tinggal di tempat yang lembab. Kebanyakan tarantula makan invertebrata kecil lainnya, tetapi pada beberapa jenis tarantula yang memiliki ukuran besar, mereka juga memakan beberapa vertebrata seperti hewan pengerat.

Friday, 30 September 2011

Berang-berang

Berang-berang merupakan anggota dari bangsa Carnivora dan suku Mustelidae yang tergabung ke dalam anaksuku Lutrinae. Berang-berang dibedakan dari anggota suku Mustelidae lainnya dari telapak kaki yang memiliki selaput renang serta tubuh ditutupi rambut rapat yang tidak mudah basah sehingga memudahkannya dalam berenang mencari mangsa. Hewan ini menempati berbagai habitat lahan basah seperti sungai, danau, rawa, sawah, pesisir serta di laut lepas. Di seluruh dunia berang-berang memiliki 13 jenis dengan penyebaran hampir tersebar di seluruh dunia kecuali pada  daerah Australia. Dari ke 13 jenis yang ada di seluruh dunia, Indonesia memiliki empat jenis berang-berang yaitu Lutrogale perspicillata, Lutra lutra, Lutra sumatrana dan Aonyx cinereus.

Dua dari empat jenis tersebut, L. lutra dan L. sumatrana termasuk ke dalam hewan yang dilindungi oleh Peraturan Pemerintah no 7 tahun 1999. Dalam pengaturan perdagangan satwa, CITES telah memasukkan jenis berang-berang di Indonesia ini ke dalam daftar Appendixnya. L. lutra termasuk Appendix I, sedangkan tiga jenis lainnya termasuk Appendix II.

Jenis berang-berang di Indonesia:

1. Lutrogale perspicillata (Geofroy Saint-Hilaire, 1826) – Berang-berang bulu licin

Jenis ini merupakan berang-berang dengan ukuran tubuh paling besar untuk jenis berang-berang yang ada di Indonesia dengan panjang total mencapai 1,2m dan berat 11 Kg. Berang-berang ini hidup berkelompok dalam satu keluarga terdiri dari seekor jantan, seekor betina dan beberapa ekor anaknya. Makanan utamanya adalah ikan, mereka juga memakan udang, kepiting, serangga, katak, burung dan tikus. 

2. Lutra lutra (Linnaeus, 1758) – Berang-berang Utara

Berukuran sekitar 1 m dengan berat 7 kg. Memiliki selaput dan cakar yang berkembang baik. Jenis ini tersebar dari Eropa sampai Asia. Jenis ini menempati berbagai habitat lahan basah yaitu habitat air tawar, payau dan air laut, sungai dataran rendah dan tinggi, danau, rawa, persawahan dan pesisir pantai. Umumnya memakan ikan khususnya yang bergerak lambat, tetapi juga memakan burung air, udang dan katak. Hewan ini hidup soliter.

3. Lutra sumatrana (Gray, 1865) – Berang-berang hidung berbulu
Berang-berang ini memiliki bentuk yang mirip dengan Lutra lutra tetapi dengan ciri khas pembedanya yaitu rhinarium (bantalan  hidung) yang ditumbuhi rambut, sedangkan Lutra lutra tidak ditumbuhi rambut. Jenis ini merupakan berang-berang yang paling langka dan dicari. Setelah spesimen tipenya yang dideskripsikan oleh Gray pada tahun 1865, di Sumatera hanya pernah ditemukan kembali pada tahun 2005 dengan menemukan bangkai terlindas mobil di pinggir jalan dekat sungai Musi. Sebelum dan sesudahnya tidak pernah didapatkan informasi yang akurat tentang keberadaannya di Sumatera. Namun, penelitian tentang jenis ini lebih berkembang di negara lain seperti di Kamboja, Thailand dan Vietnam. Jadi, informasi tentang ekologi hewan ini masih sangat sedikit. 

4. Aonyx cinereus (Illiger, 1815) – Berang-berang cakar kecil

Hewan ini merupakan berang-berang terkecil di dunia. Dengan panjang kira-kira ukuran 65 sampai 70 cm dan berat sekitar 5 kg, berang-berang ini termasuk jenis yang paling sosial. Mereka hidup berkelompok dengan jumlah anggota dapat mencapai lebih dari 20 individu dalam satu kelompok. Jenis ini lebih toleran terhadap aktifitas manusia, bisa hidup dengan mencari makan keong mas dan ikan-ikan kecil di sawah. Berang-berang ini menyukai kepiting, ikan dan keong mas.

Peranan ekologis berang-berang

Berang-berang merupakan top carnivore, dan bisa juga disebut sebagai harimaunya lahan basah. Hewan ini berada di puncak dari piramida makanan, sehingga keberadaan hewan ini merupakan sebagai indikator lingkungan/habitat yang masih baik. Berang-berang sering dianggap sebagai hama oleh petani ikan, padahal hewan ini memiliki fungsi ekologis yang sangat besar. Dengan fungsinya menjaga keseimbangan ekosistem, hewan ini bermanfaat dalam mengontrol hama kepiting dan keong mas di sawah. Keberadaan hewan ini juga menjaga agar populasi ikan tetap sehat karena berang-berang akan memakan ikan lemah dan sakit yang mudah tertangkap. Oleh karena itu gunakan kearifan lokal yang telah ada pada masyarakat sehingga budidaya ikan tidak terganggu, namun tidak membahayakan bagi berang-berang.

Ancaman kepunahan berang-berang

Sekarang ini berbagai ancaman telah semakin banyak yang diterima oleh berang-berang. Ancaman-ancaman tersebut yaitu:

1)       Perusakan habitat

Lahan basah sebagai habitat berang-berang sekarang ini terancam oleh perubahan penggunaan lahan seperti pembukaan perkebunan sawit besar-besaran di daerah rawa, pembangunan pemukiman serta pembangunan waduk dan saluran irigasi yang dibeton sehingga tidak menyediakan tempat bagi berang-berang untuk bersarang. Pertambangan pasir dan emas juga telah merusak ekosistem sungai.

2)       Berkurangnya sumber makanan

Polusi dan sampah pada badan-badan perairan telah membuat pengurangan ikan dan hewan mangsa lainnya. Pemanenan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti sentrum dan racun juga sangat memberikan andil dalam berkurangnya jumlah ikan.

3)       Perburuan

Karena dianggap hama oleh petani ikan, berang-berang sering kali diburu dan dibunuh. Setiap perjumpaan dengan manusia, maka bisa berdampak kematian bagi berang-berang ini. Berbagai macam bentuk perburuan dilakukan oleh manusia seperti menggunakan anjing buru, ditembak dengan senapan, dijerat dengan berbagai macam tipe jeratan, diasapi lubang sarangnya dan berbagai cara lainnya.

Tapir (Tapirus indicus)


Tapir (Tapirus indicus) merupakan satwa berkuku ganjil seperti kuda dan badak mempunyai belalai yang kuat meskipun tidak begitu panjang, kaki pendek dan tegak. Warna kulit terbagi menjadi 2 bagian yaitu hitam dan putih sedangkan bayi tapir warna kulitnya coklat bergaris totol-totol putih horisontal. Habitatnya di hutan tropika, wilayah Burma, Thailand, Semenanjung Indocina dan Sumatera.