Saturday, 30 November 2024

Sejarah Alkitab

Alkitab adalah kitab suci agama Kristen. Kata Alkitab merupakan kata serapan dari frasa "al-Kitab" (bahasa Arab:) yang secara harfiah berarti "kumpulan buku" atau "kumpulan kitab". Di negera-negera berbahasa Arab sendiri "Alkitab" disebut sebagai "al-Kitab al-Muqaddas" yang berarti "Kitab Suci". Oleh karena itu Alkitab sebenarnya dapat merujuk pada sebutan untuk beberapa kitab suci. Dalam bahasa Inggris, istilah lain untuk Alkitab, adalah Bibel  yang berasal dari kata Latin biblia.

Alkitab yang kita kenal saat ini, pada awalnya merupakan tulisan-tulisan berbahasa Ibrani, Aram dan Yunani, yang ditulis oleh orang-orang yang berbeda secara terpisah-pisah baik tempat, rentang waktu dan jaman penulisannya. Pada awalnya para penulis menggunakan beberapa media untuk menulisnya. Salah satu media yang saat itu dipakai dalam penulisan tersebut adalah perkamen yang berasal dari kulit binatang yang dikeringkan. Media lainnya yang digunakan adalah dari rumput papyrus yang dikeringkan. Tapi juga ada yang menggunakan lempengan keramik dan codex yang sudah seperti kertas. 

Alkitab bertumbuh sebagai bagian dari proses seleksi yang disebut kanonisasi (berasal dari kata “kanon”). Kanon dapat diartikan sebagai standar atau ukuran atau daftar dari tulisan-tulisan berwibawa. Alkitab kanonik bervariasi tergantung pada tradisi ataupun kelompok.

Alkitab terdiri dari:

  • 39 kitab Protokanonika (Perjanjian Lama), yaitu kitab-kitab bahasa Ibrani, karena 97% isinya ditulis dalam bahasa Ibrani dan sisanya dalam bahasa Aramaik.

  • 27 kitab dan surat Perjanjian Baru atau kitab-kitab bahasa Yunani, karena ditulis dalam bahasa Yunani oleh para pengikut Kristus (disebut sebagai orang Kristen).

  • Kitab-kitab Deuterokanonika  Perjanjian Lama, yang umumnya dipandang sebagai Apokrifa oleh Gereja-Gereja Kristen Protestan, tetapi termasuk dalam kanon Gereja Katolik, Gereja Anglikan, gereja Ortohdok dan Gereja-Gereja Timur. Gereja Katolik (biasanya disebut Kristen Katolik) menetapkan Deuterokanonika sebagai bagian dari Perjanjian Lama sejak konsili Kartago (397, 419) dan konsili Trente (1546). Mayoritas Gereja Kristen Protestan mengikuti kanon Luther[29]. Pada umumnya, istilah Kitab Deuterokanonika merujuk pada tujuh kitab, yaitu Kitab Tobit, Kitab Yudit, Kitab 1 Makabe, Kitab 2 Makabe, Kitab Kebijaksanaan Salomo, Kitab Yesus bin Sirakh, Kitab Barukh dan tiga tulisan tambahan, yakni Surat Nabi Yeremia (Barukh 6), Tambahan Kitab Ester, dan Tambahan Kitab Daniel

Bagi umat Yahudi dan Kristiani (Kristen) kitab-kitab yang telah ditulis dalam Alkitab, dipandang sebagai hasil pengilhaman ilahi, dan sebagai catatan otoritatif mengenai hubungan antara Allah dengan manusia. Meskipun demikain, Alkitab tidaklah diturunkan secara harfiah begitu saja dari sorga, tetapi Allah melibatkan manusia secara aktif untuk menuliskan firman-Nya tersebut. 

Alkitab, meskipun dipandang sebagai hasil pengilhaman ilahi, tetapi berbagai kalangan Kristen menyikapi Alkitab secara berbeda. Misalnya, kalangan Kristen Katolik Roma, condong menekankan harmoni serta arti penting Alkitab dan tradisi suci, sementara kalangan Kristen Protestan berfokus pada konsep sola scriptura, atau Kebenarannya hanya tunduk pada ayat-ayat yang tertulis dalam Alkitab. Konsep ini timbul selama Reformasi Protestan, dan banyak denominasi Protestan yang hingga saat ini terus mendukung penggunaan Alkitab sebagai satu-satunya sumber ajaran Kristen.

Teks-teks yang tertulis dalam Alkitab, antara lain mencakup catatan-catatan sejarah yang berfokus pada teologi, himne, doa, amsal, perumpamaan, surat (epistola), nasihat, esai, puisi, dan nubuat. Jadi, secara garis besar, Alkitab memuat Firman Tuhan, Sejarah atau Peristiwa dan Silsilah.

Sejarah Alkitab

Mengapa kita perlu tahu tentang sejarah Alkitab? 

Pengetahuan akan sejarah Alkitab akan sangat membantu kita untuk memahami, betapa Agung dan Mulia Karya dan Kuasa Allah bekerja dalam proses terbentuknya Alkitab, karena jika bukan kuasa-Nya, sepertinya tidak mungkin akan hadir Alkitab sebagaimana yang kita kenal saat ini. Selain itu dengan memahami sejarah Alkitab, akan menolong kita agar iman kita tidak mudah goyah dengan adanya berbagai pendapat yang muncul saat ini, yang menyatakan bahwa Kitab Suci orang Kristen sudah banyak yang menyimpang atau melenceng.

Tujuan Penyusuan Alkitab

Alkitab disusun untuk menuntun orang Kristen dapat lebih mengenal dan menyelami kehendak Tuhan dengan lebih baik. Oleh sebab itu, doa yang benar sangat penting sebelum membaca Alkitab, agar dapat memahami apa yang ingin Allah sampaikan.

Itulah sebabnya, penyusunan Alkitab memakan waktu yang lama, supaya kita dapat menelaah kehendak Allah sepenuhnya dan dapat memberikan pandangan yang tepat akan apa yang Allah firmankan. Inilah tujuan dan dasar dari penyusunan Alkitab yang sebaiknya kita pahami, karena pada dasarnya Alkitab disusun untuk memberikan tuntunan yang baik bagi orang Kristen sepenuhnya.

Riwayat Penyusunan Alkitab

Sebelum ditulis, kisah-kisah tentang Allah dan hubungannya dengan manusia, biasanya dikisahkan turun temurun secara lisan, yang disebut sebagai tradisi lisan. Baru, setelah manusia mengenal tulisan sekitar tahun 1800 SM, maka kisah-kisah lisan tadi mulai dituangkan dalam tulisan. Rentang waktu penulisan sehingga menjadi kitab-kitab yang kita kenal sebagai Alkitab pada masa ini, memakan waktu sekitar 1500 tahun, yang diawali tahun 1400SM sampai tahun 100M.  Tulisan paling tua dalam Alkitab Ibrani, mungkin berasal dari tahun 1400 SM – 1300 SM. Disebutkan bahwa Musa adalah penulis pertama Alkitab. Diduga, kitab Kejadian ditulis pada tahun 1400 SM pada jaman Musa. Tetapi ada juga beberapa pendapat yang mengatakan bahwa kitab Kejadian ditulis ulang jauh setelah Musa meninggal. Sementara kitab yang paling muda dalam Alkitab Ibrani ditulis sekitar abad kedua SM, seperti kitab Daniel. Jadi perhatikan bahwa rentang waktu penulisan Akitab Ibrani membutuhkan waktu tidak kurang dari 1500 tahun.

Awal-mula Penerjemahan Alkitab

Pada abad ke-3 SM, diceritakan ada 72 sarjana Yahudi di kota Aleksandria, Mesir, menerjemahkan Alkitab Ibrani ke dalam bahasa Yunani. Memang saat itu bahasa Yunani merupakan bahasa yang dipakai oleh orang Yahudi yang hidup di sekitar wilayah Laut Tengah. Alkitab terjemahan ini dikenal sebagai Septuaginta (biasanya disingkat dengan LXX), yang berarti tujuh puluh. Mereka menyelesaikannya selama 72 hari. Septuaginta ini kemudian dipakai oleh orang Yahudi yang tersebar di seluruh wilayah kekuasaan Romawi.

Sekitar tahun 100 M, sekelompok sarjana Yahudi bertemu di Yamnia, sebuah pusat studi Yahudi di bagian barat Yerusalem. Para sarjana itu mendiskusikan kitab-kitab mana saja yang dapat dimasukan ke dalam Alkitab Ibrani, yang dalam agama Yahudi disebut Tanakh (Perjanjian Lama). Hasilnya, komunitas Yahudi mensepakati bahwa ada 39 kitab yang diterima dalam daftar kitab suci (kanon) mereka. Kitab-kitab ini disebut sebagai kitab “Protokanonika” (daftar pertama)

Dalam perkembangannya, di antara denominasi-denominasi Kristen terdapat beberapa perbedaan pendapat mengenai isi kanon, terutama dalam hal Apokrifa, yakni sejumlah karya yang dipandang dengan beragam tingkat penghormatan, yang kemudian disebut sebagai kitab “Deuterokanonika” (daftar kedua) dan terdiri dari tujuh kitab. 

Saat ini, sebagian besar gereja Protestan menggunakan 39 kitab “protokanonika”, dan menyebutnya sebagai Perjanjian Lama. Sedangkan gereja Roma Katolik, gereja-gereja Anglikan dan gereja-gereja Ortodoks Timur, menambahkan kitab-kitab “Deuteroknonika” ke dalam Perjanjian Lama mereka. Kitab-kitab “Deutorkanonika” yang dimasukkan ke dalam Perjanjian Lama adalah Tobit, Yudit, 1 Makabe, 2 Makabe, Kebijaksanaan Salamo, Sirakh, Ecclesiasticus, Barukh, Tambahan kitab Ester dan DanielKitab Daniel dalam Alkitab Katolik dan Ortodoks Timur dimasukan sebagai tambahan yang kadang-kadang dicetak dengan judul “Doa Azarya dan Nyanyian Tiga Pemuda”, “Susana” dan “Bel dan Sang Naga”.

Struktur dan Pembagian Alkitab

Berdasarkan isinya dan gaya penulisan, Perjanjian Lama dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian utama yaitu:

  1. Kitab-kitab Taurat
  2. Kitab-kitab sejarah
  3. Kitab-kitab hikmat
  4. Kitab-kitab kenabian

Sementara pengelompokan untuk Perjanjian Baru adalah:

  1. Kitab-kitab Injil (4 kitab)
  2. Kitab sejarah apostolik (1 kitab)
  3. Surat-surat (21 kitab) dan
  4. Kitab apokalips (1 kitab).


Pembagian Alkitab menjadi Pasal dan Ayat

Untuk memudahkan pencarian lokasi pernyataan di dalam Alkitab, masing-masing kitab atau buku dibagi atas pasal-pasal. Hal ini dilakukan bersamaan dengan permulaan percetakan dan penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa-bahasa lain. Kitab-kitab yang paling pendek terdiri dari 1 pasal saja, yaitu ada lima: Kitab ObajaSurat FilemonSurat 2 YohanesSurat 3 Yohanes, dan Surat Yudas; sedangkan yang paling panjang adalah Kitab Mazmur yang terdiri dari 150 pasal.

Masing-masing pasal terdiri dari sejumlah ayat. Pembagian ayat (versifikasi) pada Perjanjian Lama dilakukan umumnya bersesuaian dengan tanda titik yang sudah ada pada naskah Ibrani, dengan sedikit perkecualian terpisah. Banyak yang menyebutkan pembagian ini merupakan jasa Rabbi Isaac Nathan ben Kalonymus yang membuat konkordansi Alkitab pertama pada sekitar tahun 1440. 

Orang pertama yang membagi pasal-pasal Perjanjian Baru atas ayat-ayat adalah pakar Alkitab dari ordo Dominikan asal Italia Santi Pagnini (1470–1541), tetapi sistemnya tidak pernah dipakai secara luas. Kemudian Robert Estienne membuat penomoran ayat dalam karyanya, Perjanjian Baru dalam bahasa Yunani edisi tahun 1551, yang juga diterapkan dalam publikasi Alkitab bahasa Prancis olehnya pada tahun 1553. Sistem yang dibuat Estienne ini diterima luas, dan sekarang digunakan dalam hampir semua Alkitab modern. Pembagian ayat pada Alkitab, yang paling sedikit adalah Mazmur pasal 117 yang terdiri dari 2 ayat; sedangkan yang paling banyak adalah Mazmur pasal 119 yang terdiri dari 176 ayat.

Selanjutnya untuk memudahkan pencarian lokasi ayat di dalam Alkitab, digunakanlah apa yang disebut "Alamat Alkitab". Sebagai contoh Alamat Alkitab Kejadian 1:1, menunjuk pada kitab Kejadian, pasal pertama, ayat pertama.

Selain itu setiap terjemahan Alkitab memiliki bagian sub-pasal yang disebut dengan perikop, yaitu yang membahas suatu topik tertentu. Pembagian-pembagian ini bukan merupakan bagian isi Alkitab yang sebenarnya, melainkan hanya sebagai alat bantu untuk memudahkan pembacaan atau pencarian kembali suatu pembacaan bagian tertentu.

Jumlah Pasal dan Jumlah Ayat Alkitab Berbeda?

Pembagian Alkitab ke dalam buku, pasal, dan ayat, dan pengurutannya merupakan hasil dari kanonisasi oleh Bapa Gereja mula-mula. Struktur tersebut tidak berubah selama berabad-abad sejak abad ke-4 M. Namun pembagian pasal dan ayat yang ada pada Alkitab Ibrani (Tanakh) yang dilakukan oleh orang Yahudi, kadang-kadang di beberapa Alkitab mempunyai perbedaan di sejumlah tempat dibandingkan dengan pembagian yang dipakai oleh orang Kristen lainnya, misalnya dalam kitab Mazmur. Pada Alkitab Versi Terjemahan Baru berbahasa Indonesia, cenderung mengikuti penomoran Alkitab Ibrani dimana nama penggubah Mazmur dan judul lagu  dijadikan ayat yang pertama dalam suatu pasal, sedangkan dalam kitab terjemahan bahasa Inggris, tidak. Oleh karena itu pada Alkitab bahasa Indonesia, Kitab Mazmur memiliki beberapa puluh ayat lebih banyak dari bahasa Inggris. Meskipun demikian, ada juga di antara kelompok Kristen yang tetap memakai pembagian seperti yang dipakai orang Yahudi.

Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama juga dibagi dalam sejumlah bagian lebih besar. Orang Israel membagi seluruh Taurat Musa, yang merupakan kumpulan lima kitab, menjadi 154 bagian, sehingga dapat dibacakan dalam ibadah mingguan selama tiga tahun. Di Babel, Taurat dibagi menjadi 53 atau 54 bagian (Parashat ha-Shavua), sehingga dapat dibaca lengkap setiap minggu (dan hari-hati raya tertentu) dalam satu tahun.

Perjanjian Baru juga pernah dibagi atas bagian topik yang dikenal dengan nama kephalaia sampai abad ke-4 M. Eusebius dari Kaisarea membagi keempat kitab Injil menjadi bagian-bagian yang ditulisnya dalam sejumlah tabel atau kanon yang disebut sebagai Kanon Eusebius. Sistem-sistem pembagian tersebut berbeda dengan pembagian pasal modern.

Uskup Agung Stephen Langton dan Kardinal Hugo de Sancto Caro mengembangkan suatu skema pembagian sistematik Alkitab di awal abad ke-13. Sistem yang dibuat oleh Langton ini mendasari pembagian pasal Alkitab pada zaman modern

Metode Penyusunan Alkitab

Kitab-kitab di Alkitab disusun secara semi-kronologis, bukan dari waktu turunnya Wahyu. Digolongkan "Semi-kronologis" karena beberapa kitab tidak diketahui jelas waktu penulisannya dan siapa sesungguhnya penulisnya, sedangkan beberapa kitab lainnya merupakan kumpulan tulisan yang dikelompokkan menurut gaya penulisannya. 

Sebagai contoh, Kitab Amsal yang ditulis oleh raja Salomo, tidak ditempatkan setelah kitab 1 Raja-raja yang membahas riwayat hidup Salomo, namun dikelompokkan bersama-sama dengan kitab-kitab puisi lainnya (Kitab Ayub, Mazmur, Pengkhotbah, Kidung Agung). 

Demikian juga Kitab nabi Yeremia yang hidup pada zaman raja Yosia, tidak ditempatkan setelah kitab 2 Raja-raja yang membahas riwayat raja Yosia, namun bersama-sama dengan kitab-kitab nabi nabi besar lainnya (Kitab Yesaya, Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, dan Daniel). 

Kitab-kitab lainnya, terutama kitab-kitab sejarah, disusun secara kronologis dan urutannya memengaruhi cara pembacaan agar tidak membingungkan. Kitab Keluaran, misalnya, lebih mudah dibaca setelah membaca kitab Kejadian karena pembaca akan lebih mengerti latar belakangnya. Demikian juga kitab Kisah Para Rasul lebih cocok dibaca setelah membaca keempat kitab Injil, karena kitab-kitab Injil itu merupakan latar belakang penulisan Kisah Para Rasul. Namun beberapa kitab, seperti Kitab Amsal dan Kitab Pengkhotbah, dapat dibaca secara lepas, walaupun pembaca akan lebih memahaminya jika mengetahui riwayat penulisnya, Salomo, yang dibahas di kitab-kitab sebelumnya (1 & 2 Raja-raja dan 1 & 2 Tawarikh).

Perkembangan Terjemahan dan Cetakan Alkitab

Sebelum adanya mesin cetak, bagian-bagian Alkitab disalin dengan tangan oleh para penganutnya dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Terbukti dari salinan-salinan yang ditemukan sampai sekarang (paling tua dari abad ke-10 SM) sama dengan teks yang digunakan secara umum. Di samping itu juga terdapat kutipan-kutipan langsung dari surat-surat komunikasi orang-orang zaman dahulu yang mendukung kebenaran salinan Alkitab tersebut sejak zaman purba hingga zaman modern ini. Pada saat mesin cetak diciptakan pertama kalinya di Eropa, Alkitab adalah buku pertama yang dicetak dengan mesin tipe bergerak (movable) yaitu "Alkitab Latin Vulgata" oleh Percetakan Johannes Gutenberg, pada tahun 1455. Penemuan mesin cetak ini secara drastis mempercepat penyebaran Alkitab di seluruh dunia.

Berdasarkan perhitungan publikasi Scripture Language Report, sebuah panduan otoritatif tentang perkembangan penerjemahan Alkitab global dari tahun ke tahun yang diterbitkan oleh United Bible Societies, dari sekitar 6.600 bahasa di dunia, terdapat lebih dari 2.527 bahasa yang telah memiliki terjemahan Alkitab, sementara 2.000 bahasa lainnya sedang dalam proses menerjemahkan Alkitab.

Alkitab diperkirakan terjual sekitar 25 juta eksemplar setiap tahunnya di Amerika Serikat, belum termasuk yang dicetak dan dibagikan secara cuma-cuma oleh organisasi seperti Gideons International. Ketersediaan dan banyaknya jumlah Alkitab yang pernah dicetak dan dibagikan membuatnya memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam sejarah literatur dan sejarah dunia.

Selain itu, sejak abad ke-17, Alkitab atau bagian Alkitab telah diterjemahkan lebih dari 23 kali ke dalam bahasa-bahasa Melayu dan Indonesia, dan lebih dari 30 bahasa daerah di Indonesia. Di seluruh dunia, terjemahan Alkitab dapat diakses oleh 98% penduduk dunia dalam salah satu bahasa yang mereka ketahui. United Bible Society mengumumkan bahwa sampai tanggal 31 Desember 2007 Alkitab tersedia dalam 438 bahasa, 123 di antaranya meliputi material deuterokanonika di samping Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sedangkan secara terpisah tersedia dalam 1168 bahasa, dan dalam bagian-bagian khusus tersedia dalam 848 bahasa lain.

Pada tahun 1514, di Spanyol telah diterbitkan sebuah versi lengkap dari Alkitab berbahasa Yunani, yang merupakan gabungan dari naskah-naskah Alkitab berbahasa Yunani dan Latin. Naskahnya disusun oleh Desiderius Erasmus dan menjadi edisi lengkap yang pertama dari Alkitab. Kemudian, pada tahun 1516, naskah tersebut diterbitkan di Basel. Pelengkapan Alkitab berbahasa Yunani dilakukannya dengan menambahkan naskah yang berasal dari Alkitab yang disusun oleh Hieronimus, yaitu Vulgata.

Edisi kedua Alkitab berbahasa Yunani diterbitkan pada tahun 1519. Alkitab kemudian diterjemahkan oleh Martin Luther dan William Tyndale ke dalam bahasa Jerman dan bahasa Inggris. Alkitab bahasa Jerman diterbitkan pada tahun 1522 dan diterbitkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1525. Pada tahun-tahun berikutnya, penerbitan Alkitab bahasa Yunani banyak didasari oleh naskah dari Kekaisaran Romawi Timur. Sekitar 160 versi Alkitab berbahasa Yunani telah diterbitkan antara tahun 1516 hingga 1633. Lalu terdapat pula edisi bahasa Yunani yang dikenal dengan nama Textus Receptus. Penerbitan dan pemopuleran namanya dilakukan oleh Bonaventura dan Abraham Elzevir. Isinya mirip dengan 160 versi Alkitab berbahasa Yunani sebelumnya.

Penelitian Tentang Keotentikan Alkitab

Dalam sejarahnya, banyak orang melakukan penelitian kristis mengenai sejarah dan isi Alkitab, dengan berbagai motivasi. Ada yang meneliti untuk mengetahui lebih mendalam mengenai tujuan dan proses penulisannya, ada pula yang sebenarnya hanya bertujuan untuk menemukan sanggahan keabsahan penggunaan Alkitab sebagai kitab suci. 

Jesus Seminar, misalnya, adalah sekelompok ahli yang mempertanyakan dan memperdebatkan perkataan-perkataan dan tindakan tercatat Yesus dan melakukan pemungutan suara untuk menentukan sejauh apa mereka dapat mempercayai pernyataan-pernyataan di dalam Injil. Kelompok Jesus Seminar berpendapat bahwa Injil-Injil ditulis paling awal tahun 130 hingga 150 oleh penulis yang tidak diketahui (!), jika hal tersebut benar, maka ada kira-kira 100 tahun setelah kematian Yesus (oleh sejarawan diperkirakan antara tahun 30-33). 

Di samping itu, ada sejumlah kritikus Alkitab mengindikasikan bahwa catatan tentang Yesus telah ditambah-tambahi melalui tradisi oral turun-temurun dan tidak dituliskan hingga sepeninggal para rasul, sehingga para kritikus tersebut mempertanyakan keakuratan penggambaran sosok Yesus yang sesungguhnya.

Namun hampir semua sejarawan Kristen lainnya menolak pandangan yang tidak didukung bukti jelas ini. Mereka memberikan bukti-bukti sejarah bahwa Yesus yang digambarkan di dalam Injil dan Alkitab yang ada sekarang ini layak untuk dipercayai. bahkan mereka telah mencapai konsensus bahwa Injil ditulis oleh para rasul pada abad pertama, walaupun masih ada perbedapatan oleh rasul yang mana. Tiga bukti kuat mengenai hal tersebut adalah:

Arkeologis Alkitab William F. Albright menyimpulkan bahwa keseluruhan Perjanjian Baru ditulis "sangat mungkin antara tahun 50 M dan 75 M", sementara skeptis John A. T. Robinson bahkan  memberikan tanggal yang lebih awal daripada kaum konservatif, yaitu sekitar tahun 40 dan 65. Jika benar bahwa Perjanjian Baru ditulis pada pertengahan hingga akhir abad pertama, maka para rasul yang pada saat itu masih hidup dapat membuktikan kebenarannya dan segala kesalahan sejarah akan segera tampak baik oleh para saksi mata maupun penentang orang Kristen.

Bagian terbesar dalam Perjanjian Baru adalah 13 surat Paulus untuk gereja-gereja muda dan beberapa individu. Surat-surat Paulus, yang ditulis sekitar pertengahan tahun 40 hingga pertengahan tahun 60 (12-33 tahun setelah Kristus) merupakan tulisan-tulisan pertama tentang kehidupan dan pengajaran Yesus. Will Durant menulis tentang pentingnya tulisan-tulisan Paulus dari segi sejarah, "Bukti Kristen tentang Kristus dimulai dari surat-surat yang ditulis oleh Santo Paulus. Tidak ada yang pernah mempertanyakan eksistensi Paulus, atau perjumpaannya beberapa kali dengan Petrus, Yakobus, dan Yohanes; dan Paulus mengaku iri, bahwa orang-orang tersebut telah mengenal Yesus secara  langsung." Dari hal tersebut jelas bahwa ada Injil yang ditulis oleh orang yang tidak pernah bertemu Yesus secara langsung (khususnya Injil Lukas), sehingga bias penulisan Kitab Suci bisa terjadi, meskipun dapat saja segera dikoreksi oleh para saksi mata yang masih hidup saat itu.

Tulisan asli para rasul sebenarnya sudah diusahakan untuk disimpan secara saksama oleh para gereja, namun penyimpanan yang paling saksama pun tidak dapat dipertahankan, akibat pendudukan Romawi, rentang perjalanan waktu selama 2000 tahun, dan adanya proses disintegrasi. Saat ini sudah tidak ada yang tersisa dari tulisan-tulisan asli tersebut. Manuskrip asli semuanya hilang, meskipun para ahli masih berharap suatu ketika kejadian Gulungan Laut Mati dapat ditemukan kembali. Namun tidak hanya Alkitab yang bernasib demikian; tidak ada dokumen asli lainnya dari zaman kuno yang selamat hingga saat ini. Meskipun demikian, para sejarawan tidak terganggu dengan hal tersebut asalkan mereka memiliki salinan yang dapat dipercayai.

Pada awal sejarah kekristenan, jumlah gereja yang semakin bertambah, juga menghasilkan salinan yang semakin banyak yang ditulis di bawah pengawasan ketat oleh para pemimpin gereja. Mengikuti tradisi Yahudi dalam menyalin Perjanjian Lama, setiap kata dengan hati-hati disalin dan apabila ada satu kata yang salah, maka seluruh perkamen atau papirus tersebut harus dimusnahkan. Jadi sekarang ini para ahli dapat mempelajari tulisan asli para rasul dari salinan yang disalin dengan hati-hati, untuk menentukan keotentikan sehingga tiba pada sebuah perkiraan yang sangat dekat dengan dokumen aslinya. Tes yang digunakan untuk menentukan keabsahan salinan yang selamat antara lain:

  1. Bibliografis
    Tes ini membandingkan dengan dokumen kuno lain dari periode yang sama. Yang dibandingkan adalah jumlah salinan yang eksis saat ini, jarak waktu antara tulisan asli dan salinan paling awal yang selamat, dan perbandingan sejarah dengan dokumen kuno yang lain. Lebih dari 5000 manuskrip salinan dalam bahasa Yunani telah ditemukan, dan jika dihitung dalam bahasa-bahasa lain, jumlah tersebut menjadi 24000, semuanya berasal dari abad kedua hingga abad keempat. Selain itu selisih waktu tulisan asli dan salinan paling awal juga tidak begitu jauh. Codex Vaticanus dan Codex Sinaiticus merupakan dua salinan Alkitab yang hampir lengkap dari abad ketiga hingga abad keempat.

  2. Tes bukti internal.

    Tes ini mempertanyakan konsistensi saksi mata, detail nama orang, nama tempat, dan nama kejadian, surat kepada individu atau kelompok kecil, kejadian yang memalukan sang penulis, kehadiran materi yang tidak relevan atau kontra-produktif, dan tidak adanya materi yang relevan. Jika keempat Injil menulis hal yang sama persis, maka hal itu menjadi patut dicurigai. Para saksi mata yang menuliskan Injil menceritakan kisah Yesus dari perspektif yang berbeda-beda, namun catatan mereka tetap konsisten satu dengan yang lain, sehingga secara keseluruhan, keempat Injil memberikan gambaran yang jelas dan utuh tentang Yesus. Sejarawan juga menyukai detail karena hal tersebut mempermudah pelacakan kebenaran. Surat-surat Paulus dan keempat Injil penuh dengan detail nama orang, nama tempat, dan kejadian dan banyak di antaranya telah dibuktikan oleh sejarawan dan arkeologis. Nama-nama yang dikarang oleh penulis Injil akan dengan mudah ditemukan oleh orang-orang yang menentang mereka, para imam Yahudi dan tentara Romawi.

    Ahli sejarah Louis Gottschalk berpendapat bahwa surat yang tidak dipublikasikan secara umum dan ditujukan pada seseorang atau sekelompok kecil orang memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk dapat dipercaya, sedangkan sejarawan lain mengemukakan bahwa kebanyakan penulis tidak ingin mempublikasikan sesuatu yang memalukan mereka sendiri, oleh karena itu dokumen yang menuliskan hal yang memalukan para penulisnya secara umum lebih dapat dipercayai. Penyangkalan Petrus, kejahatan Paulus, dan banyak contoh yang lain tidak akan dicantumkan kecuali jika mereka benar-benar ingin memberikan laporan mengenai kejadian yang sesungguhnya.

    Selain tes-tes di atas, sejarawan juga mencari materi-materi kontraproduktif dan tidak relevan. Hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Yesus mati disalib padahal dianggap akan menyelamatkan Israel, kubur Yesus yang kosong ditemukan oleh wanita padahal zaman itu kesaksian wanita tidak dianggap sama sekali) dan detail-detail yang tidak berhubungan dengan cerita utama dan hanya disinggung sekali saja dianggap sebagai tanda bahwa materi-materi tersebut memang benar-benar terjadi atau mereka tidak akan dituliskan. Demikian pula dengan isu-isu yang dihadapi oleh gereja abad pertama ─ pengabaran Injil kepada non-Yahudi, karunia Roh Kudus, sakramen baptis, kepemimpinan gereja ─ sedikit sekali disinggung oleh Yesus. Adalah masuk akal jika para rasul hanya ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan menambahkan materi-materi ke dalam Injil yang ditulis. Dalam satu masalah, Paulus dengan terus terang berkata, "Untuk mereka aku tidak mendapat perintah dari Tuhan"

  3. Tes bukti eksternal.

    Tes ini mengukur reliabilitas suatu dokumen dengan membandingkan dengan catatan sejarah yang lain. Dalam hal ini yaitu catatan sejarah non-Kristen tentang Yesus. Paling tidak ada tujuh belas tulisan non-Kristen yang mencatat lebih dari lima puluh detail tentang kehidupan, pengajaran, kematian, dan kebangkitan Yesus, ditambah dengan detail gereja mula-mula. Lebih jauh lagi, reliabilitas Perjanjian Baru didukung oleh lebih dari 36.000 dokumen non-Alkitab (kutipan dari pemimpin gereja tiga abad pertama) sehingga jika seluruh salinan Perjanjian Baru hilang, maka para ahli dapat merekonstruksi ulang menggunakan dokumen-dokumen tersebut dengan perkecualian beberapa ayat saja.

Perjanjian lama

Perjanjian Lama menceritakan Kisah para tokoh dan nabi jauh sebelum Yesus Kristus lahir, dari Adam sampai Maleakhi. Perjanjian Lama diperkirakan berasal dari tahun 300 SM dan dimulai dengan penciptaan dunia, Adam, Hawa dan pengusiran mereka dari Taman Eden, karena melanggar perintah Allah dengan memakan buah pengetahuan baik-jahat, akibat bujukan si ular (iblis).  

Perjanjian Baru

Selama hampir 300 tahun (100 – 400 M), para pemimpin jemaat dan konsili – konsili perdana berdiskusi tentang kitab-kitab mana saja yang diakui sebagai kitab suci dalam Perjanjian Baru dan setara dengan Alkitab Ibrani. Sampai akhirnya pada tahun 367 M, Uskup Atanasius yang merupakan Uskup di kota Aleksandria, mengusulkan 27 kitab, yang menurutnya harus diakui berwibawa oleh jemaat-jemaat Kristen. Kitab-kitab yang diusulkan tersebut, saat ini kita kenal sebagai kitab-kitab Perjanjian Baru dalam Alkitab kita.

Berbeda dengan Perjanjian Lama, gereja-gereja Protestan, Roma Katolik dan Ortodoks Timur, menerima ke-27 kitab tersebut ke dalam kitab Perjanjian Baru, baik secara urutan maupun nama-namanya.

Perjanjian Baru merupakan sekumpulan tulisan karya para rasul yang diyakini sebagai para murid Yesus Kristus, yang pertama dan berisi tentang sejarah kehidupan Yesus sejak kelahiran-Nya sampai Kenaikan-Nya ke Surga dan pengajaran-Nya. Kitab-kitab terdapat dalam 4 kitab yang berbeda dan dikenal sebagai Kitab Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes). Perjanjian Baru juga berisi tulisan beberapa murid Yesus dan surat-surat tulisan Rasul Paulus..Alkitab awalnya ditulis dalam bahasa Ibrani, kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Yunani Koine abad pertama. Tulisan-tulisan Yunani Kristen awal ini terdiri dari berbagai narasi, surat, dan tulisan apokaliptik.

Yesus dan para murid adalah orang Yahudi yang menggunakan bahasa Aram dan memakai Alkitab Ibrani. Sedangkan Rasul Paulus dan jemaat Kristen awal, menggunakan bahasa Yunani. Keduapuluh tujuh kitab yang sekarang ada dalam Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani yang merupakan bahasa resmi kekaisaran Romawi saat itu. Kitab-kitab yang ditulis rasul Paulus merupakan kitab-kitab paling tua dalam Perjanjian Baru. Yang paling tua, adalah kitab I Tesalonika, yang diperkirakan ditulis pada tahun 50 M. Kitab – kitab Injil (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) ditulis antara tahun 60 M sampai dengan tahun 100 M.

Friday, 22 November 2024

Euramerica

Euramerica akronim dari Eropa dan Amerika Utara, yaitu superbenua purbakala yang terbentuk pada masa Siluan (Silur) akhir dan Devonian, sekitar 330–300 juta tahun yang lalu. Euramerica terbentuk akibat tumbukan antara lempeng tektonik Laurentia, Baltica, dan Avalonia, (yang pada masa sekarang di sebut Eropa Barat Laut dan Amerika Utara) selama orogeni Kaledonia. Daerah kraton ini kemudian menyatu dengan Angara dan Gondwana selama peristiwa orogeni Variscan untuk membentuk Pangaea.

Euramerica juga dikenal dengan nama Laurasia, Benua Merah Tua, atau Benua Batu Pasir Merah Tua. Benua ini mencakup wilayah yang sekarang menjadi Amerika Utara, Greenland, dan Eropa. Benua ini juga dikenal sebagai "Benua Merah Tua" karena endapan oksidasi yang tertinggal di Laurussia. Benua super besar ini memiliki fauna uniknya sendiri, termasuk banyak spesies ikan berlapis baja yang tidak ditemukan di tempat lain.

Pada masa Permian, Euramerica menjadi bagian dari superbenua Pangaea. Kemudian, pada awal periode atau masa Jurassic, Pangea terbelah menjadi dua benua, yaitu Laurasia dan Gondwana dan Euramerica sendiri menjadi bagian dari Laurasia. Pada masa Cretaceous, Laurasia terpecah menjadi benua-benua yang kita kenal sekarang, yaitu Eurasia (Eropa Asia) dan Amerika Utara. Selanjutnya Laurentia dan Baltica menjadi bagian dari Amerika Utara dan Avalonia sendiri terpecah menjadi bagian Amerika Utara dan Eurasia.

Orang Majus Dari Timur

Orang Majus (dari bahasa latin magi, bentuk plural dari magus) dari Timur, dalam tradisi Kristen adalah Orang-orang Bijak atau Raja-raja dari Timur, Peziarah-peziarah mulia yang mengenal Astrologi, dari Timur yang sering dianggap sebagai orang dari kerajaan Media, atau mungkin juga magi (bentuk plural dari magus) yang mengenal astrologi dari Persia kuno. Mereka disebut Magi dalam bahasa Yunani, yang merupakan istilah yang merujuk pada semacam subkelas pendeta Persia. Kata ini juga dapat berarti astronom, orang bijak, atau ahli sihir. Injil Matius menyatakan bahwa mereka datang dari timur ke Yerusalem untuk menyembah bayi Yesus, setelah mereka melihat dan mengikuti bintang-Nya, yang dikenal sebagai Bintang Natal.

Setelah bintang itu berhenti tepat di atas tempat Anak itu berada, mereka menjumpai bayi Yesus bersama Maria, ibu-Nya dan mereka pun sujud menyembah dan membuka tempat harta bendanya serta mempersembahkan persembahan berupa emas, kemenyan dan mur.

Herodes yang mendengar hal ini, kemudian mengumpulkan imam-imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi untuk menerangkannya. Mereka pun bahwa dalam kitab Nabi, dinyatakan bahwa Mesias akan dilahirkan di Bethlehem, di tanah Yehuda. Mengetahui hal ini, Herodes pun berniat membunuh-Nya dan mengatur siasat dengan membujuk orang-orang Majus tersebut untuk kembali jika sudah menemukan tempat Anak itu dilahirkan, karena mau datang menyembah-Nya. Tetapi melalui, mimpi mereka diperingatkan untuk tidak kemabali ke Herodes dan mereka pun pulang melalui jalan yang lain.

Seperti halnya yang tercatat dalam kitab Matius, orang-orang Majus tersbut, membawa persembahan berupa emas, kemenyan dan mur. 
Dalam tradisi Kristen, Emas melamnbangkan kekayaan dan kekuasaan. Kemenyan melambangkan, keilahian Yesus dan kelak akan menjadi Imam Agung
Sedangkan Mur bagi orang Mesir kuno telah digunakan sebagai parfum dan proses pembalseman. Hal inilah yang kemudian oleh orang Kristen dianggap sebagai lambang kepahitan, penderitaan, kesengsaraan dan bayangan kematian yang akan dialami Yesus. Dalam Markus 15:23, Yesus ditawari anggur dengan mur sebelum penyalibannya, karena menjadi penghilang rasa sakit, Mur juga digunakan dalam minyak yang digunakan untuk mengurapi raja, Hal ini mengingat orang Majus datang mencari raja orang Yahudi. Meskipun semua itu baik dan mungkin benar, tetapi kitab Matius tidak berbicara atau menyatakan hal itu sama sekali.

Barang-barang persembahan tersebut, bukanlah barang-barang yang sederhana, melainkan barang-barang mewah. Ini menunjukkan bahwa para pengunjung dari Timur ini “adalah orang-orang yang sangat kaya dan berkuasa,

Seiring berjalannya waktu, tradisi Kristen menambahkan beberapa bagian cerita, termasuk rincian tertentu tentang siapa orang-orang bijak itu. Spekulasi-spekulasi ini telah diwariskan dari waktu ke waktu dan dimasukkan ke dalam banyak cerita populer tentang kisah Natal. Akan tetapi, rincian tentang Orang Majus ini tidak didasarkan pada kisah Alkitab. 

Berikut adalah beberapa penambahan yang kemudian dipahami oleh banyak tradisi Kristen, meskipun tidak terdapat dalam Alkitab.
  • Sejak abad ke-3, orang-orang Majus dari Timur tersebut dianggap sebagai raja, mungkin hal ini sebagai penafsiran penggenapan nubuat dalam Mazmur 72:11 ("Biarlah semua raja sujud menyembah kepadanya, ...")
  • Orang-orang Majus yang datang sujud menyembah bayi Yesus, dikatakan berjumlah 3 orang. Pada kitab Matius tidak pernah tercatat berapa banyak orang bijak yang datang untuk sujud menyembah bayi Yesus. Kita tahu ada lebih dari satu orang karena penggunaan kata "orang" dalam bentuk jamak. Kebanyakan orang berasumsi ada tiga orang karena tiga persembahan yang mereka berikan, seperti yang dicatat dalam Matius yaitu emas, kemenyan, dan mur
  • Mereka adalah raja. Banyak orang percaya bahwa orang bijak adalah raja, yang tidak didukung oleh apa yang ditulis Matius. Gagasan ini lebih terkait dengan lagu Natal populer We Three Kings daripada kisah Alkitab.
  • Kita tahu nama-nama mereka. Secara tradisional, mereka diberi nama Balthasar, Caspar, dan Melchior. Menurut tradisi gereja Barat, Balthasar sering digambarkan sebagai raja Arabia atau terkadang Ethiopia, digambarkan sebagai pria berkulit hitam dan berjenggot lebat, Melchior sebagai raja Persia, digambarkan sebagai pria tua berambut putih dan berjenggot panjang, dan Gaspar sebagai raja India, digambarkan sebagai pria tidak berjenggot dan berkulit kemerahan. Dalam beberapa kasus, kisah-kisah masa lalu mereka diceritakan secara lengkap. Media modern tidak membantu kesalahpahaman ini, seolah-olah itu adalah bagian yang ditetapkan dalam Alkitab dari kisah Natal.  
Meskipun dalam banyak hal, tradisi, pendapat umum dan desas-desus, kisah orang majus yang diceritakan saat ini merupakan perpaduan antara kebenaran yang ditemukan dalam Alkitab dan tradisi yang ditambahkan selama 2000 tahun terakhir, tetapi kita harus tetap bersandar pada kebenaran yang ditemukan dalam Alkitab

Thursday, 21 November 2024

Epifani (Epiphany)

Epifani, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Epifani, Teofani, atau Hari Raya Tiga Raja, dapat ditelusuri kembali ke abad keempat Masehi. Referensi paling awal yang ditemukan tentang Epifani sebagai hari raya Kristen ditemukan pada tulisan Ammianus Marcellinus, sejarawan Romawi, tahun 361. Ia mendasarkannya pada tulisan teolog Clement dari Alexandria yang menyatakan bahwa sekte Kristen Gnostik Suriah, Basilidian, merayakan pembaptisan Kristus pada bulan Januari. Dan pada tulisan Ammianus Marcellinus tersebut, dinyatakan bahwa orang-orang Kristen pada masa itu menyebut festival Januari itu sebagai Epifani.

Epifani berasal dari kata Yunani epipháneia, yang berarti manifestasi fisik atau wahyu dewa kepada manusia. Saat ini, Epifani dirayakan secara berbeda oleh berbagai denominasi Kristen.

Asal-usul

Festival ini berasal dari gereja Timur dan mungkin dimulai sebagai perayaan pembaptisan Yesus. Tetapi di Barat, hari raya Epifani terutama memperingati kunjungan orang Majus kepada Yesus. Hari raya Epifani merupakan kesempatan bagi umat Kristen untuk merenungkan hakikat manifestasi fisik Tuhan di Bumi dan memberi penghormatan kepada tiga pengunjung penting dalam kisah Alkitab tentang kelahiran Yesus.

Di Barat, malam sebelum Epifani disebut Malam Kedua Belas atau juga dikenal sebagai Dua Belas Hari Natal, yang periodenya dimulai dari tanggal 25 Desember sampai 6 Januari. Sedangkan bagi banyak umat Kristen Ortodoks yang masih mematuhi kalender Julian, periode ini berlangsung sampai tanggal 19 Januari. Tetapi ada juga mereka-mereka yang merayakan epifani ini sampai Hari Lilin, hari raya, yang merayakan persembahan Yesus Kristus di bait suci dan yang biasanya dirayakan oleh umat Kristen pada tanggal 2 Februari.

Di banyak negara, Epifani dirayakan dengan kue-kue khusus, dan anak-anak sering menerima hadiah kecil di dalam sepatu mereka. Dalam Gereja Timur, Epifani juga menjadi puncak perayaan masa Natal atau perayaan Kelahiran Yesus Kristus, yang diperingati mulai dari tanggal 25 Desember sampai dengan 5 Januari setiap tahun.Di Roma, perayaan Natal pada tanggal 25 Desember terpisah dari Epifani, yang mulai dirayakan pada tanggal 6 Januari pada abad keempat.

Beberapa Contoh Perayaan Epifani di seluruh dunia

Hadiah yang dibawa oleh orang dari Majus dan rumur tentang status kerajaan mereka, memunculkan berbagai adat istiadat yang berbeda-beda di negara-negara tempat Epifani biasanya dirayakan. Di Prancis, hari raya ini secara tradisional dirayakan dengan galette des rois, atau kue raja. Kue bundar ini dilapisi frangipane, pasta almond manis, dan para penikmat kue akan memeriksa potongan kue mereka untuk melihat apakah ada kacang panggang di dalamnya. Penerima kacang tersebut akan dimahkotai sebagai "raja" selama sehari.

Di Amerika Serikat, Epifani menandai dimulainya musim Karnaval. Selama Karnaval, orang-orang memakan kue raja yang dilapisi gula berwarna kuning, hijau, dan putih yang, alih-alih kacang, berisi figur bayi yang dianggap mewakili bayi Yesus. Meskipun kue ini sangat populer di Louisiana, tempat New Orleans terkenal dengan perayaan Mardi Gras-nya, kue ini dapat ditemukan di seluruh negeri.

Di Amerika Latin, orang memanggang rosca de reyes (roti raja), roti manis yang dipanggang membentuk lingkaran seperti mahkota. Meskipun tradisi sedikit berbeda di seluruh wilayah, beberapa anak meletakkan rumput dan air pada malam sebelum Epifani untuk hewan-hewan yang menemani ketiga raja dan menerima hadiah dari raja keesokan paginya atas perilaku baik mereka.

Tidak kalah menariknya, di Italia, misalnya, Epifani juga dikenal sebagai Befana, sebuah festival rakyat yang merayakan legenda seorang wanita tua atau penyihir yang memiliki nama itu. Menurut cerita, la Befana melindungi orang Majus dalam perjalanan mereka ke Betlehem. Setelah orang-orang bijak tersebut pergi, ia memutuskan untuk mengikuti mereka mencari bayi Yesus. Saat ia mencari, wanita tua yang baik hati itu membawa hadiah untuk anak-anak yang berperilaku baik di seluruh Italia—tradisi yang mirip dengan Sinterklas.

Tradisi bertema perjalanan lain yang dipraktikkan di seluruh Eropa dan semakin umum di beberapa bagian Amerika Utara dikenal sebagai "mengapungkan pintu dengan kapur." Kebiasaan ini melibatkan penulisan inisial dari orang-orang Majus, yang secara tradisional dikenal sebagai Caspar, Melchior, dan Balthazar, di atau di atas pintu rumah seseorang. Inisial tersebut—C.M.B.—juga merupakan singkatan dari frasa Christus mansionem benediciat, bahasa Latin yang berarti "semoga Kristus memberkati tempat tinggal ini." Orang-orang percaya juga menambahkan angka untuk tahun berjalan dan tanda tambah yang mewakili salib Kristen.

Tuesday, 19 November 2024

17 Tips Menjaga Kesehatan Tulang

Pada dasarnya orang lanjut usia pasti akan terkena Osteoporosis, dan seiring bertambahnya usia, derajat Osteoporosis pasti akan semakin parah, dan risiko Patah Tulang pasti akan semakin besar..

Ada rumusnya :

Risiko Patah Tulang = kekuatan kerusakan eksternal / kepadatan tulang.

Orang lanjut usia rentan mengalami patah tulang karena nilai penyebutnya (kepadatan tulang) semakin kecil, sehingga risiko Patah Tulang pasti akan semakin meningkat. Oleh karena itu, tindakan terpenting bagi Lansia untuk mencegah patah tulang adalah melakukan segala upaya yang memungkinkan untuk mencegah terjadinya cedera yang tidak disengaja.

Tips Menjaga Kepadatan Tulang
Karena pertambahan usia tidak bisa dihambat, maka yang dapat kita lakukan adalah bagaimana kita mampu untuk menjaga kesehatan tulang kita. Sebagai upaya menghindari risiko osteoporosis, penting bagi setiap individu untuk menjaga kepadatan tulang sebaik mungkin. Adapun sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk menjaga tingkat kepadatan tulang normal adalah sebagai berikut, yang mencakup penyesuaian pola hidup, pola konsumsi makanan-minuman, konsumsi vitamin dan prilaku keseharian kita. Berikut beberapa Tips untuk menjaga kesehatan tulang kita
1. Mengonsumsi Makanan dan Minuman Tinggi Kalsium
Cara menjaga kepadatan tulang normal yang pertama adalah dengan mengonsumsi makanan dan minuman tinggi kalsium, seperti susu, yoghurt, keju, sayuran hijau, kacang-kacangan, dan makanan laut, terutama kulit udang kecil yang tinggi kalsium daripada supplemen obat. Pasalnya, kalsium memiliki peran yang sangat penting untuk membangun dan menjaga struktur kepadatan tulang dan gigi. 
2. Memenuhi Asupan Vitamin D Tubuh
Selain kalsium, vitamin D juga menjadi salah satu nutrisi penting yang diperlukan untuk menjaga kekuatan dan kepadatan tulang. Vitamin ini berfungsi untuk membantu tubuh dalam menyerap kalsium dan membangun kepadatan tulang.
Untuk mencukupi asupannya, terdapat beberapa jenis makanan tinggi vitamin D yang baik dikonsumsi sebagai menu makanan sehari-hari, seperti ikan, susu, yoghurt, dan keju. Selain itu, penting pula untuk rutin berjemur di bawah sinar matahari pagi guna mengoptimalkan proses sintesis vitamin D dalam tubuh.
Namun, sebelum berjemur di bawah sinar matahari, pastikan untuk mengaplikasikan sunscreen di seluruh permukaan kulit terlebih dahulu, terutama bagian kulit yang akan terpapar oleh sinar matahari secara langsung guna menghindari risiko berbagai masalah kulit, termasuk kanker kulit.
3. Rutin Berolahraga
Rutin berolahraga, setidaknya jalan kaki, juga menjadi salah satu cara menjaga kepadatan tulang yang penting untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan dengan rutin berolahraga minimal 30 menit per hari dapat memicu proses pembentukan tulang serta memperkuat otot dan sendi. Dengan latihan beban dan melakukan aktivitas secara rutin, proses pengeroposan tulang akibat degenerasi pun dapat diperlambat.
4. Menghindari Rokok dan Minuman Beralkohol

Kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan merupakan gaya hidup tidak sehat yang perlu dihindari sesegera mungkin. Hal ini dikarenakan rokok dan alkohol dapat menghambat penyerapan nutrisi penting seperti kalsium dan magnesium yang diperlukan untuk pertumbuhan dan kekuatan tulang.

5. Jangan pernah berdiri di atas kursi atau bangku untuk mengambil sesuatu, bahkan bangku yang rendah. 

Pada orang usia lanjut, selain adanya perubahan pada tingkat kepadatan tulang, biasanya juga akan disertai adanya gangguan sirkulasi di berbagai organ tubuh dan keseimbangan badan. Kondisi ini akan sangat berbahaya, ketika sesorang lansia berusaha naik ke atas kursi atau bangku, dapat terjadi gangguan keseimbangan maupun sinkop akibat peredaran darah ke otak menurun. Akibatnya resiko jatuh akan semakin besar dan kemungkinan terjadinya patah tulang juga akan menjadi semakin besar

6. Usahakan untuk tidak keluar rumah pada hari hujan.

Hal ini penting untuk menghindari kemungkinan jatuh karena terpeleset dan terjadinya penyempitan pembuluh darah (vasokonstriksi) akibat cuaca yang sangat dingin. Penyempitan pembuluh darah menyebabkan supply oksigen ke otak dan jantung akan berkurang sehingga akan sangat berisiko terjadi hilangnya kesadaran dan jatuh, pada orang lanjut usia yang sudah memiliki diabetes, gejala sakit jantung maupun gangguan sirkulasi darah.

7. Berhati-hatilah saat mandi atau menggunakan toilet, untuk mencegah tergelincir. Berikan perhatian khusus pada lantai kamar mandi yang anti selip. Yang paling penting, terutama bagi wanita - jangan memakai pakaian dalam di kamar mandi, menyangga dinding atau hal lainnya.. Kondisi di atas menjadi penyebab paling umum dari terpeleset dan patahnya sendi pinggul... Setelah mandi, kembalilah ke ruang ganti... Duduklah dengan nyaman di kursi atau di tempat tidur Anda lalu kenakan pakaian dalam.

8. Saat pergi ke toilet, pastikan lantai kamar mandi kering dan tidak licin. Sebaiknya gunakan toilet saja, bukan kamar mandi. Dan pada saat yang sama, pasang sandaran tangan untuk berpegangan saat bangun dari kursi toilet.. Hal yang sama juga berlaku saat selesai mandi sambil duduk di bangku mandi.

9. Pastikan untuk membersihkan ceceran air atau kulit buah-buahan dan bungkus-bungkus makanan serta mainan anak-anak di lantai rumah sebelum tidur, dan berhati-hatilah saat lantai basah.

10. Saat bangun di tengah malam, duduklah di tempat tidur selama 3-4 menit sebelum berdiri; pastikan untuk menyalakan lampu terlebih dahulu, lalu bangun.

11. Setidaknya di malam hari atau bahkan siang hari (jika memungkinkan), mohon, jangan menutup pintu toilet dari dalam.. Jika memungkinkan, pasang bel alarm di toilet, dan tekan untuk memanggil bantuan dari anggota keluarga dll. jika terjadi keadaan darurat apapun...

12. Lansia harus duduk di kursi atau tempat tidur untuk memakai celana, dll.

13. Jika terjatuh, Anda harus mengulurkan tangan untuk mendapat dukungan dari tanah. Lebih baik mematahkan lengan bawah dan pergelangan tangan daripada mematahkan leher tulang paha pada Sendi Panggul.

14. Sangat penting bagi para Wanita... "serius-seriuslah" menjaga berat badan dalam batas yang diperbolehkan. Pengendalian pola makan adalah kunci terpenting. Makan sisa, perilaku umum wanita... jauhi saja, STOP. ⛔ 

Menjaga berat badan tetap terkendali hendaknya mutlak ada di kepala dan pikiran, "selalu lebih baik berhenti makan dengan "perut setengah kenyang"... dari pada "makan sampai kenyang.

15. Lakukan aktivitas luar ruangan dengan benar, karena paparan sinar matahari (di bawah sinar UV) mengubah kolesterol di kulit menjadi vitamin D. Ini bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan kalsium di usus dan aktivitas Osteoblas memiliki efek menunda Osteoporosis.  

16. Saat menaiki tangga, gunakan pegangan tangan dan jangan sampai terjatuh. 

17. "Hindari berdiri terlalu lama"

Sebagai kesimpulan, para Lansia harus memperhatikan tindakan anti-selip dan anti-jatuh.Sebab, sekali jatuh berarti sepuluh tahun kehidupan, terganggu. Jadi berhati-hatilah.

Monday, 18 November 2024

Sasaran Bisnis (Business Goals)

Siapa pun yang familier dengan kepemimpinan akan memberi tahu Anda bahwa tujuan dan sasaran bisnis adalah sesuatu yang penting untuk menjadi pemimpin yang sukses. Meskipun demikian, saat memulai bisnis, akan dapat sangat menyulitkan bagi untuk menetapkan tujuan dan sasaran bisnis. 

Sasaran dan tujuan bisnis saling terkait erat, dan istilah tersebut terkadang digunakan secara bergantian. Baik sasaran maupun tujuan bisnis, berfokus pada perencanaan strategis, perluasan, atau keberlanjutan, dan semuanya merupakan titik penting bagi perkembangan dan pertumbuhan organisasi apa pun. Sasaran dan Tujuan Bisnis, membantu dalam beberapa cara, mulai dari meningkatkan layanan pelanggan hingga meningkatkan pendapatan. Pada akhirnya, keduanya berkontribusi untuk menetapkan tujuan utama perusahaan. Namun sebenarnya, keduanya adalah dua hal yang berbeda.

Perbedaan antara Sasaran Bisnis vs. Tujuanan Bisnis 

Sasaran Bisnis

  • Sering menunjukkan sasaran atau tujuan perusahaan secara lebih luas, lebih umum dan biasanya untuk jangka panjang, meski bisa juga untuk jangka pendek, serta berupaya menetapkan sasaran akhir yang hendaknya diupayakan oleh semua karyawan.
  • Sasaran Memerlukan Tujuan
    Jangan mulai mengejar sasaran sebelum Anda membuat tujuan. Jika Anda hanya berfokus pada sasaran, Anda dapat dengan mudah tersesat dalam proses dan melupakan pekerjaan yang Anda lakukan. Hal yang sama juga dapat terjadi pada karyawan Anda
  • Sasaran mendefinisikan tujuan dan arah keseluruhan organisasi. Misalnya, meningkatkan pangsa pasar atau memperluas ke pasar baru adalah sasaran bisnis.
  • Sasaran bisnis mewakili arah yang ingin dituju perusahaan dan menentukan apa yang ingin dicapai organisasi. 
  • Sasaran bisnis, dapat ditetapkan untuk seluruh perusahaan, departemen, tim, pekerja, staf atau manajer, bahkan untuk klien tertentu.

Tujuan Bisnis

  • Bersifat spesifik, terukur dan terikat waktu yang mendukung pencapaian sasaran bisnis serta dapat ditindaklanjuti. Misalnya, "menambah laba hingga 50%" lebih spesifik daripada "menambah laba".
  • Tujuan tersebut lebih taktis dan terfokus, menguraikan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang lebih luas. 
  • Tujuan membantu memecah sasaran Anda menjadi langkah-langkah yang dapat dikelola dan memastikan Anda bergerak ke arah yang benar. 
  • Tujan membantu mereka memahami gambaran yang lebih besar dan apa yang diharapkan dari mereka.
  • Menentukan metode dan jalur yang dapat membantu bisnis mencapai tujuan tersebut. 
  • Biasanya berupa tindakan yang terukur, dalam jangka pendek atau jangka waktu tertentu, yang membantu memecah sasaran bisnis menjadi langkah-langkah yang lebih kecil. 
  • Beberapa Tujuan Bisnis secara bersama dapat mengarahkan Anda untuk mencapai Sasaran Bisnis anda

Apa itu Sasaran Bisnis?

Kelihatannya jawaban atas pertanyaan di atas sangat sederhana. Sasaran Bisnis adalah untuk mendapatkan cukup uang untuk menjalankan bisnis, kalau perlu melakukan ekspansi dan menyediakan apa yang diharapkan pelanggan dan menjalankan organisasi. 

Dalam dunia bisnis yang serba cepat, memiliki sasaran bisnis yang jelas dan strategis ibarat memiliki kompas yang menuntun kapal melewati perairan yang belum dipetakan. Sasaranan bisnis adalah mercusuar yang menerangi jalan menuju kesuksesan bagi setiap perusahaan, baik perusahaan rintisan yang sedang berkembang maupun perusahaan yang sudah mapan. Dalam artikel ini, kita akan membahas pentingnya sasaran bisnis dan mendalami proses pembuatan sasaran yang efektif dan dapat ditindaklanjuti yang mengarah pada kemenangan.

Sasaran bisnis merupakan fondasi untuk membangun kesuksesan perusahaan. Sasaran bisnis merupakan target dan aspirasi yang ingin dicapai oleh suatu bisnis dalam jangka waktu tertentu. Sasaran ini berfungsi sebagai peta jalan, yang memberikan arahan dan kejelasan bagi seluruh organisasi.

Sasaran bisnis, sebenarnya adalah titik akhir, pencapaian, atau target yang ingin dicapai organisasi dalam jangka pendek atau jangka panjang. Sasaran bisnis dapat memiliki banyak bentuk yang berbeda dan bersifat aspiratif atau motivasional, seperti mendorong organisasi menuju sasaran tertentu seperti peningkatan layanan pelanggan. Bisa juga memiliki sasaran yang sangat spesifik, seperti mencapai target pendapatan tertentu, laba bersih, margin laba, tujuan laba, atau tonggak keuangan lainnya.

Mengapa sasaran bisnis penting?

Bayangkan sebuah kapal yang berlayar tanpa tujuan atau maksud tertentu. Begitulah cara bisnis beroperasi tanpa sasaran bisnis yang jelas. Menetapkan sasaran sangat penting karena beberapa alasan. Pertama, sasaran memberikan arah, memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi bekerja menuju sasaran bersama. Kedua, sasaran bertindak sebagai motivator, menyalakan percikan ambisi dalam diri karyawan. Lebih jauh, sasaran membantu dalam membuat keputusan yang tepat, karena sumber daya dapat dialokasikan secara lebih efektif ketika sasaran didefinisikan dengan baik.

Jenis-jenis Sasaran Bisnis 
 
1. Sasaran Bisnis Jangka Pendek 
 
Sasaran bisnis jangka pendek bagaikan batu loncatan yang mengarah pada kesuksesan jangka panjang. Sasaran ini biasanya berlangsung dari beberapa minggu hingga satu tahun dan berperan penting dalam mengukur kemajuan langsung. Misalnya, sebuah perusahaan mungkin menetapkan sasaran jangka pendek untuk meningkatkan lalu lintas situs web bulanan sebesar 15%. 
 
2. Sasaran Bisnis Jangka Panjang 
 
Di sisi lain, sasaran bisnis jangka panjang adalah sasaran gambaran besar yang melampaui satu tahun. Sasaran ini mendefinisikan visi dan misi utama perusahaan. Contoh sasaran jangka panjang termasuk memperluas ke pasar baru atau mencapai pangsa pasar tertentu.
 
Bagaimana Menetapkan Sasaran Bisnis Secara Efektif? 
 
Sasaran bisnis yang ditetapkan dengan baik harus seperti mercusuar, yang menuntun kapal melewati malam yang paling gelap. Untuk memastikan bahwa sasaran tersebut efektif, banyak perusahaan mengikuti pendekatan SMART: 
 
1. Spesifik (Specific)
 
Tetapkan sasaran dan hasil yang diharapkan dengan jelas. Daripada menyatakan "meningkatkan penjualan", tujuan konkret dapat berupa "mencapai peningkatan penjualan sebesar 10% selama kuartal berikutnya." 
 
2. Terukur (Measurable)
 
Tetapkan kriteria untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan. Ini membantu dalam melacak kinerja dan membuat penyesuaian bila diperlukan. 
 
3. Dapat dicapai (Achievable)
 
Sasaran harus realistis dan dapat dicapai, dengan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan perusahaan yang tersedia. 
 
4. Relevan (Relevant) 
 
Sejajarkan sasaran dengan visi dan misi perusahaan secara keseluruhan. Kontribusi mereka harus mendorong pertumbuhan dan kemakmuran bisnis. 
 
5. Terikat Waktu (Time-bound)
 
Tetapkan jangka waktu tertentu untuk mencapai sasaran. Ini menumbuhkan rasa urgensi dan tanggung jawab.

Proses Penetapan Tujuan Bisnis

1. Mengidentifikasi Visi dan Misi 
 
Sebelum berlayar, sebuah kapal perlu mengetahui tujuannya. Demikian pula, sebuah perusahaan harus memiliki visi dan misi yang jelas yang bertindak sebagai bintang penuntun untuk menetapkan tujuan bisnis. 
 
2. Menganalisis Kondisi Saat Ini 
 
Seorang kapten yang bijaksana menilai kondisi kapal sebelum memulai perjalanan. Demikian pula, melakukan analisis SWOT membantu bisnis mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman mereka saat ini. Analisis ini membantu dalam mengidentifikasi area yang memerlukan perbaikan dan peluang potensial untuk pertumbuhan. 
 
3. Penetapan Sasaran SMART 
 
Dengan tujuan dalam pikiran dan pemahaman yang jelas tentang keadaan saat ini, saatnya untuk berlayar. Dengan mengikuti kriteria SMART, bisnis dapat membuat tujuan yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu. 
 
4. Menyusun Rencana Aksi 
 
Sebuah kapal memerlukan bagan navigasi yang terperinci untuk mencapai tujuannya dengan aman. Demikian pula, sebuah perusahaan memerlukan rencana aksi yang dibuat dengan baik untuk mencapai tujuannya. Rencana ini mencakup penugasan tanggung jawab, penetapan tenggat waktu, dan penetapan indikator kinerja utama (KPI). 

Contoh Sasaran Bisnis 
 
Mari kita lihat beberapa contoh sasaran bisnis yang telah dicapai oleh perusahaan-perusahaan yang sukses: 
 
1. Meningkatkan Pangsa Pasar: 
 
Perusahaan XYZ bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasarnya sebesar 5% selama tahun depan melalui kampanye pemasaran yang terarah dan strategi harga yang kompetitif. 
 
2. Meningkatkan Retensi Pelanggan: 
 
Perusahaan ABC menetapkan sasaran untuk mengurangi churn pelanggan sebesar 10% dalam enam bulan ke depan dengan meningkatkan layanan pelanggan dan menerapkan program loyalitas. 
 
3. Memperluas Lini Produk: 
 
Perusahaan QRS berencana untuk memperkenalkan tiga produk inovatif baru di tahun mendatang untuk melayani berbagai segmen pasar dan meningkatkan aliran pendapatan.

Menyelaraskan Sasaran Pribadi dan Bisnis 
 
Sama seperti kru yang bersatu membuat pelayaran lancar, menyelaraskan sasaran pribadi dan bisnis menumbuhkan rasa kepemilikan dan dedikasi di antara karyawan. Ketika aspirasi pribadi karyawan selaras dengan tujuan perusahaan, mereka menjadi lebih berkomitmen dan terlibat dalam mencapai kesuksesan. 
 
Pemantauan dan Penyesuaian Sasaran Bisnis 
 
Seorang kapten yang waspada mengawasi dengan saksama arah kapal dan menyesuaikan layar sesuai dengan perubahan arah angin. Demikian pula, bisnis perlu memantau kemajuan menuju sasaran bisnis mereka secara teratur dan melakukan penyesuaian yang diperlukan. Kondisi pasar dan lingkungan bisnis dapat berubah, dan fleksibilitas sangat penting untuk menavigasi melalui tantangan yang tidak terduga. 
 
Singkatnya, sasaran bisnis adalah inti dari kesuksesan bagi organisasi mana pun. Sasaran tersebut menerangi jalan menuju kemakmuran, memberikan kejelasan dalam pengambilan keputusan, dan memberdayakan karyawan untuk bekerja menuju visi bersama. Dengan menetapkan sasaran bisnis yang terdefinisi dengan baik dan strategis, perusahaan dapat menavigasi melalui gelombang ketidakpastian dan memetakan arah mereka menuju pertumbuhan dan kemenangan.