Monday 25 November 2013

Fitogeografi

Fitogeografi adalah cabang dari ilmu geografi, yang melakukan suatu kajian tentang sebaran makhluk hidup di bumi pada saat yang lalu dan pada saat ini. Shukla dan Chandel (1996) mendefinisikan "fitogeografi sebagai suatu kajian tentang migrasi dan penyebaran tumbuh- tumbuhan di daratan atau perairan. Penelaahan tentang penyebaran tumbuhan di bumi, pertama kali dikemukakan oleh Alexannder von Humboldt pada tahun 1808 (Misra, 1980). 

Secara deskriptif, fitogeografi adalah “studi dan deskripsi tentang perbedaan fenomena distribusi tumbuhan di bumi, mencakup semua hal yang mengubah atau mempengaruhi permukaan bumi, baik oleh pengaruh fisik, iklim atau interaksi dari makhluk hidup ke lingkungannya" (Potunin, 1994).
Secara umum pembahasan fitogeografi meliputi tumbuhan di seluruh permukaan bumi yang mencakup komposisi, produktivitas setempat dan terutama distribusinya, Distribusi vegetasi dapat ditelaah secara terpisah-pisah berdasarkan jenis-jenisnya atau secara bersama sebagai suatu kesatuan masyarakat tumbuhan, dengan maksud memperoleh pemahaman tentang perbedaan vegetasi di berbagai wilayah di bumi.

A. Dasar-dasar fitogeografi
Fitogeografi merupakan pengetahuan sintesis yang sebagian besar ditunjang oleh ilmu pengetahuan lain, seperti ekologi, biologi populasi, sistematik, evolusi, geologi dan sejarah alam.
Pada umumnya penelaahan tentang fitogeografi mempunyai hubungan yang erat dengan analisis dan penjelasan tentang pola distribusi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya di bumi, yang variasi jenis-jenisnya sebagian besar dipengaruhi lingkungan fisik tempat tumbuhnya, yang berlangsung pada saat ini dan masa yang lalu. Faktor fisik, antara lain adalah iklim dan tipe tanah di suatu habitat terestris, dan variasi suhu, salinitas, cahaya dan tekanan air di suatu habitat perairan.

Penelaahan dalam fitogeografi pada umumnya dititik-beratkan pada kelompok organisme sebagai "unit kehidupan" dalam kelompok taksa tertentu seperti kelompok tumbuhan dalam suku atau famili.
Pola distribusi tumbuhan dapat mempunyai sebaran yang luas atau hanya pada tertentu. Sifat distribusinya dapat berhubungan atau sarnbung-menyamhung dengan wilayah lainnya ("continue"), atau dapat pula terpisah dengan wilayah lain yang berjauhan ("discontinue" atau " disjunct"). 
Berdasarkan pada ada tidaknya tumbuh-tumbuhan di berbagai wilayah bumi, maka terdapat distribusi 3 kelompok taksa tumbuhan, yaitu:
  • Tumbuhan tersebar luas
  • Tumbuhan endemik
  • Tumbuhan discontinue

1. Tumbuhan yang Tersebar Luas

Tumbuhan yang tersebar luas ("wides") adalah kelompok taksa tumbuhan yang penyebarannya hampir terdapat di seluruh dunia di wilayah yang memiliki bermacam-macam zona iklim. Tumbuhan demikian yang sebarannya luas dinamakan "tumbuhan kosmopolit". Contoh adalah Taraxacum officinale, Chenopodium album atau Plantago mayor dan jenis tumbuhan dari suku Gramineae (Cox dan Moore, 1993; Shukla dan Chandel, 1996).

Tumbuhan kosmopolit yang tersebar luas di daerah tropis dinamakan tumbuhan "pantropis", contohnya adalah kelompok tumbuhan yang termasuk suku Zingiberaceae yang terdapat di beberapa kepulauan dan daratan Asia.


Sedangkan tumbuhan yang tersebar secara luas di daerah beriklim dingin di wilayah zona artik dan zona alpin, dikenal sebagai tumbuhan "artik-alpin", contohnya adalah tumbuhan lumut atau rerumputan seperti Carex sp, dan Eriophomm spp atau pepohonan berlumut yang dinamakan "elfin wood" dan "krummholz" (Polunin, 1994).

 

2. Tumbuhan Endemik
 
Tumbuhan endemik adalah tumbuhan yang jenis-jenisnya tumbuh di wilayah terbatas dan terdapat pada daerah yang tidak terlalu luas. Daerah sebarannya pada umumnya dibatasi oleh adanya penghalang ("barrier"), seperti lembah, bukit atau pulau. Dikenal beberapa tipe tumbuhan endemik yaitu tumbuhan "endemik benua", "endemik regional" atau "endemik setempat/ lokal".
 

Tumbuhan endemik dapat berasal dari jenis tumbuhan purba yang tersebar luas yang sampai saat ini mampu bertahan dan beradaptasi pada wilayah yang terbatas. Tumbuhan jenis ini kemudian menjadi tumbuhan endemik karena sebarannya yang sempit. Contohnya adalah Ginko biloba (di Jepang dan China), Sequioa sempervirens (di suatu lembah di pantai Califonia) atau Agathis australis dan Metasequioa sp, yang diperkirakan merupakan spesies tunggal yang tumbuh di suatu lembah di China. Tumbuhan endemik purba tersebut dinamakan tumbuhan "paleoendemik" atau "epibion".
 

Jenis tumbuhan endemik lainnya adalah tumbuhan masa kini (modern) yang dalam proses evolusinya tidak mempunyai kesempatan dan waktu yang cukup untuk tersebar secara luas melalui migrasi (Shukla dan Chandel, 1996). Contohnya antara lain atau Eleusine coracana (Gramineae), Mecanopsis sp. (Papaveraceae), Piper longum (Piperaceae) atau Rafflesia arnoldii, Tumbuhan demikian dinamakan tumbuhan "neoendemik".

3. Tumbuhan Discontinue

 
Tumbuhan discontinue adalah tumbuhan yang terpisah pada dua atau lebih wilayah yang berjarak puluhan, ratusan atau ribuan kilometer oleh adanya penghalang yang terdiri dari pegunungan atau gunung yang tinggi di daratan atau pulau-pulau di laut. Contoh tumbuhan discontinue, antara lain Empetrum nigrum, Larrea tridentata, Phacelia magellanica atau Sanigula cranicaulis
 

Tumbuhan discontinue terdapat, antara lain karena:
  1. Tumbuhannya berevolusi di beberapa wilayah yang sesuai dengan amplitude ekologinya, tetapi gagal bermigrasi dari habitat aslinya oleh adanya penghalang tertentu;
  2. Tumbuhan yang jenis-jenisnya pada suatu saat pada masa lalu yang tersebar luas, kemudian oleh karena kondisi lingkungannya berubah akan lenyap atau rnusnah. Tetapi di antara jenis tumbuhan tersebut terdaptl jenis yang dapat beradaptasi dan mampu bertahan; sehingga akhirnya pada wilayah atau habitat tertentu akan terbentuk kantung-kantung discontinue;
  3. Iklim yang berubah dalam skala evolusi juga dapat menyebabkan adanya discontinue karena pada umumnya tumbuhan mempunyai kebutuhan iklim tertentu akan menemukan kehidupannya. Misalnya walaupun secara terpisah, tumbuhan yang terdapat di wilayah artik mempunyai kesamaan jenis dan bentuk hidup dengan tumbuhan wilayah alpin dengan kondisi iklim yang serupa. Contohnya, Salix spp. dan Silen spp. adalah tumbuhan discontinue yang tumbuh di wilayah artik, wilayah alpin atau wilayah artik alpin.
  4. Secara geologis daratan di masa lampau sekarang sangat berbeda dengan daratan masa kini. Menurut teori "paparan benua" ("continental drifts") wilayah yang terdapat sekarang seperti di Amerika Selatan, Afrika, India, Polinesia, Australia dan Antartika, pada "era meozoicum” menjadi satu benua yang luas yang dinamakan Gondwana dan memiliki karakteristik flora dan fauna yang spesifik dengan flora dan faunanya yang discontinue. Oleh adanya gerakan lempengan bumi maka daratan Gondwana kemudian pecah dan terpisah menjadi wilayah tersebut (Brown dan Gibson, 1983).

B. Sebaran Vegetasi


a. Pola Sebaran Vegetasi
 

 Dalam konsep dinamika fitogeografi, terdapat pola dasar distribusi vegetasi diwilayah. Menurut Weis, (1963) dan Misra, (1980) pola dasar distribusi vegetasi dipengaruhi oleh:

  1. "Habitat", sebagai tempat tumbuh tumbuhan yang mempunyai hubungan sangat erat dengan iklim. Dalam proses evolusi perubahan iklim dapat menyebabkan wilayah yang menjadi habitat dan lingkungannya yang tempat tumbuh berbagai jenis tumbuhan akan dapat berubah dan dapat mempengaruhi distribusi vegetasinya.
  2. "Respon" vegetasi dan sifat adaptasi tumbuhan terhadap lingkungannya bersifat khas dan sering menjadi karakteristik suatu jenis tumbuhan. Penyebaran tumbuhan pada umumnya dibatasi oleh sifat toleransi dan adaptasi terhadap kondisi lingkungannya.
  3. "migrasi" berbagai flora setempat telah berlangsung sepanjang sejarah geologi, selama itu persebaran, pengangkutan dan penguasaan wilayah akan turut menentukan pola distribusi vegetasi.
  4. "Kelanjutan hidup" jenis vegetasi tertentu tergantung oleh proses migrasi dan evolusi. Dalam proses evolusi dan proses suksesi, berbagai perubahan kondisi lingkungan turut dalam perubahan komunitas vegetasi. Di mana dalam proses evolusi struktur komunitas distribusi vegetasi sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, proses mutasi dan seleksi alam.

Melalui penyesuaian diri selama proses evolusi terhadap kondisi iklim dan sifat edafik habitat, dalam proses evolusi tumbuhan di bumi akan terus berkembang sepanjang mencapai klimaks stabil dalam proses suksesi. Perubahan komunitas vegetasi berlangsung pada umumnya terjadi karena lingkungannya berubah.

 

Menurut Leon Croizat (dalam Misra, 1980), dalam skala ruang dan waktu yang berlangsung secara berulang kali dengan teratur, pola distribusi tumbuhan Angiospermae telah bermigrasi dari belahan bumi bagian selatan ke utara yang secara fitogeografis proses tersebut adalah sebagai bagian dari proses evolusi organis.
 

Dalam klasifikasi makhluk hidup, salah satu tingkat taksa yang sering digunakan dan dapat menjelaskan suatu karakteristik makhluk hidup secara umum adalah suku. Suku adalah suatu kategori klasifikasi organisme yang terdiri dari satu atau beberapa marga, yang terdiri atas populasi beberapa spesies makhluk hidup yang serupa atau mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat.
 

Secara global terdapat 2 kelas tumbuh-tumbuhan (Dicotyledoneae dan Monocotyledoneae) utama yang mempunyai jumlah jenis anggota yang terbesar, yaitu sekitar 250.000 spesies (Boled 1984). Pola distribusi sebagian besar tumbuhan dalam kelas tersebut pada umumnya dipengaruhi oleh habitat dan iklim.
 

Menurut Weis (1963), dalam konsep dinarnika fitogeografi pola distribusi vegetasi kelompok suku, diberi nama dan dikelompokkan sesuai dengan sifat toleransi dan adaptasi terhadap habitat dan iklim.
 

Kelompok tersebut adalah:
  • "Suku tumbuhan sub-kosmopolit dan sub-kosmopolit", contohnya adalah tumbuhan dari suku Compositae, Graminae, Ericaceae, Malvaceae alau Umbillifereae
  • "Suku tumbuhan wilayah tropis", contohnya adalah tumbuhan dari suku Araceae, Cucurbitaceae atau Melastomataceae
  • "Suku tumbuhan wilayah sub-tropis, (beriklim sedang)", contohnya adalah tumbuhan dari suku Aceraceae, Salicaceae atau Vacciniaceae.
  • "Suku tumbuhan "discontinue", contohnya adalah tumbuhan dari suku Bromeliace, Fagaceae, Magnoliaceae, atau Papaveraceae
  • "Suku tumbuhan "endemik" contohnya adalah tumbuhan dari suku Bixaceae, Cactaceae, atau Casuarinaceae.
  • "Suku tumbuhan "wilayah ekstrim" (misalnya habitat gurun), contohnya adalah tumbuhan dari suku Pedaliaceae.
Pola distribusi vegetasi seperti di atas, disebabkan oleh faktor-faktor yang bersifat alami dari kondisi lingkungan biotik dan abiotiknya yang saling berinteraksi, mengatur pola distribusi dan mempengaruhi komunitas vegetasinya dalam proses penyebaran vegetasi di bumi. Yang menjadi latar belakang pola-pola distribusi vegetasi di bumi, pada dasarnya ditentukan oleh karakteristik sebaran vegetasi, kemampuan bertoleransi dan beradaptasi vegetasi dalam proses evolusi.
 

Proses toleransi dan adaptasi dalam evolusi pulalah yang menentukan sebab dan akibat dari pola distribusi vegetasi di mana tumbuhan sebagai makhluk hidup secara relatif tumbuh di suatu tempat atau habitat tanpa mampu berpindah tempat.
 

Dalam hubungannya dengan hal tersebut, ternyata kemampuan toleransi dan adaptasi terhadap lingkungan setempat dari berbagai jenis, marga atau suku tumbuhan yang ada, perlu ditunjang oleh kemampuan menyebarkan biji atau mempunyai struktur alat reproduksi yang sesuai dengan persyaratan habitat dan iklim.
 

Dalam pola distribusi vegetasi di alam, salah satu hal penting yang dapat membatasi pola dan daya penyebaran komunitas tumbuhan adalah terdapatnya barrier, seperti gurun, pegunungan,gunung-gunung yang tinggi, lernbah atau laut. Barier akan membatasi suatu wilayah dengan wilayah lainnya disertai dengan lingkungan fisik, habitat atau iklim yang berbeda.
 

Tetapi sering terdapat sejurnlah jenis tumbuhan secara alamiah atau genetis mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada berbagai jenis habitat dengan kondisi iklim dan lingkungan yang berbeda sama sekali. Jenis tersebut pada umumnya secara genetis memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara potensial sehingga tumbuhan tersebut mempunyai pola distribusi yang bersifat kosmopolit melalui seleksi alam atau mutasi.
 

Dalam proses evolusi, skala waktu juga sering turut menunjang proses seleksi alam dan mutasi dalam antisipasi tumbuhan untuk beradaptasi terhadap lingkungannya. Dengan kemampuan adaptasi tersebut, pola distribusi vegetasi dari "spesies baru” biasanya mempunyai daya pemencaran spasial yang Iebih luas (Weis, 1963 ).
 

Pada ekosistem darat alau ekosistem perairan, secara global atau setempat, pola distribusi atau sebaran suatu organisrne secara fisiologis sangat dipengaruhi dan dibatasi oleh berbagai faktor ekologi, seperti faktor fisik atau faktor abiotik dari lingkungannya, seperti suhu, kelembaban, cahaya, pH, kualitas tanah, salinitas, atau kecepatan arus.
 

Secara ekologis faktor lingkungan yang paling kecil atau minimum (“hokum minimum Liebig") sering rnenjadi faktor pembatas yang akan berpengaruh terhadap keberadaan, kehidupan dan sebaran suatu organisme di alam. Selain itu sebaran jenisnya juga dikontrol oleh factor lingkungan yang paling minimum yang masih dapat ditolerir dan diadaptasi oleh jenis tersebut.
 

Secara geografis, distribusi atau sebaran spasial dan temporal tumbuh – tumbuhan dipengaruhi oleh berbagai faktor ekologis yang terdiri dari faktor lingkungan biotik dan abiotik. Faktor – factor berpengaruh tersebut biasanya tidak hanya terdiri dari satu faktor tetapi dapat lebih dari satu faktor, yang akan saling berinteraksi satu sama lain (Brewer, 1994; Stiling. 1996).
 

Beberapa jenis tumbuhan mungkin mempunyai sifat toleransi yang luas terhadap satu atau beberapa faktor ekologi, seperti kondisi lingkungan habitat. Tumbuhan yang demikian dinamakan tumbuhan ektopik (eurytopic), tetapi mungkin juga terdapat hanya satu jenis tumbuhan yang mempunyai toleransi yang sempit terhadap kondisi lingkungan tersebut, dinamakan jenis tumbuhan stenotopik (stenotopic). Sifat-sifat ektopik dan stenotopik sering dapat menjadikan suatu jenis tumbuhan dalam suatu komunitas vegetasi dapat bersifat cosmopolit atau endemik.
 

Sifat-sifat toleransi demikian dinamakan sebagai sifat toleransi dengan " rentang yang optimum", misalnya secara geografis karakteristik faktor tanah dengan rentang optimum tertentu, menjadi satu faktor ekologi paling penting yang mempengaruhi sebaran spasial berbagai jenis tumbuhan di bumi.
 

Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor ekologi merupakan salah satu factor utama yang turut mengontrol atau menentukan mengapa satu atau beberapa spesies tumbuhan atau hewan sebarannya bersifat endemik atau kosmopolit (Jenny, 1980). Karena tumbuh-tumbuhan bersifat menetap, tumbuhan endemik atau tumbuhan kosmopolit harus memiliki toleransi sebagai factor pembatas, yang sempit atau luas terutama terhadap kondisi faktor-faktor fisik di lingkungan setempat atau di seluruh permukaan bumi.
 

Faktor pembatas yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan, reproduksi dan distribusi tumbuhan menurut Brown dan Gibson (1983), antara lain adalah:

  • Jenis tumbuhan karena jenis tumbuhan setempat cenderung mempunyai reproduksi yang sesuai dengan kondisi setempat,
  • kepekaan dan sifat adaptasi tumbuhan terhadap spektrum cahaya,
  • preferensi tumbuhan terhadap sifat - sifat fisik tanah.
  • ada dan tidak adanya jenis tumbuhan tertentu yung berhubungan erat dengan kemampuannya menghadapi gangguan secara periodik "catastrophe", seperti pencemaran atau banjir,
  • interaksi-spesifik antara tumbuhan dengan tumbuhan atau antara tumbuhan dengan hewan.

b. Distribusi Vegetasi di Alam

Secara fitogeografis, Shukla dan Chandel (19%) rnenyatakan bahwa terdapat beberapa faktor ekologi yang berpengaruh terhadap distribusi tumbuhan. Faktor ekologi tersebut adalah:

  •   Faktor Sejarah Geografi dan Sebarannya
Suatu wilayah di bumi yang menjadi tempat asal tumbuhan pertama kali ada dinamakan pusat asal tumbuhan ("centre of origin"). Dalam skala evolusi dan geologi proses terbentuknya spesies biota cenderung berlangsung lama dan kontinyu. Dalam proses evolusi tersebut beberapa jenis tumbuhan lelah berdiferensiasi membentuk spesies baru dan dapat menjadi flora sekarang.

Dalam proses diferensiasi tersebul jenis tumbuhan purba biasanya berasal dari pusat "tumbuhan awal" di wilayah yang dinamakan pusat anal jenis masa lalu atau "centre of origin", yang kemudian akan berevolusi rnenjadi jenis tumbuhan masa kini. Sementara itu tumbuhan spesies baru mengalami perubahan selama evolusi, kemudian menjadi flora biasa kini yang berkembang dari flora purba yang berasal dari spesies yang berasal dari proses evolusi dari pusat tumbuhan baru ("recent of'origin"). Dalam proses evolusi beberapa spesies purba akan punah dan dapat ditemukan sekarang sebagai "tumbuhan fosil", sedangkan tumbuhan jenis lain yang lampu beradaptasi dan bertahan hidup cenderung akan menjadi tumbuhan palcoendemik atau mungkin menjadi tumbuhan kosmopolit.

 

Dalam evolusi proses deferensiasi terbentuknya jenis-jenis spesies baru pada umurnnya berkaitan dengan proses hibridisasi dan proses mutasi antara jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai kekerabatan yang dekat, serta proses seleksi alam dari populasi hibrid dan mutan.
 

Proses diferensiasi yaug berlangsung secara alamiah akan menghasilkan hibrid dan mutan dengan habitat dan amplitudo ekologi ("ecological amplitude") tertentu. Selain itu iklim juga memegang peranan penting dalam membentuk asal spesies baru ("origin of new species").

  • Faktor Migrasi
Jenis tumbuhan baru yang berhasiil dalam proses evolusi, kemudian mungkin akan bermigrasi pada habitat baru. Di habitatnya spesies baru tersebut akan tumbuh, berkembang dan beradaptasi pada kondisi lingkungan setempat tanpa mengalami perubahan karakteristik jenis / mengalami perubahan sebagai jenis baru dan melangsungkan persebaran dan pemencaran nya, yang berlangsung bersamaan dengan proses evolusmya sendiri.
 

Persebaran ("dispersal") atau pemencaran bibit dan biji dilakukan oleh berbagai agen , seperti angin, air, serangga, burung atau hewan lainnya termasuk manusia. Dalam migrasi, proses dispersal akan dilanjutkan dengan proses "ekesis", yaitu proses berkecambah, tumbuh dan beradaptasi, berkembang biak dan menetap di habitatnya yang baru. Proses migrasi dapat terhalang bahkan berhenti oleh sebab tertentu karena terdapatnya barier. Barier dapat terdiri dari barier ekologi, barier lingkungan dan barier geografi. Misalnya iklim adalah ekologi yang berperan penting dalam proses sebaran tumbuhan dan pembentukan spesies baru. Barier lingkungan dapat terdiri dari faktor biotik (misalnya burung) yang dapat berperan sebagai agen pemencaran, sedangkan barier geografi biasanya terdiri dari topografi dan fisiografi habitai seperti gurun, atau laut yang dapat menjadi penghalang tumbuhan untuk berpencar.

  •   Amplitudo Ekologi
Kondisi lingkungan tdak saja mempengaruhi kehidupan,pertumbuhan dan perkembangan vegetasi di suatu wilayah, tetapi kehidupan, migrasi dan sebaran vegetasi tersebut juga ditentukan oleh "amplitudo ekologi" wilayah tersebut berupa:

1. ada atau tidaknya kehadiran jenis tumbuhan
2. kekuatan dan kelemahan jenis tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang
3. keberhasilan dan kcgagalan dari vegetasi dalam bermigrasi

 

Setiap jenis tumbuhan dalam suatu komunitas biotik pada dasarnya mempunyai rentang toleransi terhadap amplitude ekologi berupa kondisi faktor lingkungan fisik dan biotik tertentu. Sehingga adanya atau terdapatnya satu spesies di suatu habitat akan menunjukkan bahwa kondisi lingkugannya sesuai dengan amplitude ekologj spesies tersebut.
 

Secara spasial amplitude ekologi suatu spesies tumbuhan akan ditentukan dan dipengaruhi oleh perangkat genetik ("genetic set up'"} dari jenis tersebut. Perangkat genetik adlah suatu perangkat sifat-sifat menurun yang tcrsusun dari rangkaian DNA yang mempunyai karakteristik dan respon yang spesifik terhadap kondisi lingkungan ( amplitude ekologi tertentu).
 

Spesies tumbuhan yang berbeda-beda akan mempunyai amplitude ekologi yang berbeda pula.. Tctapi satu jenis atau satu marga tumbuhan yang mempunyai sebaran ekologi yang sama atau serupa, mungkin terdapat pada wilayah geografi yang berbeda. Contohnya tumbuhan conifer yang terdapat di wilayah beriklim sejuk di sekitar lingkaran kutub, dapat pula tumbuh di wilayah "zona-alpin" di daerah pegunungan wilayah tropis dan sub-tropis.
Faktor amplitudo ekologi suatu jenis tumbuhan sering dipengaruhi perubahan waktu(temporal), yang dapat menentukan dan mempengaruhi distribusi vegetasinya. contohnya adalah tumbuhan yang reproduksinya berlangsung secara generatif (seksual), proses hibridisasi antara jenis tumbuhan yang sejenis akan menghasilkan keturunan yang secara genetik sama.tetapi karena terjadi pcrubahan kondisi lingkungannya, tumbuhan tersebut harus beradaptasi sesuai dcngan lingkungannya dan amplitude ekologinya yang baru dengan perangkat genetik baru pula sebagai hasil seleksi alam atau mutasi.
 

Perangkat genetik sebagai hasil adaptasi pada kondisi lingkungan yang baru akan menyertai perubahan genotip atau proses mutasi dari jenis tersebut. Jenis-jems atau populasi tumbuhan terscbut dinamakan ''tumbuhan ekotip". Contohnya adalah tumbuhan Euphorbia thymifolia ,yang tumbuh pada bermacam-macan habibat. Terdapat hasil mutasi atau variasi jenis tumbuhan tersebut yang mempunyai 2 ekotip, yaitu ekotip yang menyukai habitat berkapur, thymifolia var. calcicola dan ekotip yang tidak menyukai habitat tanah berkapur adalah E. thymifolia var. calcifuga (Vickery, 1984; Shukla dan Chandel, 1996).

Tanaman Hortikultura

Tanaman Hortikultura adalah tanaman yang awalnya dibudidayakan dikebun atau pekarangan rumah. Sekarang, tanaman ini tidak hanya ditanam di pekarangan atau kebun di rumah, tetapi sudah dilakukan pada skala yang besar, pada perkebunan-perkebunan yang luas.

Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus (tanaman kebun) dan cultura (budidaya), sehingga dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Sekarang istilah hortikultura lebih banyak digunakan pada jenis tanaman yang dapat dibudidayakan. Sedangkan lingkup kerja bidang hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, pengelolaan hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi. Hortikultura kemudian berkembang menjadi salah satu metode budidaya pertanian modern.

Hortikultura merupakan cabang dari agronomi. Berikut adalah jenis-jenis tanaman hortikultura
  • Tanaman buah (Pomologi / Frutikultura),  contoh : manggis, durian, mangga, jeruk, apel
  • Tanaman bunga (florikultura), contoh : melati, mawar, anggrek, anyelir, krisan
  • Tanaman sayuran (olerikultura),  contoh : bunga kol,selada, wortel, tomat, bayam
  • Tanaman obat-obatan (biofarmaka), contoh : kunyit, kencur, rosela, pegagan, kumis kucing
  • Taman (lansekap).
enis-jenis Tanaman Hortikultur:
  • Pomologi / Frutikultur (tanaman buah): Manggis, Mangga, Apel, Durian
  • Florikultura (tanaman bunga): Melati, Mawar, Krisan, Anyelir, Begonia, Bugenvil, dll
  • Olerikultura (tanaman sayur): Tomat, Selada, Bayam, Wortel, Kentang, 
  • Biofarmaka (tanman obat): Rosela, Kunyit, Kumis kucing, Pegagan dll
- See more at: http://mancinginfo.blogspot.com/2012/12/jenis-jenis-tanaman-horikultura.html#sthash.81Rv52Ui.dpuf
enis-jenis Tanaman Hortikultur:
  • Pomologi / Frutikultur (tanaman buah): Manggis, Mangga, Apel, Durian
  • Florikultura (tanaman bunga): Melati, Mawar, Krisan, Anyelir, Begonia, Bugenvil, dll
  • Olerikultura (tanaman sayur): Tomat, Selada, Bayam, Wortel, Kentang, 
  • Biofarmaka (tanman obat): Rosela, Kunyit, Kumis kucing, Pegagan dll
- See more at: http://mancinginfo.blogspot.com/2012/12/jenis-jenis-tanaman-horikultura.html#sthash.81Rv52Ui.dpuf
Pada perkembangannya, tanaman hortikultur menjadi tanaman budidaya di perkebunan skala besar. Namun intinya tanaman tersebut layak untuk di budidayakan di kebun pekarangan rumah. Tanaman atau buahnya bisa memberi manfaat langsung kepada orang yang membudidayakan. 

Misalkan tanaman sayur, walaupun ini adalah tanaman yang di budidayakan di ladang, namun ketika di taman di pekarangan buahnya juga bisa langsung dimanfaatkan, itu adalah prinsip tanaman hortikultur.
- See more at: http://mancinginfo.blogspot.com/2012/12/jenis-jenis-tanaman-horikultura.html#sthash.1HH4elyo.dpuf
Meski pada perkembangannya, tanaman hortikultura dikembangkan dalam skala besar, namun intinya tanaman itu bisa dikembangkan dan dibudidayakan di pekarangan rumah dan hasilnya dapat dimanfaatkan secara langsung oleh yang membudidayakannya. Ini adalah prinsip tanaman hortikultura. 

Tanaman kakao dan cengkeh meski pada beberapa tempat juga di tanam di pekarangan rumah, tetapi tanaman ini tidak termasuk dalam tanaman hortikultura, karena untuk dapat memanfaatkannya, tanaman ini masih membutuhkan proses lagi. Tanaman kakao dan cengkeh ini digolongkan menjadi tanaman industri.
tanaman kakao dan cengkeh di pekarangan. Meskipun ada yang menanam di pekarangan, namun tanaman tersebut bukan dalam kategori Hortikultur, karena perlu proses lagi untuk bisa dimanfaatkan. Kakao dan  cengkeh adalah kategori tanaman industri.  - See more at: http://mancinginfo.blogspot.com/2012/12/jenis-jenis-tanaman-horikultura.html#sthash.1HH4elyo.dpuf

Ditinjau dari fungsinya, tanaman hortikultura dapat memenuhi kebutuhan jasmani sebagai sumber vitamin, mineral dan protein (dari buah dan sayur) serta memenuhi kebutuhan rohani, karena dapat memberikan rasa tenteram, ketenangan hidup dan estetika (dari tanaman hias/bunga).

Bagi pemerintah dan masyarakat tanaman hortikultura juga memiliki peran untuk 
a) memperbaiki gizi masyarakat, 
b) memperbesar devisa negara, 
c) memperluas kesempatan kerja, 
d) meningkatkan pendapatan petani 
e) pemenuhan kebutuhan keindahan dan kelestarian lingkungan.  

Tanaman hortikultura memiliki sifat khas yaitu : 
a) tidak dapat disimpan lama, 
b) perlu tempat lapang (voluminous), 
c) mudah rusak (perishable) dalam pengangkutan, 
d) melimpah/meruah pada suatu musim dan langka pada musim yang lain 
e) fluktuasi harganya tajam.

Orang yang menekuni bidang hortikultura dengan profesional disebut sebagai hortikulturis

Tuesday 12 November 2013

Perbedaan Monyet dan Kera

Walaupun sama-sama termasuk ke dalam Ordo Primata, monyet dan kera memiliki perbedaan. Jutaan tahun yang lalu, nenek moyang kedua jenis hewan ini identik, namun evolusi yang berlangsung jutaan tahun telah menimbulkan pemisahan. Monyet dan kera terpisah, baik secara fisik maupun secara evolusioner, dengan faktor-faktor pembeda yang tampak jelas di antara keduanya.

Primata dibagi menjadi dua kelompok yaitu prosimian dan antropoid. Kelompok prosimian, yang dianggap sebagai kelompok yang lebih primitif, terdiri dari lemur dan tarsier. Sementara antropoid dibagi lagi menjadi tiga kelompok, yakni monyet, kera, dan hominid, termasuk manusia. 

Kera
Kera (apes) berasal dari super-famili Hominoidea yang dibagi menjadi 5 genus yaitu Homo (manusia), Pan (simpanse), Gorrila (gorila), Pongo (pongo), dan Hylobates (gibbon). Sedangkan untuk monyet termasuk dalam superfamili Cercopithecidae.

Subkelompok monyet berisi lebih dari 200 spesies monyet yang berbeda, termasuk di antaranya adalah baboon, tamarin, macaques, dan capuchins. Monyet juga dibagi berdasarkan kelompok geografis dimana Monyet Dunia Lama hidup di Afrika dan Asia dan Monyet Dunia Baru hidup di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Kera juga dikelompok-kelompokkan, hanya saja pembagiannya didasarkan pada ukuran mereka. Gorila, simpanse, bonobos, dan orangutan disebut “kera besar” karena ukuran tubuh mereka yang besar, sedangkan gibbon dan siamang seringkali disebut sebagai “kera kecil”.

Monyet
Meski monyet dan kera memiliki beberapa tampilan fisik yang sama (semisal mata yang menghadap ke depan dan lengan yang fleksibel), ada beberapa perbedaan fisik di antara kedua kelompok ini. Tidak seperti monyet, tidak ada satu pun dari spesies kera yang memiliki ekor. Monyet lebih banyak hidup di pepohonan dibandingkan kera dan mereka menggunakan ekor mereka layaknya tangan kelima. Monyet umumnya berjalan dengan keempat kakinya dan tidak terbiasa bergelantungan. Selain itu, monyet tidak memiliki kemampuan menggunakan tangan mereka untuk berayun di dahan-dahan, sedangkan kera aktif menggunakan tangannya untuk bergelantungan di pepohonan. Adanya ekor membuat para monyet lebih cocok tinggal di puncak-puncak pohon, sedangkan kera tampaknya berkembang agar bisa hidup secara nyaman di atas tanah atau di bagian pohon yang lebih rendah dan berjalan dengan kedua kakinya.

Kecuali gibbon, ukuran kera umumnya lebih besar dibanding monyet. Kera memiliki punggung yang lebar dan tangan yang lebih panjang dibandingkan kaki mereka. Sebagian besar monyet tampaknya memiliki dada yang lebih panjang, dan panjang lengan yang sama atau lebih pendek dari kaki mereka. Monyet memiliki usia hidup yang lebih pendek dibanding kera. Kera dapat hidup hingga 50 tahun, sedangkan monyet rata-rata hanya mencapai usia 25 tahun.

Monyet
Perbedaan terbesar di antara monyet dan kera diyakini terletak pada tingkat kecerdasan mereka. Monyet lebih mirip dengan promisian primitif dalam hal kapasitas dan kemampuan otak mereka. Kera lebih mendekati kerabatnya yaitu manusia, mereka mampu mempelajari bentuk-bentuk bahasa isyarat, menggunakan peralatan, dan memperlihatkan adanya kemampuan memecahkan masalah. Diyakini bahwa kera, khususnya simpanse, gorila, dan orangutan, lebih banyak miripnya dengan manusia dibandingkan dengan monyet. Beberapa spesies kera memiliki kemiripan genetika hingga 98% dengan manusia, sementara monyet kurang dari itu.

Monyet dan Kera juga memiliki perbedaan dalam tingkah lakunya. Perbedaan tingkah laku antara kera dan monyet dapat diakibatkan karena perbedaan volume otak. Volume otak pada kera lebih besar dibandingkan monyet sehingga kera dapat menggunakan alat-alat untuk berburu. Berbeda dengan monyet yang tidak dapat menggunakan alat-alat khusus untuk mendapatkan makanan. Habitat kera di alamnya yang bersifat terestrial-semi terestrial, berbeda dengan monyet yang bersifat arbotrial (tinggal di pohon). Kera juga lebih tergantung pada penglihatan dibandingkan penciumananya, oleh karena itu hidung kera lebih pendek dibandingkan monyet.

Friday 8 November 2013

Pengembangan SDM

Sumber daya manusia (SDM) didefinisikan sebagai keseluruhan orang dalam organisasi yang memberikan kontribusi terhadap jalannya organisasi. Sebagai sumber daya utama organisasi, perhatian penuh terhadap sumber daya manusia harus diberikan, terutama dalam kondisi lingkungan yang serba tidak pasti. Selain itu perlu diperhatikan pula bahwa penempatan pegawai yang tepat tidak selalu menyebabkan keberhasilan. Kondisi lingkungan yang cenderung berubah dan perencanaan karir dalam organisasi mengharuskan organisasi terus-menerus melakukan penyesuaian, dan pengembangan SDMnya.

Pengembangan sumber daya manusia meliputi aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada pembelajaran organisasi maupun individual, tentang pegetahuan, kemampuan dan ketrampilan yang sengaja dilakukan, guna merubah perilaku organisasi dan anggotanya, sehingga sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang diharapkan. Jadi ciri utama pengembangan sumber daya manusia adalah aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada perubahan perilaku.

A. Pengertian Pengembangan SDM

Berikut adalah pernyataan dari beberapa ahli tentang pengertian Pengembangan SDM:

Armstrong (1997:507) menyatakan sebagai berikut: “Pengembangan sumber daya manusia berkaitan dengan tersedianya kesempatan dan pengembangan belajar, membuat program-program training yang meliputi perencanaan, penyelenggaraan, dan evaluasi atas program-program tersebut”.

McLagan dan Suhadolnik (Wilson, 1999:10) mengatakan: “HRD is the integrated use of training and development, career development, and organisation development to improve individual and organisational effectiveness”. (Terjemahan bebas: Pengembangan SDM adalah pemanfaatan pelatihan dan pengembangan, pengembangan karir, dan pengembangan organisasi, yang terintegrasi antara satu dengan yang lain, untuk meningkatkan efektivitas individual dan organisasi).

Definisi senada dikemukakan oleh Mondy and Noe (1990:270) sebagai berikut: “Human resorce development is a planned, continuous effort by management to improve employee competency levels and organizational performance through training, education, and development programs” (Terjemahan bebas: Pengembangan SDM adalah suatu usaha yang terencana dan berkelanjutan yang dilakukan oleh organisasi dalam meningkatkan kompetensi pegawai dan kinerja organisasi melalui program-program pelatihan, pendidikan, dan pengembangan).

Sedangkan Harris and DeSimone (1999:2) mengatakan sebagai berikut: “Human resource development can be defined as a set of systematic and planned activities designed by an organization to provide its members with necessary skills to meet current and future job demands”. (Terjemahan bebas: Pengembangan SDM dapat didefinisikan sebagai seperangkat aktivitas yang sistematis dan terencana yang dirancang oleh organisasi dalam memfasilitasi para pegawainya dengan kecakapan yang dibutuhkan untuk memenuhi tuntutan pekerjaan, baik pada saat ini maupun masa yang akan datang).

Sementara itu, Stewart dan McGoldrick (1996:1) mengatakan: “Human resource development encompasses activities and processes which are intended to have impact on organisational and individual learning”. (Terjemahan bebas: Pengembangan SDM meliputi berbagai kegiatan dan proses yang diarahkan pada terjadinya dampak pembelajaran, baik bagi organisasi maupun bagi individu).

Dari beberapa pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa Pengembangan SDM adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh organisasi dalam memfasilitasi karyawannya agar memiliki pengetahuan, keahlian, dan/atau sikap yang dibutuhkan dalam menangani pekerjaan saat ini atau yang akan datang. Aktivitas yang dimaksud, tidak hanya pada aspek pendidikan dan pelatihan saja, akan tetapi menyangkut aspek karir dan pengembangan organisasi. Dengan kata lain, PSDM berkaitan erat dengan upaya meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan/atau sikap anggota organisasi serta penyediaan jalur karir yang didukung oleh fleksibilitas organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.

Mengingat tujuan Pengembangan SDM berkaitan erat dengan tujuan organisasi, maka program-program yang dirancang harus selalu berkaitan erat dengan berbagai perubahan yang melingkupi organisasi, termasuk kemungkinan adanya perubahan-perubahan dalam hal pekerjaan serta yang lebih penting berkaitan erat dengan rencana strategis organisasi, sehingga sumber-sumber daya organisasi yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

Walaupun telah disadari bahwa mengelola sumber daya manusia merupakan hal yang vital dalam organisasi, namun pelaksanakannya sering kali tidaklah mudah. Kadang-kadang para manajer dalam organisasi bingung untuk memulai langkah awal dalam pengembangan sumber daya manusia. Megginson (1993:14) membuat beberapa pertanyaan sebagai awal pemikiran tentang pengembangan sumber daya manusia sebagai berikut:
  • Perubahan (dalam hal keahlian dan kemampuan) apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja/prestasi kerja seseorang?
  • Kekurangan apa yang secara jelas teridentifikasi dalam kaitannya dengan kinerja yang perlu segera ditangani?
  • Perubahan apa yang berkaitan dengan teknologi, proses produksi, dan kultur organisasi bagi para karyawan yang belajar sesuatu yang hal baru?
  • Kesempatan apa yang saat ini tersedia bagi para karyawan untuk mendapatkan keahlian yang baru?
  • Siapa yang bertanggung jawab dalam organisasi terhadap tersedianya kesempatan belajar yang tepat?
  • Perubahan perilaku apa yang secara umum harus dilakukan oleh staff untuk dapat meningkatkan kinerja mereka dan juga mendukung peningkatan kinerja yang lain?
  • Hal apa yang tidak berjalan dengan semestinya dan kesalahan apa yang telah kita lakukan?
  • Apa yang kita dapatkan dari pengalaman kita dalam pendidikan dan pelatihan yang terdahulu?
B. Tujuan Pengembangan SDM

Secara umum tujuan pengembangan sumber daya manusia adalah untuk memastikan bahwa organisasi mempunyai orang-orang yang berkualitas untuk mencapai tujuan organisasi untuk meningkatkan kinerja dan pertumbuhan (Armstong, 1997:507).

Tujuan tersebut di atas dapat dicapai dengan memastikan bahwa setiap orang dalam organisasi mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam mencapai tingkat kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Selain itu perlu pula diperhatikan bahwa dalam upaya pengembangan sumber daya manusia ini, kinerja individual dan kelompok adalah subjek untuk peningkatan yang berkelanjutan dan bahwa orang-orang dalam organisasi dikembangkan dalam cara yang sesuai untuk memaksimalkan potensi serta promosi mereka.

Secara rinci tujuan pengembangan SDM dapat diuraikan sebagai berikut:
  • Meningkatkan produktivitas kerja
Program pengembangan yang dirancang dengan baik akan membantu meningkatkan produktivitas, kualitas, dan kuantitas kerja karyawan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya technical skill, human skill, dan managerial skill karyawan yang bersangkutan.
  • Mencapai efisiensi
Efisiensi sumber-sumber daya organisasi akan terjaga apabila program pengembangan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan. Dengan kata lain pemborosan dapat ditekan, karena biaya produksi kecil dan pada akhirnya daya saing organisasi dapat meningkat.
  • Meminimalisir kerusakan
Dengan program pengembangan yang baik, maka tingkat kerusakan barang/produksi dan mesin-mesin dapat diminimalisir karena para karyawan akan semakin terampil dalam melaksanakan tugasnya.
  • Mengurangi kecelakaan
Dengan meningkatnya keahlian/kecakapan karyawan dalam melaksanakan tugas, maka tingkat kecelakanaan pun dapat diminimalisir.
  • Meningkatkan pelayanan
Pelayanan merupakan salah satu nilai jual organisasi/perusahaan. Oleh karena itu, salah satu tujuan pengembangan sdm adalah meningkatkan kemampuan karyawan dalam memberikan layanan kepada konsumen.
  • Memelihara moral karyawan
Moral karyawan diharapkan akan lebih baik, karena dengan diberikannya kesempatan kepada karyawan untuk mengikuti program pengembangan karyawan, maka pengetahuan dan keterampilannya diharapkan sesuai dengan pekerjaannya, sehingga antusiasme karyawan untuk menyelesaikan pekerjaan akan meningkat.
  • Meningkatan peluang karier
Karena pada umumnya promosi didasarkan pada kemampuan dan keterampilan karyawan, maka kesempatan karyawan yang telah mengikuti program pengembangan untuk meningkatkan karier akan semakin terbuka karena keahlian dan kemampuannya menjadi lebih baik.
  • Meningkatkan kemampuan konseptual
Pengembangan ditujukan pula untuk meningkatkan kemampuan konseptual seorang karyawan. Dengan kemampuan yang meningkat, maka diharapkan pengambilan keputusan atas suatu persoalan akan menjadi lebih mudah dan akurat.
  • Meningkatkan kepemimpinan
Human relation adalah salah satu aspek yang menjadi perhatian dalam program pengembangan. Dengan meningkatnya kemampuan human relation, maka diharapkan hubungan baik ke atas, ke bawah, maupun ke samping akan lebih mudah dilaksanakan.
  • Peningkatan balas jasa
Prestasi kerja karyawan yang telah mengikuti program pengembangan diharapkan akan lebih baik. Seiring dengan meningkatnya prestasi kerja karyawan, maka balas jasa atas prestasinya pun akan semakin baik pula.
  • Peningkatan pelayanan kepada konsumen
Diharapkan dengan pengembangan SDM ini, karyawan akan semakin mengenal dan memahami:
a.      Seluk-beluk pelaksanaan pekerjaan lebih mendalam.
b.      Perkembangan perusahaan
c.      Sasaran yang akan dicapai perusahaan
d.      Perlunya kerja sama dalam melaksanakn pekerjaan
e.      Informasi yang disampaikan perusahaan
f.       Kesulitan-kesulitan yang dihadapi perusahaan
g.      Hubungan perusahaan dengan lingkungannya
h.      Kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku dalam perusahaan
i.       Sistem dan prosedur yang digunakan dalam pelaksanaan tugas perusahaan
j.       Perilaku karyawan yang mendukung dan dituntut oleh perusahaan

Dengan meningkatnya pengenalan, pemahaman dan kemampuan karyawan, baik konseptual, maupun teknikal, maka upaya pemberian pelayanan kepada konsumen pun akan berjalan lebih baik. Dengan demikian diharapkan kepuasan konsumen seagai pemakai barang/jasa akan terpenuhi.

C. Proses Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pada hakekatnya pengembangan sumber daya manusia diarahkan untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di sekitar organisasi. Namun sebelum proses pengembangan sumber daya manusia ini dilaksanakan, maka ada dua pertanyaan pokok yang harus dijawab, yaitu:
  • Apakah kebutuhan pelatihan kita?
  • Apa yang ingin kita capai melalui upaya pengembangan sumber daya manusia?
Setelah menentukan tujuan proses pengembangan sumber daya manusia, maka manajemen dapat menentukan metode-metode yang cocok dan media yang tepat untuk memenuhi tujuan yang telah ditentukan tersebut. Pada dasarnya banyak sekali metode dan media yang dapat digunakan, namun dalam prakteknya, pemilihan metode tersebut tergantung pada tujuan pengembangan sumber daya manusia. Secara umum, pengembangan sumber daya manusia harus selalu dievaluasi secara terus-menerus dalam rangka memfasilitasi perubahan dan memenuhi tujuan organisasi.

Dalam bentuk bagan, proses/tahap pengembangan sumber daya manusia dapat digambarkan sebagai berikut:

Menentukan Kebutuhan

Seperti tergambar dalam bagan, bahwa langkah pertama dalam proses pengembangan sumber daya manusia adalah analisis kebutuhan Pengembangan SDM, yang menurut Werther and Davis (1996:286): “Needs assesments diagnoses current problems and future challenges to be met through training and development”. Secara bebas dapat diterjemahkan sebagai berikut: Analisis kebutuhan yaitu suatu proses mendiagnosa masalah-masalah yang terjadi pada saat ini dan tantangan masa depan yang akan diantisipasi melalui pelatihan dan pengembangan. 

Penentuan kebutuhan ini bukan karena organisasi/perusahaan lain melakukan hal yang sama, akan tetapi harus benar-benar dilandasi kebutuhan organisasi. Atau dengan kata lain prinsip pertama yang harus dipenuhi adalah mengetahui apa yang dibutuhkan. Analisis kebutuhan (needs assessment) adalah suatu penentuan kebutuhan pelatihan yang sistematis yang terdiri dari tiga jenis analisis. Analisis-analisis tersebut diperlukan dalam menentukan tujuan pelatihan. Ketiga analisis tersebut adalah analisis organisasional (organisational analysis), analisis pekerjaan (job analysis), dan analisis individual (individual analysis).

Analisis organisasional adalah suatu analisis yang berusaha untuk menjawab pertanyaan mengenai dimana tempat atau bagian mana dari organisasi yang paling membutuhkan pelatihan dan faktor-faktor apa yang mungkin mempengaruhi pelatihan. Dengan kata lain analisa organisasional berarti melihat keseluruhan organisasi dalam menentukan dimana program-program pelatihan, pendidikan, dan pengembangan akan diselenggarakan. Dalam analisa ini, tujuan-tujuan strategis organisasi juga rencana-rencana organisasi, perlu dipertimbangkan dengan seksama. Biasanya analisa ini juga dipikirkan pada waktu proses perencanaan sumber daya manusia. Untuk melakukan analisis organisasional, organisasi harus memperhatikan tujuan-tujuan organisasi, inventarisasi karyawan, dan lingkungan organisasi. Selain itu perkiraan suplai karyawan dan gap yang ada perlu mendapat perhatian.

Analisis pekerjaan adalah suatu analisis yang mencoba menjawab mengenai apa yang seharusnya dilatihkan sehingga karyawan tersebut dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Dalam melakukan analisis pekerjaan, uraian pekerjaan – yang menggambarkan pekerjaan yang harus dilakukan - dan deskripsi jabatan – yang menggambarkan kompetensi yang yang harus dimiliki dalam melakukan suatu pekerjaan - harus menjadi perhatian. Namun demikian, jika ternyata uraian pekerjaan yang ada tidak cukup sebagai sumber informasi, bila perlu diadakan wawancara terhadap para manajer dan para karyawan non-manajer (operasional) untuk mendapat saran/masukan yang diinginkan sehubungan dengan rencana penyelenggaraan program pengembangan karyawan.

Analisis individual adalah suatu analisis yang mencoba menjawab mengenai siapa yang memerlukan pelatihan dan jenis pelatihan apa yang dibutuhkan oleh para karyawan tersebut. Dengan kata lain analisa individual memfokuskan diri pada karyawan yang akan diikutsertakan dalam program pengembangan karyawan. Analisa ini berkaitan dengan dua pertanyaan pokok sebagai berikut:
  • Siapa yang perlu diikutsertakan dalam program pengembangan?
  • Jenis pengembangan karyawan apa yang dibutuhkan?
Untuk menjawab pertanyaan pertama, maka cara sederhana dengan membandingkan kinerja karyawan dengan standar yang telah ditentukan dapat digunakan. Apabila hasil perbandingan menunjukkan tidak ada gap antara standar dengan kinerja, maka program pengembangan tidak dibutuhkan. Jika ternyata kinerja pegawai di bawah standar yang diinginkan, maka upaya lebih lanjut untuk mengetahui penyebabnya perlu dilakukan.

Selain cara tersebut di atas, bermain peran, dan pusat pelatihan dapat juga digunakan dalam mengadakan analisa individual. Hasil program perencanaan karir juga dapat digunakan sebagaimana pusat pelatihan.

Menetapkan Tujuan

Penentuan tujuan yang jelas merupakan hal yang sangat perlu untuk diindahkan. Tanpa tujuan yang jelas, maka upaya mendesain program-program pelatihan dan pengembangan merupakan suatu hal yang sulit. Selain itu adanya tujuan yang jelas akan mempermudah dalam hal pengukuran hasil yang diharapkan sekaligus mengukur keberhasilan suatu program pengembangan.

Contoh tujuan adalah sebagai berikut:
  • Setelah mengikuti pelatihan “Excellent Service”, seorang Customer Service dapat menyelesaikan formulir permohonan pengajuan kredit dalam waktu 10 menit setelah semua informasi diterima dari pemohon kredit.
  • Setelah mengikuti pelatihan LAKIP, peserta pelatihan dapat menyusun LAKIP sesuai format yang telah ditentukan.
Cara Mengembangkan Pengetahuan Karyawan 
 
Cara mengembangkan pengetahuan karyawan dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :
a.     Banyak membaca buku, majalah dan surat kabar
b.     Banyak mendengar ceramah-ceramah, siaran radio
c.     Sering mengikuti rapat, diskusi, seminar
d.     Terlibat secara aktif dalam acara-acara yang dilaksanakan perusahaan
e.     Mengikuti pendidikan yang lebih tinggi
f.      Sering melakukan komunikasi dengan rekan sekerja