Thursday, 9 June 2011

Cacing Tambang


Cacing tambang adalah cacing parasit (nematoda) yang hidup pada usus halus inangnya, manusia. Disebut cacing tambang karena dahulunya banyak ditemukan pada buruh tambang di Eropa. Ada dua spesies cacing tambang yang biasa menyerang manusia, yaitu Ancylostoma duodenale dan Necator americanusKedua jenis cacing ini banyak menginfeksi orang-orang di sekitar pertambangan dan perkebunan.

Sekitar seperempat penduduk dunia terinfeksi oleh cacing tambang. Infeksi paling sering ditemukan di daerah yang hangat dan lembab, dengan tingkat kebersihan yang buruk.
Necator americanus banyak ditemukan di Amerika, Sub-Sahara Afrika, Asia Tenggara, China, dan Indonesia. Sedangkan A. duodenale lebih banyak di Timur Tengah, Afrika Utara, India, dan Eropa bagian selatan.

Di Indonesia, insiden akibat cacing tambang tinggi pada daerah pedesaan, terutama perkebunan. Infeksi cacing ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat desa yang BAB di tanah dan pemakaian feces sebagai pupuk. Selain lewat kaki, cacing tambang juga bisa masuk ke tubuh manusia melalui makanan yang masuk ke mulut.

Tubuh Necator americanus mirip huruf S. Panjang cacing betina kurang lebih 1 cm. Setiap satu cacing dapat bertelur 9000 ekor per hari. Sementara itu panjang cacing jantan kurang lebih 0,8 cm. Ancylostoma duodenale lebih mirip dengan huruf C. Setiap ekor Ancylostoma duodenale dapat menghasilkan 28.000 telur per hari.

Telur cacing tambang keluar bersamaan dengan feces. Dalam waktu 1-1,5 hari, telur akan menetas menjadi larva, yang disebut larva rhabditiform. Tiga hari kemudian larva berubah lagi menjadi larva filarifom, bentuk infektif dari cacing tambang, dimana larva ini dapat menembus kulit kaki dan masuk ke dalam tubuh manusia.

Di tubuh manusia, cacing tambang bergerak mengikuti aliran darah, menuju jantung, paru-paru, tenggorokan, kemudian tertelan dan masuk ke dalam usus. Di dalam usus, larva menjadi cacing dewasa yang siap menghisap darah. Setiap ekor cacing N. americanus akan menghilangkan 0,005-1 cc darah per hari sedangkan setiap ekor cacing A. duodenale akan menyebabkan manusia kehilangan 0,08-0,34 cc per hari. Oleh karena itulah, cacing tambang menjadi berbahaya karena dapat menyebabkan anemia pada manusia.

Adapun daur hidup dari cacing ini adalah Usus manusia – cacing – telur keluar bersama feses – tempat becek – menetas – hidup lama – menempel pada kaki manusia – menembus kaki – aliran darah – jantung – paru-paru – kerongkongan – tertelan – usus manusia – cacing dewasa.

Cara Penularan

Cara penularan penyakit cacing tambang adalah melalui larva cacing yang terdapat di tanah yang menembus kulit (biasanya diantara jari-jari kaki), cacing ini akan berpindah ke paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk saluran cerna.

Gejala

Ruam yang menonjol dan terasa gatal (ground itch) bisa muncul di tempat masuknya larva pada kulit. Pusing, nyeri kepala, gangguan pencernaan berupa mual, muntah, diare dan nyeri ulu hati. Demam, batuk dan bunyi nafas mengi (bengek) bisa terjadi akibat berpindahnya larva melalui paru-paru. Cacing dewasa seringkali menyebabkan nyeri di perut bagian atas.  Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa terjadi akibat perdarahan usus. Kehilangan darah yang berat dan berlangsung lama, bisa menyebabkan pertumbuhan yang lambat, gagal jantung dan pembengkakan jaringan yang meluas pada anak-anak.

Diagnosa

Jika timbul gejala, maka pada pemeriksaan tinja penderita akan ditemukan telur cacing tambang. Jika dalam beberapa jam tinja dibiarkan dahulu, maka telur akan mengeram dan menetaskan larva.

Pengobatan

Prioritas utama adalah memperbaiki anemia dengan cara memberikan tambahan zat besi per-oral atau suntikan zat besi.  Pada kasus yang berat mungkin perlu dilakukan transfusi darah.

Jika kondisi penderita stabil, diberikan obat pirantel pamoat atau mebendazol selama 1-3 hari untuk membunuh cacing tambang. Obat ini tidak boleh diberikan kepada wanita hamil karena bisa membahayakan janin yang dikandungnya.

Berikut beberapa ramuan herba memberantas cacing tambang :
  • Ketumbar 1/2 sdt teh, daun trembuku 1/4 genggam, mungsi arap 1/2 sdt, kulit akar delima putih 2 jari, biji adas 1/2 sdt, biji labu merah 40 biji, gula enau 3 jari. Ramuan ini direbus dengan air 2 gelas dan didihkan selama 5 menit. Suam-suam kuku disaring lalu diminum 1 x sehari.
  • Getah kayu santan 15 tetes, diseduh dengan air matang 1/2 gelas dan madu 2 sdm. Suam-suam kuku diminum 1 x sehari menjelang tidur pada malam hari.
  • Biji pinang 1/2 biji, digiling halus dan diseduh dengan air panas 1 gelas dan madu 1 sdm. Suam-suam kuku diminum 1 x sehari pada malam hari menjelang tidur.

No comments:

Post a Comment