Friday, 20 September 2013

Sigiriya


Sigiriya ( Batu Singa = Lion's rock) merupakan suatu reruntuhan istana dan benteng batuan kuno yang terletak di pusat Kabupaten Matale, Sri Lanka. Daerah ini dikelilingi oleh sisa-sisa jaringan kebun yang luas, waduk, dan struktur lainnya. Sigiriya dibangun pada masa pemerintahan Raja Kashyapa I (477-495 M), dan merupakan salah satu dari tujuh Situs Warisan Dunia yang ada di Sri Lanka.

Melihat Sigiriya dari udara bagaikan melihat lukisan kuno yang mengingatkan orang pada Ajanta Caves di India. Diduga, Sirigiya sudah didiami sejak masa pra-sejarah, dan pada abad ke-5 BC, tempat ini dipakai sebagai biara.

Batu Sigiriya merupakan steker magma yang telah mengeras dan berdiri menjulang tinggi di banding dataran sekitarnya, sehingga terlihat bermil-mil jauhnya dari segala arah. Batu ini berbentuk elips yang di sepanjang lerengnya terdapat permukaan datar yang naik secara bertahap dan bersandar pada sebuah gundukan curam yang muncul dari dataran sekitarnya. Batu dimana Sigiriya ini berada, memiliki ketinggian 370 m (1.214 kaki) di atas permukaan laut.

Sejarah

Pada 477 M , Pangeran Kashyapa mengadakan kudeta terhadap Raja Dhatusena, dengan dibantu oleh Migara, keponakan raja dan komandan tentara, saat itu. Kashyapa, putra raja dengan permaisuri non-kerajaan, berhasil merebut tahta dari ahli waris yang sah, Moggallana, anak Dhatusena dengan ratu yang sah, saat itu, yang selanjutnya melarikan diri ke India Selatan. Di India ia mengangkat tentara dengan maksud untuk kembali dan merebut kembali takhta Sri Lanka yang dianggap sebagai haknya. 

Khawatir akan mendapat serangan balasan dari Moggallana, Kashyapa memindahkan modal dan tempat tinggalnya dari ibukota tradisional Anuradhapura ke Sigiriya yang lebih aman. Selama pemerintahan Raja Kashyapa itu (477-495), Sigiriya dikembangkan menjadi sebuah kota yang kompleks dan benteng-benteng yang kokoh. Sebagian besar konstruksi yang rumit tersebut diletakkannya di puncak batu dan sekitarnya, termasuk struktur pertahanan, istana, dan taman.

Mogallana akhirnya tiba dan menyatakan perang. Selama pertempuran pasukan Kashyapa ditinggalkan dan dia bunuh diri dengan menjatuhkan diri di pedangnya. Kashyapa akhirnya dapat dikalahkan oleh Moggallana pada tahun 495, yang selanjutnya memindahkan lagi ibukotanya ke Anuradhapura. Sigiriya kemudian dikembalikan sebagai kompleks biara umat Budha, yang berlangsung sampai abad ketiga belas atau keempat belas. Berdasarkan sejarah, pada saat terjadi pertempuran gajah, Kashyapa sebenarnya ingin merubah strategi pertempuran. Tetapi sayang pada saat strategi tersebut diterapkan, terjadi salah pengertian antara Kashyapa dengan para tentaranya, dimana perintah yang diberikan, ditangkap oleh para tentaraya sebagai suatu perintah untuk mundur dan meninggalkan dirinya sendirian. Pada situasi seperti ini, Kashyapa yang karena kesombongannya dan merasa malu untuk menyerah, akhirnya mengambil keris dari pinggangnya dan menggorok lehernya sendiri dan selanjutnya menjatuhkan dirinya kepada keris yang sedang terhunus tersebut.

Setelah periode ini, tidak ada catatan yang ditemukan di Sigiriya sampai abad keenam belas dan ketujuh belas, dimana ketika itu digunakan sebagai pos terdepan dari Kerajaan Kandy. Ketika kerajaan Kandy berakhir, maka Sigiriya kemudian ditinggalkan lagi.

Bukti awal adanya tempat tinggal manusia di Sigiriya, ditemukan di tempat penampungan batu Aligala, sebelah  timur Sigiriya, dan menunjukkan bahwa daerah itu sudah didiamii hampir lima ribu tahun yang lalu selama Periode Mesolithic.

Kompleks biara Buddha didirikan di lereng sebelah barat dan utara bukit-bukit batu Sigiriya. Beberapa gua diciptakan selama periode ini. Ini merupakan tempat penampungan yang dibuat di bawah batu-batu besar, dengan tepian diukir menetes di sekitar mulut gua. Prasasti Batu yang dipahat di dekat tepian, di banyak tempat penampungan, dibuat dalam periode antara abad ketiga SM dan abad pertama Masehi.








No comments:

Post a Comment