Istilah "panik" berasal dari kata Pan, dewa Yunani yang setengah hantu, tinggal di pegunungan dan hutan, dan perilakunya sangat sulit diduga. Gangguan panik timbul pada usia muda dan dewasa (pertengahan -30an). Tetapi dapat juga timbul pada usia muda dan usia lanjut.
Deskripsi gangguan panik pertama kali dikemukakan oleh Freud dalam kasus agorafobia. Sedangkan serangan panik merupakan ketakutan akan timbulnya serangan, serta diyakini akan segera terjadi. Individu yang mengalami serangan panik berusaha untuk melarikan diri dari keadaan yang tidak pernah diprediksi.
Gangguan panik merupakan gangguan dengan sedikitnya ada tiga serangan dalam waktu tiga minggu. Pada saat itu penderita tidak dalam gangguan fisik yang berat, dan tidak pula dalam situasi yang mengancam kehidupanya. Serangan dapat terjadi dimana saja dan tidak hanya tercetus apabila dihadapkan kepada stimulus fobiak tertentu.
Gejala-gejala panik pertama kali ditulis oleh Rober Burton pada abad ke 17 dalam bukunya tentang Melankolia, gejala tersebut mirip dengan klasifikasi yang ditetapkan dalam SM IV. Pada tahun 1871, J.Da Costa menyebutkan "Jantung yang tergantung" dengan gejala-gejala kardiakal. Banyak diantara pasien panik, dalam keadaan sedemikian dan kemudian di diagnosa sebagai gangguan jantung.
Klien membuat suatu formula yang membagi tiga model fenomenologi gangguan panik yaitu:
- Serangan panik akut yang ditandai oleh timbulnya peningkatan aktivitas dari sistem saraf otonom. Terjadi secara mendadak dan spontan, diikuti dengan perasaan subyektif yang sangat menakutkan. Serangan ini berakhir 10 - 30 menit dan kemudian kembali pada fungsi semula.
- Gambaran yang kedua disebut dengan anxietas antisipasi (anticipatory anxiety), ditandai dengan perasaan takut bahwa suatu serangan akan timbul kembali. Keadaan ini jarang kembali ke taraf semula, karena sesudah serangan, pasien ada dalam kondisi anxietas yang kronis dan selalu akan mengantisipasi suatu onset serangan.
- Model ke tiga merupakan kondisi panik yang berkembang menjadi perilaku fobia menghindar (phobic avoidance). Pasien menjadi takut serangan, sehingga menghindar dari situasi yang dapat menyebabkan serangan akut. Tidak diketahui mengapa sebagian pasien dengan gangguanpanik berkembang menjadi fobia, sedangsebagian lainya tidak. Pendapat beberapa ahli dalam hal ini antara lain menyebutkan bahwa perilaku yang menghindar pada psien agorafobia adalah sekunder, yang merupakan akibat ketakutan akan timbulnya serangan panik yang akut. Meskipun demikian laporan dan penelitian biologik dan behavorial menyatakan bahwa banyak pasien mengalami serangan panik sebelum terjadi agorafobia.
Gejala serangan panik menunjukkan periode tertentu akan adanya rasa takut atau perasaan yang tidak nyaman di mana empat (atau lebih) gejala berikut ini terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 10 menit. Gejala tersebut ditandai dengan palpitasi jantung yang berdebar kuat, atau kecepatan denyut jantung bertambah cepat, berkeringat, gemetar, nafas sesak atau tertahan, perasaan tercekik, nyeri dada atau perasaan tidak nyaman, mual atau gangguan perut, derealisasi atau depersonalisasi, ketakutan akan kehilangan kendali atau akan menjadi gila, rasa takut mati, dan menggigil atau panas.
No comments:
Post a Comment