Monday, 16 May 2011

Depresi



Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat, malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri. 

Depresi kerap disamakan dengan kesedihan yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tidak dianggap penyakit, apalagi gangguan jiwa. Bahkan, di lingkungan budaya tertentu, depresi dianggap sebagai kelemahan kepribadian atau karakter. Kuatnya pengaruh budaya dan kepercayaan mendorong masyarakat mencari pertolongan atas depresi yang diderita lewat paranormal atau pengobatan tradisional. Karena ketidaktahuan masyarakat itulah, muncul sejumlah mitos dan konsepsi keliru mengenai depresi. Beberapa mitos menyebut: depresi dapat di atasi sendiri, depresi dianggap lemah pikiran dan mental, atau pasien depresi dianggap melakukan suatu dosa.

Penyebab suatu kondisi depresi meliputi:
  • Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin

  • Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial

  • Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.

Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika ditemukan adanya lima atau lebih, gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang; sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
  1. Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).

  2. Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)

  3. Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)

  4. Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
  5. Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)

  6. Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari

  7. Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari.

  8. Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)

  9. Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.

Gejala-gejala tersebut juga harus menyebabkan gangguan jiwa yang cukup besar dan signifikan sehingga menyebabkan gangguan nyata dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau area penting dalam kehidupan seseorang.

Cara menanggulangi depresi berbeda-beda sesuai dengan keadaan pasien, namun biasanya merupakan gabungan dari farmakoterapi dan psikoterapi atau konseling. Dukungan dari orang-orang terdekat serta dukungan spiritual juga sangat membantu dalam penyembuhan

Akibat Depresi

Depresi siapapun penderitanya dapat memengaruhi suasana hati, kondisi fisik, dan pikiran. Perasaan itu bisa sedemikian kuat sehingga kehidupan sehari-hari terganggu. Depresi juga bisa membuat penderitanya merasa bersalah dan merasa tidak berguna meski telah melakukan apa saja yang menurut penderita terbaik. 

Gara-gara depresi, seseorang mungkin menjadi tidak berminat terhadap hal-hal yang sebelumnya disukai. Karena depresi pula, energi akan banyak terkuras, sehingga tubuh merasa cepat letih dan lelah, dan yang paling parah, depresi juga bisa menggiring seseorang melakukan usaha bunuh diri.

Semua gejala depresi itu muncul akibat ketidakseimbangan neurotransmitter (zat penghantar dalam sistem syaraf) seperti serotonin, (neurotransmitter yang mengatur perasaan), norepinefrin (neurotransmitter yang mengatur energi interest), dan dopamine (neotransmitter yang mengatur minat) di berbagai bagian otak kita.

Depresi tidak mengenal batas usia, jenis kelamin, kedudukan, suku, maupun ras. Sementara faktor-faktor yang bisa menjadi penyebab depresi adalah genetik (keturunan), biologis, kepribadian, dan psikosial. Sebuah studi menunjukkan, anak kandung dari orangtua yang menderita depresi berisiko lebih tinggi mengalami depresi walaupun diasuh oleh orangtua angkat yang tidak depresi.

Depresi merupakan gangguan mental yang paling banyak menimbulkan beban distabilitas. Depresi dapat meningkatkan morbiditas (kesakitan), mortalitas (kematian), risiko bunuh diri, serta berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien dan seluruh keluarga. Sayangnya, sampai saat ini depresi masih belum dapat dipahami secara baik oleh masyarakat.

Padahal, berbagai penelitian menunjukkan, pasien dengan gangguan depresi merasakan adanya keluhan fisik dan gangguan mental. Mengutip hasil studi mengenai hubungan depresi dan gejala somatik yang dilakukan Simon GE pada 1999, dikatakan, sebanyak 69 persen pasien dengan gangguan depresi mengemukakan keluhan fisik. Keluhan fisik dan gangguan mental bisa datang pada saat bersamaan. Keadaan ini akan memperburuk prognosis. ''Mereka yang mengalami penyakit fisik berisiko mengalami gangguan mental 3,5 kali lebih besar daripada mereka yang sehat,''

Makin berat penyakit fisik makin besar pula kemungkinan untuk mengalami gangguan mental. Penyakit fisik yang paling sering menjadi pencetus gangguan mental adalah penyakit neurologik, jantung, paru-paru kronis, kanker, cacat fisik, dan arthritis (radang sendi). Sedangkan gangguan mental yang paling sering terjadi adalah kecemasan dan depresi.

Terapi

Terapi Penderita depresi perlu melakukan terapi secara tepat. Hal ini untuk menghindari konsekuensi bila tidak mencapai kesembuhan. Konsekuensi yang dimaksud yaitu: kendala psikososial berkepanjangan, memperburuk prognosis, menambah beban pelayanan medis, meningkatnya risiko bunuh diri dan penyalahgunaan zat, serta meningkatnya risiko kekambuhan.

Adapun tujuan terapi depresi adalah meningkatkan kualitas hidup, mengurangi atau menghilangkan gejala, mengembalikan peran dan fungsi, mengurangi risiko kekambuhan, serta mengurangi risiko kecacatan atau kematian. Namun, ada faktor yang memengaruhi hasil terapi, yakni pasien, masyarakat, dokter, dan obat. Pada pasien biasanya berupa ketidakpatuhan karena berbagai sebab, tidak peduli. Pengaruh pada masyarakat atau lingkungan yang mempengaruhi hasi terapi antara lain, mitos, kepercayaan, dan stigma. Dokter juga bisa memberi pengaruh yang tidak baik pada hasil terapi, misalnya jika dokter kurang mengenali gejala depresi.

Sedangkan pada obat, biasanya menyangkut efektivitas, efek samping, kemudahan, dan harga. Khusus mengenai obat, penderita depresi sebaiknya menggunakan obat antidepresan serotonin nor epinefrin reuptake inhibitor (SNRI). Mengapa SNRI? Sebab, obat ini mampu bekerja ganda yakni menghambat reuptake serotonin dan nor epinephrine, dan mempertahankan keseimbangannya dalam otak, sehingga mencegah kekambuhan dan berulangnya depresi. Obat ini juga bekerja dengan cepat. Dengan dosis sekali sehari, efeknya telah dapat dirasakan oleh pasien setelah empat hari penggunaan.

”Jangan Berdiam Diri Banyak hal bisa membuat seseorang merasa cemas, stres, dan akhirnya jatuh ke jurang depresi”.

Jika suatu kali Anda pun merasakan gejala-gejala depresi, jangan berdiam diri. Segeralah bertindak untuk menolong diri Anda sendiri. Bagaimana caranya? Langkah-langkah berikut mudah-mudahan bisa membantu Anda.

  • Bersikaplah realistis, jangan terlalu idealis.

  • Kalau Anda punya tugas atau pekerjaan yang menggunung, bagilah tugas-tugas itu dan buat prioritas. Lakukan tugas yang memang bisa Anda kerjakan.

  • Jika punya masalah, jangan pendam sendiri. Cobalah ''curhat'' pada orang yang Anda percayai. Biasanya, hal ini akan membuat perasaan lebih nyaman dan ringan.

  • Cobalah ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang bisa membuat hati Anda senang, semisal berolahraga, nonton film, atau ikut dalam aktivitas sosial.

  • Berusahalah untuk selalu berpikir positif.

  • Jangan ragu dan malu untuk meminta bantuan pada keluarga atau teman-teman

No comments:

Post a Comment