Sunday 2 October 2011

Penciptaan Dunia (Kosmogoni) Dalam Mitologi China

Pangu
Penciptaan dunia atau kosmogoni dalam Mitologi China dimulai dari cerita Pangu Membelah Langit dan Bumi. Pangu yang berbentuk seperti telur, setelah delapan belas ribu tahun, menetas dan terlahir di dunia. Bagian atas, yang terang, menjadi langit dan bagian bawahn, yang temaram, menjadi bumi. Untuk mencegah kedua bagian itu menyatu, Pangu menahan keduanya menggunakan tubuhnya. Setiap hari Pangu bertambah tinggi sekitar dua meter dan langit-bumi juga bertambah jauh jaraknya. 

Setelah meninggal kedua matanya menjadi matahari, bulan dan bintang-bintang, kepala dan tubuhnya menjadi pegunungan, darah dan keringatnya menjadi lautan dan sungai-sungai, nafasnya menjadi awan, ototnya menjadi tanah, sumsum tulangnya menjadi mineral, giginya menjadi batu permata, kulit dan bulu badannya menjadi berbagai jenis tanaman. Menurut Mitologi Cina juga, Pangu adalah hasil perpaduan Yin dan Yang.

 
Nuwa
Pada saat di dunia sudah tercipta langit dan bumi serta isinya, seorang dewi bernama Nuwa datang. Karena merasa dunia terlalu sepi, ia kemudian menciptakan manusia dari tanah liat kuning di sebuah pinggiran Sungai Kuning. 

Pekerjaan ini sangat menguras tenaganya. Nuwa kemudian memasukkan tali ke dalam sungai itu dan mengibaskannya. Kibasan tanah liat kuning itu menjadi manusia dengan status sosial rendah, sedangkan yang Nuwa buat sendiri adalah manusia yang memiliki status sosial tinggi dan mulia.

Nuwa - Fuxi
Ada versi lain yang mengatakan bahwa Nuwa dan Fuxi adalah 2 manusia pertama di bawah Pegunungan Kunlun dan semua manusia adalah keturunan mereka. Keduanya adalah kakak-beradik bermarga Fèng, dan Fuxi adalah kaisar pertama dari Mitologi Cina, salah satu dari Tiga Maharaja dan Lima Kaisar. Keduanya memiliki badan manusia dengan ekor ular (kadang kepala dengan tanduk lembu).

Dalam Mitologi Cina, Nuwa juga dikenal sebagai Penambal Langit.
Dalam cerita ini Nuwa adalah penerus Fuxi dan memerintah sebelum Kaisar Kuning. Menurut catatan buku sejarah Shi Jì bagian Bǔsān Huángběnjì, pada saat itu dewa air, Gonggong, berusaha memberontak dan menyerang dewa api Zhurong. Sayang, ternyata Gònggōng dapat dikalahkan oleh Zhùróng. Dalam amarahnya, Gònggong membenturkan kepalanya ke pilar penahan langit barat, yaitu gunung Bùzhou, sehingga langit miring dan bocor, sehingga air dari sungai langit tertumpah ke bumi. 

Nǚwā tidak tega melihat manusia menderita, sehingga ia melebur dan menggunakan Batu Lima Warna, untuk menambal langit (ada yang mengatakan tujuh warna, sebagai bentuk dari warna pelangi sekarang), dan kaki kura-kura raksasa untuk menopangnya agar tidak roboh lagi. 

Pada catatan literatur kuno lainnya terdapat perbedaan, seperti buku Huáinánzi bagian Tiānwénxùn, dicatat sebagai perang antara Gònggōng dan Zhuānxū; buku Huáinánzi versi lain dicatat sebagai perang antara Gònggōng dan Gāoxīn; buku Diaoyùjí  bagian Zhuànglì dicatat sebagai perang antara Gònggōng dan Shénnóng; buku Lùshi bagian Tàiwújì dicatat sebagai perang antara Gònggōng dan Nǚwā.

No comments:

Post a Comment