Yǔ ((21st century BCE)), terlahir sebagai Sì Wénmìng dan sering dijuluki Yu yang Agung, adalah pendiri dan penguasa pertama Dinasti Xia. Ia lahir pada tahun 2059 SM. Ia terkenal untuk ajarannya mengenai teknik mengontrol banjir agar dapat menjinakan sungai dan danau Cina. Yu mendirikan ibukotanya di Kota Yang.
Kaisar Yu (Wenming) sangat terkenal sebagai salah satu kaisar berbudi luhur di
sejarah Tiongkok. Ia mewarisi teladan “bekerja untuk orang lain, bukan
untuk diri sendiri” yang diturunkan oleh Kaisar sebelumnya, Yao dan
Shun. Dia menghormati Tuhan dan mengajarkan prinsip moral. Hal inilah
yang membuat rakyat berpikir bahwa ia diutus oleh Tuhan untuk
menyelamatkan negara dari bahaya banjir besar, sebab banjir besar selalu menjadi
ancaman bencana di Negeri Tiongkok. Banyak penduduk kehilangan rumah dan hidup
dalam kesengsaraan.
Raja waktu itu adalah Shun. Ia mendengar bahwa Yu
adalah seorang anak muda yang cerdas dan tekun bekerja keras, maka ia
mengangkat Yu untuk bekerja di bagian pengontrolan banjir. Yu segera
mengumpulkan ahli-ahli untuk membantunya menjalankan tugas itu. Yu
sangat randah hati dan selalu menerima nasihat orang lain. Dia menerima
banyak saran dan memutuskan untuk membangun kanal-kanal untuk mengontrol
air dari banjir.
Ia mendaki banyak gunung,
menjelajahi banyak hutan dan menyeberangi banyak sungai untuk mensurvei
jalan air ke laut. Didalam usahanya, Yu selalu minta petunjuk dari Tuhan
dengan mengadakan upacara yang khusuk. Bahkan caranya melangkah dalam
upacara tersebut kemudian ditiru orang-orang dalam setiap upacara,
dan dinamakan sebagai “Langkah Ala Yu”. Yu dan pekerja-pekerja lainnya
berusaha membangun sarana pengontrol banjir di penjuru negeri, bahkan
para Dewa di langit sangat tersentuh atas kerja keras Yu.
Dewa Sungai
kuning kemudian memberi petunjuk diagaram sungai kepadanya. Saat
mengerjakan sungai lain yang lebih besar, misalnya Sungai Panjang,
muncullah Naga yang membantunya menunjukkan alur sungai dengan
mengarahkan ekornya. Dewa langit juga membantunya dengan memberikan
kontainer giok, kapak surga, pedang langit, d.
Dia dapat menggunakan
kontainer giok itu untuk mengukur level air dan melacak kedalaman air di
sungai dan laut, dia menggunakan kapak surga untuk membuka “Jalan Naga”
di tempat sekitar Kota Luoyang (Provinsi Henan), sehingga air dapat
mengalir lancar melaluinya, dia menggunakan pedang langit untuk membunuh
naga iblis yang telah membelokkan arah air dan mengakibatkan banyak
bencana. Pada akhirnya, Yu berhasil melaksanakan tugasnya, membuat
banjir dapat terkendali penuh.
Dalam usahanya
selama 13 tahun tersebut, dia pergi ke berbagai tempat di Tiongkok. Ada
sebuah kisah terkenal mengenai perjalanannya. Meskipun dia melewati
rumahnya selama 3 kali dalam 13 tahun tersebut, ia tidak pulang ke
rumah. Dia mengeruk terusan 9 sungai, memanfaatkan 9 danau besar,
menggali 9 gunung. Dia menghentikan bencana banjir di China sehingga
penduduk dapat hidup tenang di rumahnya, membantu rakyat mengembangkan
pertanian agraris dan menanam banyak jenis tanaman pangan. Mereka
mempelajari bagaiman cara menanam padi di lahan basah dan rendah. Yu
juga mengajar penduduk mengenai sistim irigasi yang baik. Sejak saat
itu, dari timur ke laut, barat ke gurun, utara ke selatan, di atas tanah
yang sangat luas, negeri Tiongkok menjadi tempat yang kaya, makmur dan
ternama. Untuk mengenang Yu atas jasa-jasanya, Kaisar Shun
menganugerahkan penghargaan giok kerajaan dalam sebuah upacara agung.
Setelah
Yu menyelesaikan tugasnya mengontrol banjir, dia mengabdi membantu
Kaisar Shun dalam memerintah negara. Dia sangat setia dan
bertanggungjawab. Dia berkata pada Shun, “Mengikuti prinsip yang baik
yang telah diajarkan langit akan membawa kita kepada hidup yang lebih
baik, mengikuti kejahatan akan menjatuhkan kita ke dalam bencana,
bagaikan sebuah bayangan mengikuti bendanya, atau sebuah gema dari suatu
suara. Oleh karenanya, setiap saat dan setiap waktu kita harus
mengutamakan moral sebagai prioritas utama didalam kehidupan. Apabila
pejabat-pejabat kita memiliki moral yang tinggi, rakyat dengan
sendirinya akan mendukungnya. Bila kita mengikuti perintah Tuhan dengan
pikiran yang tenang dan jernih, langit akan menganugerahkan kehidupan
yang damai dan sejahtera.”
Kaisar Shun sangat terharu dan sangat bahagia
karena memiliki Yu yang bijaksana dan sering memberikan masukan dan
nasihat yang baik. Dia memerintahkan rakyatnya untuk belajar mengenai
moral kepada Yu. Pada tahun ke-33 masa pemerintahannya, ia menunjuk Yu
menggantikannya dan mengangkat Yu untuk menjadi Kaisar di Tiongkok.
Setelah
Yu menjadi kaisar, ia bekerja lebih keras untuk menciptakan kehidupan
yang lebih baik bagi rakyatnya. Dia mengeluarkan banyak kebijakan
pemerintahan yang baik dan bermanfaat bagi rakyat, menekankan pada
pengajaran moral, merekrut orang-orang bijaksana yang berperilaku lurus
untuk menjadi pejabat tinggi, dan dengan rendah hati menerima banyak
saran dari masyarakat serta melaksanakannya demi memajukan negara.
Saat
Kaisar Yu melakukan perjalanan ke selatan, dia bertemu ribuan pengikut
dari negara lain dalam sebuah “Pertemuan Gunung Tu”. Untuk mengenang
pertemuan besar ini, Yu membuat 9 bejana besar (disebut Ding) dari
tembaga, merepresentasikan 9 negara bagian di bagian tenggara Tiongkok.
Mereka terkenal sebagai “9 rumpun”. Yu pergi ke berbagai tempat untuk
mengenalkan dan memajukan kebudayaan dan moralitas bangsa Tionghoa.
Dalam perjalanannya, ia mempelajari juga banyak hal mengenai tradisi
lokal, bertukar ilmu mengembangkan pertanian, mengajarkan mereka
mengenai masa bercocok tanam yang baik, memberikan mereka benih. Dia
mengajarkan prinsip-prinsip moral dan mengajar rakyat untuk mematuhi
hukum dan hidup damai satu sama lain. Yu sangat dihormati dan diterima
baik oleh masyarakat setempat. Dia juga mengembangkan kebudayaan dan
menjadikan “Musik Shao” sebagai musik tradisional untuk menghormati para
Dewa, dan mengembangkan musik “Xia Besar” untuk menyebarkan kebaikan.
Budaya
dan semangat yang diturunkan Yu sangatlah berharga dan mendalam. Tidak
hanya memberi contoh bagaimana manusia menghargai dan menjalankan
perintah Tuhan, juga mengandung prinsip-prinsip politik dalam memerintah
negara, bagaimana mengutamakan moral, kejujuran, mengutamakan rakyat,
menjalankan prinsip “alam dan manusia hidup harmonis”, dan
“memperhatikan moral daripada uang dan kepentingan” dan “tidak egois dan
mementingkan orang lain daripada diri sendiri”. Semua prinsip-prinsip
lurus bijaksana ini menghasilkan hal-hal yang baik bagi kemajuan
peradaban Tiongkok, kemakmuran negara dan terhindarnya bencana.
Kebudayaan tradisional Tionghoa selalu didasarkan pada kepercayaan pada
Tuhan dan menjunjung tinggi moralitas, oleh karenanya prinsip menghargai
Sang Pencipta, menjalankan ajarannya, menyayangi satu sama lain antar
manusia selalu dilaksanakan. Namun, sejak paham komunis dari negeri
asing masuk ke Tiongkok pada tahun 40-an dan dengan kekerasan mengambil
alih pemerintahan China sampai sekarang, banyak kebudayaan tradisional
Tionghoa telah dirusak, terutama di masa revolusi besar kebudayaan,
nilai-nilai luhur kepercayaan asli bangsa Tionghoa dan moralitas telah
diberangus, digantikan dengan apa yang disebut “kebudayaan partai
komunis”, menghancurkan hubungan harmonis antara Tuhan dan manusia, bumi
dan langit, manusia dengan manusia, manusia dengan alam.
Ini adalah “9 Ding” yang dibuat Yu untuk menghargai 9 bagian besar yang menyatu membentuk satu kesatuan China.
No comments:
Post a Comment