Friday, 19 April 2013

Salbutamol

Salbutamol sulfate biasanya diberikan secara inhalasi untuk memberikan efek langsung pada otot polos bronkhus. Cara ini bisa diberikan melalui metered dose inhaler (MDI), nebulizer atau alat lain seperti Rotahaler atau Autohaler. Dengan cara ini efek maksimal salbutamol dapat dicapai dalam 5 - 20 menit dan hasilnya akan segera nampak dengan berkurangnya bronkhospasme. Efek ini juga dapat segera dicapai dengan pemberian secara intravena.

Selain untuk pengelolaan bronkhospasme, penggunaan salbutamol juga ditemukan pada bidang obstetri. Sebagai suatu β2-agonist, salbutamol injeksi dapat digunakan sebagai tocolityc untuk relaksasi otot polos uterus dalam upaya mencegah terjadinya kelahiran premature.

Cara Kerja
 

Salbutamol merupakan suatu senyawa agonis yang bekerja secara selektif pada reseptor β2-adrenergic yang mempunyai masa kerja singkat, terutama pada otot bronkus. Golongan β2 agonis ini merangsang produksi AMP siklik dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase. Efek utama setelah pemberian peroral adalah terjadinya bronkodilatasi. Dibandingkan dengan isoprenalin, salbutamol bekerja lebih lama dan lebih aman karena efek stimulasi terhadap jantung lebih kecil, maka bisa digunakan untuk pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan penyakit jantung atau tekanan darah tinggi.

Indikasi
  • Asthma
  • Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK)
Kontraindikasi
 
Penderita yang hipersensitif terhadap obat ini
 
Dosis
 
Tablet:
 
Dewasa (>12 tahun) : 2-4 mg, 3-4 kali sehari.
Dosis dapat dinaikan secara berangsur.
Untuk lansia diberikan dosis awal yang lebih rendah.
Anak-anak:
2-6 tahun : 1-2 mg, 3-4 kali sehari
6-12 tahun: 2 mg, 3-4 kali sehari.
 
Sirup:
 
Dewasa (>12 tahun): 1-2 sendok (5-10 ml), 3-4 kali sehari.
Anak-anak:
2-6 tahun: 1/2-1 sendok (0,25-5ml), 3-4 kali sehari
6-12 tahun: 1 sendok (5ml), 3-4 kali sehari.

Respule
Efek Samping
 
Pada dosis yang dianjurkan tidak ditemukan adanya efek samping yang serius. Pada pemakaian dosis besar dapat menyebabkan tremor halus pada otot skelet (biasanya pada tangan), palpitasi, kejang otot, takikardia, sakit kepala dan ketegangan. Efek ini juga terjadi pada semua perangsangan adrenoreseptor beta. Efek lain yang mungkin terjadi adalah vasodilator perifer, gugup, hiperaktif, epitaksis (mimisan), susah tidur.
 
Peringatan dan perhatian
  • Hati-hati bila diberikan pada penderita thyrotoxicosis, hipertensi, gangguan kardiovaskuler, hipertiroid dan diabetes melitus.
  • Meskipun tidak terdapat bukti bersifat teratogenik sebaiknya penggunaaan salbutamol selama kehamilan trimester pertama, hanya jika benar-benar diperlukan.
  • Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui, karena kemungkinan diekskresi melalui air susu.
  • Hati-hati penggunaan pada anak kurang dari 2 tahun, karena keamanannya belum diketahui dengan pasti.
  • Pemberian intravena pada pasien diabetik, perlu dimonitor kadar gula darah.
Interaksi Obat
  • Efek salbutamol dihambat oleh β2-antagonis.
  • Pemberian bersamaan dengan monoamin oksidase dapat menimbulkan hipertensi berat.
  • Salbutamol dan obat-obatan beta-blocker non-selektif seperti propranolol, tidak bisa diberikan bersamaan.
Over dosis
  • Tanda-tanda over dosis adalah tremor dan tachycardia. Pemberian suatu alpha-adrenergik bloker melalui injeksi intravena dan suatu beta-blocking agen peroral pada kasus asmaticus karena resiko konstriksi bronkus.
  • Hypokalemia.

No comments:

Post a Comment