Klasifikasi Ikan Gurami
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Belontiidae
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus gouramy, Lac.
Ikan gurami (Osphronemus gouramy, Lacepede) merupakan ikan tawar dari famili Anabantidae. Ikan ini badannya pipih dan lebar. Pada ikan yang sudah dewasa, lebar badannya hampir dua kali panjang kepala atau ¾ kali panjang tubuhnya. Bentuk kepala ikan gurami yang masih berusia muda lancip ke depan, dan setelah tua menjadi dempak.
Ikan gurami termasuk ikan labirin, yakni ikan yang dapat hidup dalam air dengan kadar oksigen rendah, karena ikan gurami dapat menghisap oksigen dari udara bebas. Dengan kondisi tersebut, petani dapat melakukan usaha pembenihan pendederan ikan gurami, meskipun air kolam tidak mengalir, seperti pada kolam dari plastik.
Ikan gurami termasuk ikan yang tidak banyak gerak, sehingga dengan areal yang relatif sempitpun, dapat ditebar ikan dalam jumlah banyak. Hal ini dapat menghemat lahan dan memberikan peluang kepada petani yang mempunyai lahan sempit, untuk budidaya ikan gurami, sebagai sumber pendapatan keluarga. Selain itu, ikan gurami bernilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lainnya.
Secara morfologi, ikan gurami memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah. Sirip ekor membulat. Tinggi badan 2,0-2,1 kali dari panjang standar. Panjang tubuh maksimum 65 cm. Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam, berjumlah 8 - 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat
Warna tubuhnya terutama di bagian punggung adalah merah sawo, sedangkan pada bagian perut berwarna kekuning-kuningan atau keperak-perakan. Sepasang sirip yang ada di perut akan mengalami perubahan menjadi sepasang benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba. Sirip yang keras, menempel pada punggungnya, sedangkan garis rusuknya menyilang di bagian bawah sirip punggung.
Strain gurami yang dikenal masyarakat cukup banyak dan bervariasi, dimana antar strain dibedakan berdasarkan kemampuannya dalam memproduksi telur, kecepatan tumbuh dan bobot maksimal yang bisa dicapai setelah dewasa. Namun sampai saat ini belum ada penetapan strain gurami yang standar. Beberapa yang dikenal dalam masyarakat adalah gurami blue safir, paris, baster dan gurami batu.
Budidaya
Secara umum, pola budidaya perikanan air tawar yang dilakukan masyarakat di Indonesia, dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
- Pola budidaya tunggal (monoculture), dimana dalam satu unit lahan usaha hanya satu jenis ikan yang dipelihara.
- Pola budidaya campuran (polyculture), dimana dalam satu unit lahan usaha, jenis ikan utama dipelihara bersama-sama dengan jenis-jenis ikan lainnya. Jenis-jenis lain yang dipelihara bukan pemangsa ikan utama dan sebaliknya
- Pola budidaya diversifikasi, dimana dalam satu unit lahan usaha terdapat beberapa subsistem budidaya dari beberapa jenis ikan yang dipelihara, baik pola tunggal maupun campuran bersama dengan usaha budidaya komoditi pertanian lainnya
Ikan gurami merupakan ikan yang relatif lambat pertumbuhannya dan baru mencapai kematangan telur sekitar umur 2 tahun. Ciri-ciri yang membedakan antara ikan gurami betina dan jantan adalah sebagai berikut :
Ciri-ciri Ikan Gurami Betina dan Jantan
Betina
|
Jantan
|
Dahi rata (dempak / papak)
|
Dahi menonjol menyerupai cula
|
Dasar sirip dada gelap kehitaman
|
Dasar sirip dada terang keputihan
|
Dagu keputihan sedikit coklat
|
Dagu kuning dan agak menonjol
|
Jika diletakkan pada tempat yang datar ekor bergerak-gerak
|
Jika diletakkan pada tempat datar ekornya akan naik ke atas
|
Bentuk bibir tipis
|
Bentuk bibir tebal
|
Ujung sirip ekor bundar
|
Jika kelaminnya ditekan dengan perlahan, akan mengeluarkan sprema
|
Baik sebagai inudk jika sudah berumur 2,5 – 6 tahun
|
Baik sebagai induk jika sudah berumur 3 – 7 tahun
|
Untuk menjamin kualitas ikan gurami yang baik, perlu disiapkan induk unggul, karena dari induk unggul akan menghasilkan benih unggul pula. Induk unggul dan benih dapat diperoleh dari BBI atau dari Unit Pembenihan Rakyat (UPR). Induk unggul dapat digolongkan ke dalam empat kriteria induk yaitu unggulan 1, unggulan 2, unggulan 3 dan unggulan 4, yang dibedakan berdasarkan pada frekuensi memijah dan banyaknya telur yang dihasilkan.
Penyediaan induk unggul oleh BBI dapat menjamin kualitas induk yang dipelihara oleh pembudidaya, yang selanjutnya mempengaruhi produksi telur dan benih ikan. Untuk memperbaiki mutu induk yang dihasilkan, dilakukan dengan cara perbaikan genetik induk melaui perkawinan silang (cross breeding). Untuk menjamin pertumbuhan dan daya tahan yang tinggi terhadap penyakit, tidak diperkenankan perkawinan satu turunan (in breeding). Memilih induk yang baik dilakukan dengan memperhatikan ciri-ciri sebagai berikut :
Ciri-ciri induk gurami betina dan jantan unggulan
Betina
|
Jantan
|
Warna badan terang
|
Warna badan gelap
|
Perut membulat
|
Perut dekat anus lancip
|
Susunan sisik teratur
|
Susunan sisik teratur
|
Badan relatif panjang
|
Gerakannya lincah
|
Umur mulai dipijahkan 2 tahun
|
Umur mulai dipijahkan 2 tahun
|
Syarat Lokasi Usaha
Habitat ikan gurami sebenarnya adalah rawa, sungai, telaga dan kolam. Sedangkan pemeliharaan oleh pembudidayaan biasanya di kolam. Untuk mendapatkan kualitas ikan gurami yang optimal, maka berikut ini adalah persyaratan minimal yang harus dipenuhi sebagai lokasi usaha:
- Dilaksanakan di dataran rendah pada ketinggian 20 – 400 m dpl
- Kuantitas dan kualitas air mencukupi. Kualitas air yang dibutuhkan yaitu air tenang, bersih, dasar kolam tidak berlumpur (kekeruhan air 40 cm dari permukaan air), tidak tercemar bahan kimia beracun dan limbah (kadar NH3 tidak lebih besar dari 0,02%), keasamaan air (pH) 6,5-8. Apabila pH di bawah 6,5 maka untuk menaikkan pH di lakukan pengapuran dengan CaCO3, sedangkan apabilah pH di atas 8 maka untuk menurunkan dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang.
- Tanah tidak berporous dan cukup mengandung humus. Tanah yang tidak berporous dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor, sedangkan perbandingan antara tanah liat dan pasir kurang dari 60%:40%.
- Kemiringan tanah 3%-5% untuk memudahkan pengairan kolam
- Temparatur optimum 25-30oC
- Kandungan oksigen dalam > 2 ppm
Budidaya ikan gurami sangat berbeda dengan budidaya jenis ikan lain, sebab pada budidaya ikan gurami, penghasilan sudah bisa diperoleh saat masih berupa telur. Pada saat masih berbentuk telur, telur gurami sudah bisa di jual dengan harga Rp 40-50 / butirnya. Biasanya dalam 1 induk gurami yang berukuran 2.5kg - 3.5kg bisa menghasilkan 2000 - 5000 telur gurami.
Selanjutnya panenan dapat diperoleh lagi pada masa pendederan, yang dibagi menjadi 5 tahap pendederan, yang masing-masing tahap dibedakan berdasarkan ukurannya. Pada fase pendederan, sebenarnya tidak ada ketentuan khusus, kapan panenan dilakukan, dalam arti pada saat konsumen membutuhkan ukuran sesuai dengan keinginan. Walaupun belum berusia diatas 50 hari masa pemeliharaan, pembudidaya bisa menjualnya.
Masa panen berikutnya adalah pada masa tebar benih. Pada masa pembesaran ini, biasanya ikan gurami sudah berukuran antara ukuran 200 – 300 gr, dimana jangka waktu pembesaran adalah antara 3 - 4 bulan masa panen. Ukuran masa panen pembesaran dalam jangka waktu tersebut biasanya berukuran kisaran 500 – 1000 gr.
Melihat hal tersebut diatas, supaya tidak terasa lama, maka bila ingin melakukan budidaya ikan gurami, ada baiknya kalau kita membaginya menjadi 3 Kelompok budidaya, yaitu kelompok pembenihan, pendederan dan pembesaran.
Melihat hal tersebut diatas, supaya tidak terasa lama, maka bila ingin melakukan budidaya ikan gurami, ada baiknya kalau kita membaginya menjadi 3 Kelompok budidaya, yaitu kelompok pembenihan, pendederan dan pembesaran.
Budidaya ikan gurami dapat dibagi dalam beberapa tahapan berikut:
- Tahap pembenihan, mencakup tahap pemijahan, penetesan telur dan perawatan larva. Telur yang telah menetas dari induknya dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama 1 bulan.
- Tahap pendederan, yaitu tahap pemeliharaan benih gurami sejak 0,5 gram sampai mencapai berat 200-250 gram yang siap dibesarkan. Pendederan 1 – 5 dapat dilakukan di kolam maupun akuarium. Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran larva, tetapi perlu dilakukan penjarangan.
Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi pengolahan tanah dasar kolam, pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam. Pengolahan tanah dasar kolam dapat berupa pembajakan, peneplokan dan perbaikan pematang kolam. Pengeringan dilakukan selama 2 - 5 hari (tergantung cuaca)
Pendederan dibagi kedalam 5 tahap sebagai berikut :
· Pendederan 1 (D1) : pemeliharaan benih 0,5 gram hingga mencapai berat 1 gram selama 1 bulan
· Pendederan 2 (D2) : pemeliharaan benih 1 gram hingga mencapai berat 5 gram selama 1 bulan
· Pendederan 3 (D3) : pemeliharaan benih 5 gram hingga mencapai berat 20-25 gram selama 2 bulan
· Pendederan 4 (D4) : pemeliharaan benih 20 -25 gram hingga mencapai berat 75-100 gram selama 2 bulan
· Pendederan 5 (D5) : pemeliharaan benih 75 -100 gram hingga mencapai berat 200 -250 gram selama 3 bulan.
- Tahap pembesaran, yaitu pemeliharaan benih 250-250 gram hingga mencapai ukuran konsumsi dengan berat lebih dari 500 gram selama 3 bulan.
Selain tahapan budidaya sebagaimana tersebut diatas, ada pula yang membagi tahapan pendederan dalam 3 tahapan saja, dengan berat 1 gram hingga mencapai berat 20-25 gram. Alasan membagi budidaya ikan gurami dalam tahapan tersebut diatas adalah :
- Membudidayakan ikan gurami sampai dengan ukuran konsumsi memakan waktu cukup lama sehingga perolehan hasil usaha dirasakan cukup lama.
- Permintaan produk untuk setiap tahapan (dalam bentuk telur, benih dan ikan ukuran konsumsi) cukup tinggi
- Keterbatasan modal dan lahan usaha apabila pembudidaya harus melaksanakan tahapan dalam satu siklus penuh
Dengan demikian maka pembagian tahapan ini membantu pembudidaya dalam hal :
- Mempersingkat masa panen
- Menghasilkan pendapatan pembudidaya dengan keuntungan yang cukup memadai
- Menurunkan resiko kegagalan panen
Adanya tahap budidaya tersebut dapat membuka peluang usaha budidaya ikan gurami yang cukup luas, sejak pembenihan sampai dengan pembesaran, yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, dalam satu sistem budidaya ikan gurami.
Tingkat teknologi yang digunakan untuk budidaya ikan gurami umumnya di klasifikasikan ke dalam 3 jenis yaitu tradisional, semi intensif dan intensif, namun tidak ada batasan yang jelas antara ketiga tingkat teknologi tersebut, karena penggolongannya hanya dilakukan melalui perbedaan ciri-cirinya saja.
Ciri-ciri penggunaan teknologi tradisional adalah hanya mengandalkan pada kondisi alam saja, pemberian pakan secara alami, pemeliharaan ikan gurami dimaksudkan hanya sebagai tabungan saja dan dipanen setahun sekali dalam rangka memenuhi kebutuhan hari lebaran/hari besar.
Sedangkan ciri-ciri teknologi semi intensif adalah sedikit banyak telah melaksanakan kegiatan budidaya sesuai dengan Sapta Usaha Perikanan misalnya dalam hal pakan telah menggunakan pakan buatan, disamping pakan alami dan telah dilakukan pengaturan kualitas air, namun belum secara terukur dan terkontrol.
Ciri-ciri teknologi intensif adalah mengacu pada Sapta Usaha Perikanan dan dilakukan secara terkontrol.
Kebanyakan yang dilakukan masyarakat adalah teknologi tradisional dan semi intensif. Klasifikasi teknologi tersebut berpedoman pada Sapta Usaha Perikanan yang meliputi :
- Pengolahan lahan
- Pengairan
- Pemupukan/pemberian pakan
- Penyediaan benih atau induk yang unggul
- Pencegahan hama dan penyakit
- Panen
- Perbaikan manajemen usaha tani
Teknis Budidaya
Budidaya ikan gurami memerlukan kolam penyimpanan induk, kolam pemijahan, kolam/bak penetasan dan pemeliharaan benih, kolam pendederan, kolam pembesaran dan kolam pemberokan (penyimpanan sebelum dipasarkan).
Sebelum dilakukan kegiatan budidaya, perlu dilakukan pembuatan kolam yang meliputi antara lain pembuatan pematang, saluran pemasukan air dan saluran pembuangan air, pintu pematang air, pintu pembuangan air, caren dan kowean (sering pula disebut kemalir dan kobakan), serta pengolahan dasar kolam dengan pupuk dan kapur. Setelah kolam siap untuk digunakan, baru dilakukan kegiatan pembenihan, pendederan dan pembesaran ikan gurami.
Tahap persiapan kolam untuk pembenihan, pendederan maupun pembesaran, prinsipnya hampir sama, hanya dibedakan pada padat tebar dan jenis pakan yang diberikan, serta ketinggian air yang dibutuhkan. Konstruksi kolam dan pengolahan lahan pada setiap tahap sama.
Pembuatan kolam
Bentuk pematang dibuat trapesium yaitu lebih lebar di bagian bawah, dengan kemiringan sebaiknya tidak lebih dari 45 derajat. Untuk membuat kolam dilakukan pencangkulan guna membalik tanah dasar dengan “keduk teplok”, yaitu memperdalam saluran dan pemetakan kolam yang sekaligus memperbaiki pematangnya, sehingga ketinggian air kolam nantinya mencapai 60 cm.
Kowean dibuat di tengah kolam dengan ukuran 1x1x0,4 m dan diberi tanggul, sehingga merupakan kolam kecil di dalam kolam. Kowean berfungsi untuk melepaskan benih dengan berat 0,5 gram, pada saat penebaran dan tempat untuk menangkap ikan, saat panen. Setelah itu membuat caren, dengan lebar 30 cm dan dalam 30 cm, yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan benih, pada saat air kolam dangkal atau surut, dan untuk menggiring benih ke kowean, saat panen.
Pada saat persiapan pembuatan kolam, dilakukan juga pengeringan dasar kolam. Setelah dasar kolam kering, diberikan kapur dengan dosis 100 - 200 gr per meter persegi dan pupuk kandang 500 - 1.000 gr per meter persegi. Pupuk kandang yang cukup baik untuk digunakan adalah kotoran ayam, karena memiliki unsur hara yang lengkap, untuk menumbuhkan pakan alami, mudah terurai dan kandungan amoniaknya tidak terlalu tinggi.
Pemupukan dilakukan untuk menyuburkan tanah sekaligus menumbuhkan pakan alami seperti Fitoplankton, Zooplankton dan Bentos yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan larva dan benih ikan gurami. Setelah itu, dilakukan pengisian air dan dibiarkan selama 7 hari, untuk memberi kesempatan pupuk terurai dan menumbuhkan pakan alami bagi benih gurami.
Persediaan pakan alami ini dapat memenuhi kebutuhan benih ikan selama 11 - 14 hari. Di dasar kolam dekat pintu pemasukan air, sebaiknya ditanami ganggang Hydrilla verticilata sebagai tempat berlindung dan mencari makan benih ikan gurami.
Pembenihan
Tahap Pemijahan
Ikan gurami dapat memijah sepanjang tahun, meskipun produktifitasnya lebih tinggi terutama pada musim kemarau. Adapun hal yang perlu diperhatikan untuk pemijahan ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan kualitas air media pemijahan.
Pemeliharaan induk
Induk-induk disimpan dalam kolam penyimpanan induk. Seekor induk membutuhkan luas kolam kurang lebih 5 meter dengan dasar kolam berpasir dan kedalaman air sekitar 75-100 cm. Pakan yang diberikan adalah daun-daunan sebanyak kurang lebih 5% dari berat populasi dan pakan diberikan pada setiap sore hari.
Makanan tambahan dapat diberikan berupa pelet sebanyak 0,5-1% dari berat populasi. Pemberian pelet untuk induk dibatasi untuk mencegah timbunan lemak pada induk karena dapat mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan.
Ukuran berat induk jantan sekitar 2 - 3 kg/ekor dan induk betina 2 - 2,5 kg/ekor. Induk gurami dapat dipijahkan 2 kali dalam setahun, selama usia produktif (5 tahun). Induk gurami dapat dipijahkan tidak lebih dari 10 kali, karena jika lebih dikhawatirkan fekunditas (yaitu daya tetas telur menjadi larva) menjadi rendah dan mortalitas telur dan benih yang dihasilkan, meningkat.
Penebaran induk dan proses pemijahan
Setelah proses pematangan gonad (yaitu organ hewan yang menghasilkan sperma dan telur) di kolam penampungan telah mencapai puncaknya, induk dimasukkan ke dalam petak kolam pemijahan.
Padat tebar induk adalah 1 ekor/5 m2 dengan perbandingan jumlah jantan:betina adalah 1:3-4. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan (sesuai perbandingan) pada kolam yang disekat ataupun secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan)
Luas kolam yang diperlukan untuk pemijahan adalah kurang lebih 20 meter persegi, per pasang induk yang terdiri dari 1 ekor pejantan dan 3-4 ekor betina. Induk jantan akan membuat sarang setelah 15 - 30 hari dilepaskan dalam kolam pemijahan. Oleh karena itu dipersiapkan perlengkapan kolam pemijahan terdiri dari sosog, anjang-anjang dan bahan sarang.
Sarang diletakkan 1 - 2 m dari tempat bahan sarang, dengan kedalaman 10 -15 cm dari permukaan air. Sarang dipasang mendatar sejajar dengan permukaan air dan menghadap ke arah tempat bahan sarang.
Sosog sebagai tempat sarang terbuat dari anyaman kasar dari bambu atau bahan lainnya,yang dipasang di bawah permukaan air dan diatur sedemikian rupa, sehingga induk ikan mudah mengambil sabut kelapa / ijuk untuk membuat sarang.
Anjang-anjang adalah tempat meletakkan bahan sarang yang terbuat dari bambu dengan lubang anyaman 10×10 cm di pasang di atas permukaan air. Bahan sarang berupa ijuk halus, serabut kelapa atau serat karung. Satu ekor jantan dapat membuat 2 buah sarang. Pembuatan sarang berlangsung selama 1 – 2 minggu, bergantung pada kondisi induk dan lingkungannya.
Pemijahan berlangsung sekitar 2 hari setelah pembuatan sarang. Induk gurami betina melepaskan telurnya ke sarang dan induk jantan menyemprotkan spermanya sehingga terjadi pembuahan. Satu ekor betina dapat menghasilkan 3.000-4.000 butir, bahkan ada yang mencapai 10.000 butir telur. Telur-telur yang jatuh ke dasar kolam di ambil oleh induk jantan dengan mulutnya kemudian di masukkan dalam sarang. Tanda telah terjadi pemijahan adalah terciumnya bau amis dan permukaan air di atas sarang terlihat berminyak.
Sementara pemijahan berlangsung, induk betina menjaga sarang. Sarang yang berisi telur kemudian ditutup dan di jaga oleh induk jantan. Untuk menjaga sirkulasi dan pasokan oksigen ke dalam sarang, induk betina menggerak-gerakkan sirip ekor ke arah sarang.
Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan menggoyangkan sarang secara perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi/kawat dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah berisi telur ditandai dengan keluarnya minyak/telur dari sarang ke permukaan air.
Sarang yang sudah berisi telur diangkat. Telur dapat diambil 1 hari setelah pemijahan. Telur dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hati-hati dan dicuci dengan air bersih untuk menghilangkan lemak yang menempel pada telur. Karena mengandung minyak, telur akan mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening, sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang, karena telur yang demikian tidak akan menetas. Minyak yang timbul dapat dikurangi dengan cara diserap memakai kain. Telur-telur tersebut kemudian ditetaskan dalam wadah yang sudah disiapkan.
Padat tebar telur adalah 4 - 5 butir/cm2 dengan ketinggian air 15 - 20 cm. Kepadatan dihitung per satuan luas permukaan wadah, sesuai dengan sifat telur yang mengambang. Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, di dalam media penetasan perlu ditambahkan aerasi kecil, tetapi harus dijaga agar telur tidak teraduk. Kualitas air media penetasan yang baik adalah suhu 25 - 30 oC, nilai pH 6,5 - 8,0; laju pergantian air 10 - 15 % per hari dan ketinggian air kolam 40 – 60 cm.
Air hendaknya bersumber dari air tanah. Bila air sumber mengandung karbondioksida tinggi, nilai pH akan jadi rendah atau kalau air mengandung bahan logam (misalnya besi), sebaiknya air diendapkan dulu selama 24 jam. Telur akan menetas setelah 36 - 48 jam, setelah dilepaskan induknya.
Penetasan telur dapat dilakukan di bak plastik berdiameter 60 cm. Bak dapat diisi sampai 1.000 butir. Benih yang baru menetas mendapat makanan dari sisa-sisa kuning telur yang ada pada tubuhnya.
Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium. Bila penetasan dilakukan di akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air hanya perlu dilakukan untuk membuang minyak, bila minyak yang dihasilkan ketika penetasan, cukup banyak. Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air, yaitu bila sudah banyak kotoran dari sisa pakan dan “ Faeces “.
Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 - 20 ekor/liter. Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 sampai dengan 6 hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia, yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan.
Setelah cadangan makanan tersebut habis (± 10 hari), larva baru diberi pakan berupa pakan alami (misalnya tubifex) secukupnya dan dipelihara hingga menjadi larva dengan berat 0,5 gram selama ± 30 hari.
Perawatan larva juga dapat dilakukan di kolam sawah sebagai penyeling di sawah pada sistem mina padi dengan cara mengambil larva yang berumur ± 7 hari yaitu menjelang kuning telurnya habis. Larva di tebar di sawah dengan kepadatan 10 ekor per meter persegi dan dapat dipelihara selama 1 bulan.
Pendederan (Penebaran benih)
Sebelum benih ukuran 0,5 - 25 gram ditebar, terlebih dahulu dilakukan pemilihan benih yang berkualitas baik, untuk menjamin kualitas produksi ikan yang dipelihara. Dalam pemilihan benih tebaran, yang perlu diperhatikan antara lain :
- Kondisi benih sehat, tidak cacat/luka dan gerakan lincah
- Warna sisik tidak terlalu hitam
- Sisik tubuh lengkap/tidak ada yang lepas
- Tubuh tidak kaku
- Ukuran seragam
Penebaran benih dilakukan 5 hari setelah pemupukan, dengan padat tebar dan tinggi air sesuai ukuran benih. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari pada saat suhu udara rendah.
Sebelum ditebar, dilakukan penyesuaian suhu air dalam wadah angkut dengan suhu air kolam (proses aklimitasi) dengan cara memasukkan air kolam sedikit demi sedikit secara perlahan ke dalam wadah angkut. Setelah terjadi penyesuaian suhu, wadah angkut dimasukkan ke dalam kolam. Air akan bercampur sedikit demi sedikit dan ikan-ikan akan keluar dan berenang ke tengah kolam.
Tabel Padat tebar benih, tinggi air dan jenis pakan
Tahap
|
Tinggi Air
|
Padat Tebar/M2
|
Jenis pakan
|
D1
|
30-40 cm
|
40-60 ekor
|
Pakan alami (zooplanton), tubifex, tepung ikan atau pelet halus
|
D2
|
40-50 cm
|
30-40 ekor
|
Tepung ikan, bungkil atau pelet remah
|
D3
|
50-60 cm
|
20-30 ekor
|
Pelet remah/pelet kecil
|
D4
|
60-80 cm
|
± 20 ekor
|
Pelet atau daun-daunan (sente, talas, kajar)
|
D5
|
80-100 cm
|
± 20 ekor
|
Pelet dan atau daun-daunan
|
Pemberian pakan
Selama masa pertumbuhan, ikan gurami mengalami perubahan pola makan (feeding habit) yang sangat signifikan. Larva bersifat karnivora (pemakan daging) sampai dengan ukuran dan umur tertentu, sedangkan juvenil muda bersifat omnivora (pemakan segala) dan setelah ukuran induk menjadi herbivora (pemakan daun).
Pola perubahan tersebut terkait dengan pola perubahan enzimatik dalam saluran pencernaannya.
Adapun jenis pakan ikan gurami terdiri dari pakan alami (organik) berupa daun-daunan maupun pakan buatan (anorganik), berupa pelet. Pakan alami yang digunakan antara lain daun sente (Alocasia macrorrhiza (L), Schott), pepaya (Carica papaya Linn), keladi (Colocasia esculenta Schott), ketela pohon (Manihot utililissima Bohl), genjer (Limnocharis flava (L) Buch ), Kimpul (Xanthosoma violaceum Schott), Kangkung (Ipomea reptans Poin), Ubi jalar (Ipomea batatas Lamk), ketimun (Cucumis sativus L), labu (Curcubita moshata Duch en Poir), dadap (Erythrina sp).
Bahan makanan buatan berupa pelet dibuat dari bahan makanan ternak, baik hewani maupun nabati. Komposisinya dapat diatur sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan ikan. Daftar bahan makanan yang dapat di buat pelet adalah sebagai berikut :
Kadar protein beberapa jenis bahan makanan:
Jenis Bahan Makan
|
Kadar Protein
(dlm%-an bobot)
|
Tepung ikan
|
60
|
Tepung daging/ayam
|
80
|
Tepung udang
|
46
|
Tepung darah
|
85
|
Tepung kedele
|
36
|
Tepung gandrung
|
9
|
Dedak halus
|
15
|
Kacang hijau
|
23
|
Bungkil biji kapuk
|
27
|
Komposisi makanan yang ideal bagi pertumbuhan ikan adalah makanan yang berkadar protein 40%. Namun untuk efisiensi biaya, persentase pemberian makanan buatan ini hendaknya disesuaikan dengan persediaan makanan yang telah ada dalam kolam. Bila masih cukup banyak, cukup diberikan makanan buatan dengan kadar protein 20-30% saja.
Pengaturan komposisi makanan yang cukup menggunakan 3 bahan makanan, misalnya 33 bagian tepung ikan, 2 bagian tepung daging dan 65 bagian dedak halus, dengan perhitungan kadar protein keseluruhan adalah sebagai berikut :
(60/10×33)+(80/100×2)+(15/100×65) = 31,1 %
Selain pakan buatan pabrik berupa pelet, pembudidaya dapat pula membuat sendiri pakan ikan. Pembuatan pakan buatan sendiri akan menurunkan biaya produksi, karena lebih murah. Adapun bahan-bahan yang biasanya digunakan untuk pakan benih ikan adalah dedak, ikan asin, bungkil dan minyak ikan.
Jenis pakan ikan gurami perlu disesuaikan. Untuk benih yang masih kecil, diberi pakan yang berukuran kecil berupa zooplankton, tubilex dan lain- lain, dimana seiring dengan semakin besarnya ikan, makanan yang diberikan dapat menggunakan pakan dengan ukuran yang lebih besar dan pakan berupa daun-daunan.
Pada usaha budidaya yang hanya menggunakan pakan daun-daunan (teknologi tradisional) pertumbuhan ikan relatif lambat. Sebagai gambaran, berdasarkan pengalaman pembudidaya pemeliharaan benih ikan ukuran 200 gram dengan hanya diberi pakan daun-daunan saja membutuhkan waktu 1 tahun untuk mencapai ukuran 500 gram, sedangkan jika menggunakan pelet dan daun-daunan hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk mencapai ukuran 500 gram. Sehingga dianjurkan untuk dilakukan kombinasi antara daun-daunan dengan pelet.
Kebutuhan pakan berupa pelet per hari adalah 3% dari berat ikan namun jika pakan berupa daun-daunan kebutuhan pakan perhari sebanyak 5-10% dari berat ikan. Untuk penggunaan pakan secara kombinasi diberikan pelet sebanyak 1,5% per hari dari berat ikan dan hijauan sebanyak 5% per hari dari berat ikan.
Pemberian pakan secara teratur dalam jumlah yang tepat dapat menghasilkan pertumbuhan ikan gurami yang optimal. Konversi pakan untuk pemeliharaan dalam kolam adalan 1,5-2%, artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ikan memerlukan pakan sebanyak 1,5 kg sampai dengan 2 kg. Untuk memberikan pakan yang tepat sesuai kebutuhan dilakukan sampling berat ikan.
Pemanenan
Pemanenan ditahap pendederan dilakukan setelah benih mencapai berat 20-25 gram. Dalam pelaksanaan pemanenan yang perlu diperhatikan antara lain :
- Waktu pemanenan sebaiknya pagi atau sore hari.
- Untuk memudahkan penangkapan, sebelum dilakukan penangkapan perlu dimasukkan daun pisang ke dalam kolam sebagai tempat berkumpulnya benih ikan.
- Proses penangkapan dilakukan secara hati-hati sehingga tidak sampai menyebabkan lepasnya sisik terutama pada bagian punggung.
- Penangkapan benih ikan di kolam dilakukan pada kondisi temperatur air rendah dan tidak dalam kondisi hujan. Saat penangkapan kedalaman air kolam dibiarkan setinggi 20-30 cm.
- Pengangkutan benih juga sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari. Wadah angkut yang digunakan berupa drum (Volume 200 lt) atau jerigen. Drum diisi air setengan dari volume, posisi drum ditidurkan. Jumlah benih dalam setiap drum berkisar antara 10-15 kg tergantung lamanya proses pengangkutan.
- Setelah pemanenan, benih di jual kepada pengusaha pembesaran gurami atau dipelihara lagi di kolam lain untuk mendapatkan ukuran ikan yang lebih besar. Untuk mengupayakan agar tingkat kematian benih rendah, dalam pengiriman benih menggunakan jerigen atau drum yang diisi air bersih dan selama pengiriman benih ikan tidak diberi pakan (perut dikosongkan).
Pembesaran
Dalam tahapan pembesaran, luas kolam optimal sekitar 200 meter persegi, dengan konstruksi kolam berupa kolam tanah. Kedalaman air kolam sekitar 1 meter dari dasar kolam, dibuat tidak terlalu berlumpur. Persiapan kolam dalam tahapan ini tidak jauh berbeda dengan persiapan yang dilakukan pada tahap pendederan.
Ikan yang dipelihara dapat berukuran berat 200-250 gram/ekor dan ditebar dengan kepadatan benih ± 1 -2 kg/m2.
Pakan yang diberikan terdiri dari pelet dengan jumlah pemberian sebanyak 1,5 – 2% pada pagi dan sore hari serta daun-daunan sebanyak 5% diberikan pada sore hari. Dalam waktu 4 bulan ikan akan mencapai ukuran konsumsi dengan berat 500-700 gram/ekor.
Pemanenan dilakukan sama seperti pada tahap pendederan, hanya saja pada tahap pembesaran pemanenen sebaiknya tanpa menggunakan alat tangkap.
Hama dan Penyakit
Hama yang biasanya menganggu ikan gurami adalah ikan liar pemangsa seperti gabus (Ophiocephalus striatur BI), belut (Monopterus albus Zueiw), lele (Clarias batrachus L) dan lain-lain. Musuh lainnya adalah biawak (Varanus salvator Dour), kura-kura (Tryonix cartilagineus Bodd), katak (Rana spec), ular dan bermacam-macam jenis burung.
Beberapa jenis ikan peliharaan seperti tawes, mujair dan sepat, dapat menjadi pesaing dalam perolehan makanan. Oleh karena itu sebaiknya benih gurami tidak dicampur pemeliharaannya dengan jenis ikan yang lain. Untuk menghindari gurami dari ikan-ikan pemangsa, pada pipa pemasukan air dipasangi serumbung atau saringan ikan agar hama tidak masuk dalam kolam.
Penyakit
Gangguan penyakit dapat berupa penyakit non parasiter dan penyakit parasiter. Gangguan penyakit dapat lebih mudah menyerang ikan gurami pada saat musim kemarau, dimana suhu menjadi lebih dingin.
Penyakit non parasiter adalah penyakit yang timbul bukan karena serangan parasit, tapi biasanya bersumber dari faktor lingkungan fisika dan kimia air dan makanan. Penyakit ini bisa berupa pencemaran air karena adanya gas beracun, seperti asam belerang atau amoniak, kerusakan akibat penangkapan atau kelainan tubuh karena keturanan.
Untuk mengetahui gangguan yang dialami oleh ikan yang dipelihara, dapat diketahui dari pengamatan terhadap ikan. Bila ada gas beracun dalam air, ikan biasanya lebih suka berenang pada permukaan air untuk mencari udara segar.
Penyakit parasiter diakibatkan parasit. Parasit adalah hewan atau tumbuh-tumbuhan yang berada pada tubuh, insang, maupun lendir inangnya dan mengambil manfaat dari inang tersebut. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, jamur dan berbagai mikroorganisme lainnya. Berdasarkan letak penyerangannya parasit dibagi menjadi dua kelompok yaitu ektoparasit yang menempel pada bagian luar tubuh ikan dan endoparasit yang berada dalam tubuh ikan.
Ciri-ciri ikan yang terkena penyakit parasiter adalah sebagai berikut :
- Penyakit pada kulit :
Pada bagian tertentu di kulit akan berwarna merah, terutama pada bagian dada, perut dan pangkal sirip. Warna ikan menjadi pucat dan tubuhnya berlendir. - Penyakit pada insang :
Tutup insang mengembang, lembaran insang menjadi pucat, kadang-kadang tampak semburat merah dan kelabu. - Penyakit pada organ dalam :
Perut ikan membengkak, sisik berdiri. Kadang-kadang sebaiknya perut menjadi amat kurus, ikan menjadi lemah dan mudah ditangkap.
Salah satu parasit yang sering menyerang ikan gurami adalah Argulus indicus yang tergolong Crustacea tingkat rendah, yang hidup sebagai ektoparasit, berbentuk oval atau membundar dan berwarna kuning bening. Parasit ini menempel pada sisik atau sirip dan dapat menimbulkan lubang kecil yang akhirnya akan menimbulkan infeksi.
Selanjutnya infeksi ini dapat menyebabkan patah sirip atau cacat.
Parasit lainnya adalah bakteri Aeromonas hdyrophyla, Pseudomonas, dan cacing Thematoda yang berasal dari siput-siput kecil.
Untuk mencegah penyakit ini dapat dilakukan dengan mengangkat dan memindahkan ikan ke dalam kolam lain dan melakukan penjemuran kolam yang terjangkit penyakit, selama beberapa hari agar parasit mati. Parasit yang menempel pada tubuh ikan dapat disiangi dengan pinset.
Sementara pengobatan bagi ikan-ikan yang penyakitnya lebih berat dapat menggunakan bahan kimia seperti Kalium Permanagat (PK), neguvon dan garam dapur 500 – 1.000 mg/l, dengan cara perendaman selama 24 jam. Sedangkan bila teridentifikasi terserang bakteri pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian oksitetrasiklin, dengan dosis 5 -10 mg/l, secara perendaman selama 24 jam.
Selain penggunaan bahan kimia tersebut di atas, juga dapat menggunakan daun lambesan (Chromolaena odorata (L), sebagai antibiotik. Daun lambesan dimasukkan ke dalam kolam sebelum ikan di tebar yaitu pada saat pengolahan kolam. Banyaknya daun lambesan yang dipakai adalah 1 pikul (yaitu kurang lebih 50 kg) untuk luas tanah 25 m2. Penggunaan daun ini adalah 1 untuk 1 masa tanam.
Penggunaan obat-obatan kimia untuk ikan konsumsi tidak dianjurkan, mengingat dampak yang tidak baik kepada konsumen. Kalaupun diberikan obat-obatan, tidak boleh langsung di jual kepada konsumen akhir. Penggunaan obat-obatan pada ikan konsumsi juga sebaiknya tidak diberikan apabila ikan hendak diekspor. Besarnya ikan-ikan konsumsi yang mati dibuang.
Penanganan Bau Lumpur pada Ikan Gurami
Salah satu permasalahan yang dihadapi pada budidaya ikan gurami adalah adanya cita rasa lumpur pada daging ikan gurami yang berasal dari bau yang ditimbulkan oleh lingkungan terutama pada budidaya intensif di kolam dengan sistem air tergenang.
Berdasarkan hasil penelitian Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Departemen Kelautan dan Perikanan, bau lumpur secara umum dan khusus pada ikan gurami dapat dihilangkan dengan perlakuan berupa pemberokkan ikan gurami, pada air yang bersalinitas 8 atau 12 ppt selama 7 hari.
Pemberokan ikan gurami ini mengakibatkan perubahan warna kulit yang semula sangat mengkilat menjadi kusam, dan tesktur yang semula lembek (banyak mengandung air dan mudah pemisahaan) menjadi kenyal (struktur daging kompak, kering dan tidak mudah terjadi pemisahan). Setelah pemberokan selama 7 hari, ternyata menyebabkan daging ikan terasa sangat gurih.
Cara lain, gurami yang bercita rasa lumpur dikarantina dalam kolam khusus dan hanya di beri pakan berupa daun sente selama kurang lebih 7 hari. Setelah itu cita rasa lumpur yang biasanya telah hilang. Hal ini kemungkinan dikarenakan kualitas air di daerah tersebut yang relatif jernih dan tidak banyak mengandung lumpur.
Kendala Produksi
- Penyakit sering kali menjadi kendala karena dapat mengakibatkan menurunnya jumlah produksi ikan yang dapat di jual. Untuk mempercepat timbulnya penyakit maka diupayakan untuk menjaga kondisi kolam agar memenuhi persyaratan yang ditetapkan, disamping petani dapat menghubungi dinas atau Balai Benih Ikan setempat.
- Gangguan musim, umumnya terjadi pada saat musim kemarau, yang mengakibatkan suhu lebih dingin sehingga oksigen berkurang dan ikan mudah terserang penyakit. Perubahan suhu yang dapat ditoler ikan adalah 5oC. Untuk mengantisipasi perubahan suhu, dapat dilakukan pengaturan air masuk dan air keluar.
- Sikap petani yang masih sulit mengubah pola budidaya ikan ke arah yang lebih intensif dan cendrung tetap mempertahankan pola budidaya yang telah dilakukan secara turun temurun. Akibatnya jumlah produksi gurami yang masih belum dapat memenuhi permintaan pasar. Dalam hal ini Dinas terkait perlu meningkatkan pembinaan kepada petani agar mau menerapkan pola budidaya yang lebih baik.
Budidaya ikan gurami juga dapat dilakukan pada kolam plastik. Dengan kolam plastik, lahan yang sempit dan air yang kurang, bukan lagi menjadi suatu masalah. Karena dengan kolam plastik ini, akan menghemat lahan dan air, serta untungnya besar Dalam budidaya ikan, orang lebih mengenal tambak, karamba, jaring apung, kolam air tenang dan kolam air deras. Selain itu, adalagi kolam batu dan kolam plastik.
Kolam plastik sebenarnya bukan istilah baru dan sudah cukup lama digunakan, meski terbatas di lingkungan lembaga perikanan. Tetapi di Kab. Tasikmalaya, kolam plastik berkembang cukup pesat khususnya di Kec. Cineama dan Kec. Manonjaya.
Kolam plastik bukanlah kolam khusus yang terbuat dari plastik tetapi tetap terbuat dari tanah. Namun, karena tanah di daerah tersebut adalah tanah yang porus/sarang (tidak dapat menahan air) dan airnya bukanlah air yang mengalir, maka air di kolam tersebut tidak cepat habis, dasar kolam dan pinggir kolam dilapisi plastik.
Kolam plastik kecil, rata-rata berukuran 14 meter persegi dengan kedalaman air antara 10-60 cm. Kecuali untuk kolam pendederan I dan pendederan II, luasnya cukup 2 meter persegi dengan kedalaman air 10 cm. Begitu pula untuk ukuran kaset, luasnya bisa 2-3 kali luas, dibandingkan dengan kolam untuk ukuran benih yang lebih kecil dari ukuran kaset dan kedalamannya bisa sampai I meter. Ukuran panjang atau lebar kolam disesuaikan dengan keadaan lahan.
Slam kenal ,
ReplyDeletebarusan saya baca blogg ini, untuk bahan referensi , saya ada sedikit kolam,
tapi masih bingung mau di isi ikan apa,
dan baca blog ini jadi lebih tau tentang gurami,