Sunday 12 December 2010
Lindt Chocolate Museum – Cologne, Jerman
Jika seseorang mencoba membayangkan untuk dapat menikmati cokelat di pinggiran sungai Rhine, maka tempat paling sempurna tentunya adalah Lindt Chocolate Museum di Cologne, Jerman.
Memang menyambangi Cologne, Jerman, rasanya belum lengkap jika tak bertandang ke Imhoff-Stollwerck Museum ini.
Museum jamak ini dikenal sebagai Chocolate Museum (Schokolade Museum atau Museum Cokelat). Kendati museum ini sudah dibangun sekitar 15 tahun silam, nyatanya tetap menjadi tujuan wajib bagi turis yang berkunjung ke Cologne.
Tak sulit menemukan museum ini. Jika bertanya pada orang lokal di sudut-sudut jalan di Cologne, mereka akan dengan senang hati menunjukkan jalan menuju ke Museum Cokelat ini. Agaknya bangunan yang dibikin oleh Dr. Hans Imhoff ini menjadi kebanggaan masyarakat Cologne. Bahkan, mereka menyebutnya sebagai ‘ibukota cokelat’ milik Jerman.
Museum ini berdiri di pinggiran sungai Rhine. Merunut sejarahnya, museum ini awalnya merupakan tempat pameran yang didesain untuk memperingati 150 tahun perusahaan cokelat Stollwerk. Perusahaan cokelat yang cukup tenar di Amerika ini berbasis di Cologne. Lantaran animo masyarakat cukup tinggi, maka dibikinlah museum yang memamerkan cokelat secara permanen. Setiap tahunnya, museum ini kedatangan lebih dari 5 juta orang.
Sebagian dari museum ini masih berfungsi sebagai pabrik cokelat yang benar-benar masih berproduksi dan di sini para pengunjung dapat segera melihat bagaimana proses makanan surga ini diciptakan. Di dalam tour ini, para pengunjung juga dapat mencicipi berbagai macam cokelat.
Para pengunjung akan jadi ‘pencicip profesional’ karena mereka diperkenankan untuk mengatakan dan mengkomentari, bagaimana rasa cokelat yang dibuat oleh pabrik mini tersebut, di hari mereka mengunjunginya. Para pengunjung juga akan diminta secara mendadak menjadi tukang cicip profesional untuk produk yang unik atau belum dirilis seperti pasta cokelat atau cokelat isi mangga plus cabe.
Museum Cokelat hanya berjarak 20 menit, dengan berjalan kaki, dari Katedral Cologne dan stasiun kereta api utama yang berada di pusat kota. Kompleks museum futuristik yang terbuat dari baja dan kaca ini, juga berada tepat di tepi Sungai Rhine.
Di dalam museum ini Para pengunjung dapat mempelajari tentang sejarah cokelat, mulai dari cokelat Maya "minuman para dewa" sampai cokelat komersil yang ada saat ini. Selain itu, Para pengunjung bisa berjalan-jalan di rumah kaca yang terdapat di museum ini, dengan pohon-pohon kakaonya, dan mencari tahu bagaimana biji kakao diproses menjadi cokelat, mulai dari awal sampai akhir di unit produksi mini-museum.
Memasuki museum yang berbanderol 6,5 euro per orang, pemandangan para pengunjung bakal terkunci oleh air mancur cokelat, yang berbentuk pohon emas. Tinggi pancuran cokelat ini 3 meter, dan diletakkan di ruangan dengan jendela kaca yang begitu besar. Staf museum dengan senang hati akan mencelupkan wafel ke dalam cokelat hangat dan membiarkan Para pengunjung mencobanya. Sungguh, Cologne tampak lebih memukau dengan pemandangan seperti ini.
Lebih dari sekadar memamerkan cokelat dari seluruh dunia, museum yang kental dengan aroma cokelat ini juga bertujuan untuk mengedukasi pengunjung soal A-Z tentang cokelat. Mulai dari cokelat yang berkualitas, cokelat yang dibanderol mahal dan murah, sejarah cokelat, dan masih banyak lagi. Jadi, pengunjung tak bakal salah pilih dan merasa rugi saat membeli cokelat di supermarket karena mereka sudah tahu kualitas cokelat pabrikan itu.
Selain itu, pengunjung juga bakal diberitahu bagaimana memperlakukan cokelat dengan baik. Contohnya, sebaiknya tidak menyimpan cokelat dalam kulkas lantaran bisa membunuh aroma dan citarasa keaslian cokelat. Eh, museum ini tidak memproduksi cokelat lho. Sebagai pameran saja, museum ini hanya mengolah 400 kg per hari untuk demonstrasi saja.
Pengunjung bakal disuguhi penanaman biji kakao dan prosesnya hingga tersuguh menjadi sebatang cokelat. Ada greenhouse di museum ini yang menanam biji cokelat. Jadi para pengunjung dapat dengan leluasa melihat bagaimana cokelat itu tumbuh dan berkembang.
Mesin yang membuat cokelat bertekstur halus dan lembut, juga ada di museum ini. Asal tahu saja, mesin yang dipajang di museum ini sangat unik dan tak bisa digantikan dengan mesin lain.
Pajangan lain dalam museum ini adalah perabotan porselen yang biasa digunakan untuk minum cokelat. Tahu sendiri, di Eropa pada abad 17-18, hanya orang-orang kaya saja yang bisa menikmati secangkir cokelat hangat. Nah, disinilah beragam cangkir dan cawan untuk menyeruput cokelat hangat itu, dipamerkan.
Di museum yang terletak di Schokoladen museum 1, juga terdapat sebuah toko di mana para pengunjung dapat membeli berbagai cokelat Jerman dan Swiss, serta kafe museum yang menawarkan pemandangan kea rah sungai Rhine.
Jika ingin merasakan cokelat disini, para pengunjung harus menyediakan uang 7,50 Euro (sekitar Rp90.000) atau jika bersama keluarga bisa mengambil paket keluarga (2 orang dewasa dan anak-anak sampai usia 16 tahun) seharga 21 Euro (sekitar Rp250 ribu).
Museum ini, buka hari Selasa sampai Jum'at mulai pukul 10:00-18:00 waktu setempat sedangkan hari Sabtu dan Minggu buka mulai pukul 11:00-19:00 waktu setempat.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment