Pada suatu hari Raja Dushwanta, seorang raja besar, yang gagah dan tampan, anak Puru, pendiri Wangsa Paurawa, dari perkawinannya dengan Putri Kosalya, sedang pergi berburu ke hutan dengan ditemani oleh balatentara kerajaan bersenjata lengkap.
Ketika, ia yang juga cucu Raja Yayati dari Wangsa Chandra, sampai ke suatu hutan yang sangat lebat, ia memulai perburuannya. Saat itu yang menjadi sasaran utama adalah binatang gajah. Banyak gajah yang terluka, menjadi beringas dan menyerang para pengawalnya. Tidak sedikit diantara pengawalnya yang akhirnya tewas, akibat diinjak-injak gajah atau tertusuk gadingnya. Yang masih hidup, lari tunggang-langgang menjauhi gajah-gajah yang terluka tersebut.
Setelah puas dengan perburuan gajah, ia pergi menuju hutan yang lain, melalui hamparan padang rumput yang luas. Beberapa hari telah mereka lewati dan beberapa padang rumput telah mereka lalui, sampai pada akhirnya mereka sampai ke tepi hutan di kaki gunung Himawan. Penduduk disekitar hutan tersebut memberitahukan bahwa di tengah hutan tersebut ada sebuah pertapaan, yang dihuni oleh Resi Kanwa, seorang resi keturunan Kasyapa yang masyhur. Raja Dushwanta memutuskan untuk berhenti sejenak dan berniat mengunjungi pertapaan tersebut.
Ia menyuruh balatentaranya berhenti di tepi hutan, sambil menunggu ia kembali dari pertapaan Resi Kanwa. Bersama dengan beberapa pengiringnya, ia masuk ke hutan tersebut. Kebetulan hutan ini tidak terlalu lebat, sehingga agak mudah bagi Prabu Dushwanta untuk menembus ke dalaman hutan. Setelah masuk sampai jauh ke tengah hutan, sampailah ia pada suatu tepi sungai kecil dengan airnya yang sangat jernih menyegarkan. Tidak jauh dari sungai tersebut, Raja Dushwanta menjumpai sebuah pertapaan yang bersih, tertata rapi dan sangat indah. Sebuah pertapaan yang dipenuhi dengan aneka bunga yang sedang mekar, menyebarkan harum seberbak wewangian segar ke alam sekitar. Pohon-pohonpun berbuah lebat, menggiurkan.
Syahdan, tempat pertapaan tersebut begitu tenang dan damai, sehingga kijang-kijang pun dapat hidup berdampingan dengan singa dan macan yang buas. Semua itu seolah-olah karena pengaruh pancaran sinar suci dari pertapaan tersebut. Segala yang pada mulanya begitu buas, kejam, bengis dan rakus, berubah menjadi sejuk, nyaman, rukun dan tenang penuh kedamaian yang berawal dari pertapaan Begawan Kanwa.
Sesampainya di pertapaan tersebut, kekaguman Prabu Dushwanta semakin bertambah ketika ia disambut oleh seorang wanita yang sangat elok parasnya, berpakaian pertapa. Ia merasa sangat heran. Bagaimana tidak, di hutan yang sedemikian sunyi dan sepi seperti ini, ada seorang gadis yang sangat cantik bagaikan bidadari. Wanita ini tidak lain adalah Syakuntala, puteri angkat Begawan Kanwa. Ia sebenarnya adalah putri Prabu Wismamitra dengan bidadari Menaka.
“Maaf putri, pertapaan milik siapakah ini? Begitu indah, asri dan rapi! Lalu siapakah engkau? Mengapa engkau ada di tempat yang sesunyi ini dan apa hubunganmu dengan pemilik pertapaan ini?” tanya Prabu Dushwanta. Ia juga memperkenalkan dirinya, “Aku Dushwanta, raja dari kerajaan Hastinapura”
“Terimalah sembah hormat hamba paduka. Ini adalah pertapaan Begawa Kanwa dan nama hamba Syakuntala, putri Begawan Kanwa,” jawab Syakuntala.
”Bukankah Begawan Kanwa seorang Sukla Brahmachari? Bagaimana mungkin beliau memiliki anak dan dimana bapa resi sekarang?” tukas Raja Dushwanta
”Benar paduka, hamba putri angkat beliau. Saat ini beliau sedang pergi ke hutan mencari buah-buahan. Bila paduka berkenan menunggu, silahkan paduka beristirahat sejenak di dalam. Di dalam juga ada resi, sahabat ayah” sahut Syakuntala
”Baiklah! Tetapi, bagaimana engkau bisa sampai ke tempat ini?” tanya Prabu Dushwanta selanjutnya
”Mengenai, bagaimana hamba bisa sampai ke sini, hamba kurang begitu paham, paduka. Mungkin paman Brahmana sahabat ayah, yang dapat memberikan penjelasan,” sahut Syakuntala, sambil mempersilahkan sang prabu untuk masuk ke padepokannya dan beristirahat. Raja Dushwanta menyetujui usul Syakuntala untuk masuk ke pertapaan.
Karena rasa ingin tahunya yang besar, bagaimana seorang putri yang sedemikian cantik dan elok parasnya, bisa berada di tempat yang sesunyi ini, maka ia pun bertanya kepada sang Resi. ”Bapa resi dapatkah engkau menceritakan asal-usul putri bapa Begawan Kanwa ini?”
Dengan tersenyum, Sang Resi sahabat Begawan Kanwa menganggukkan kepala. Mulailah sang resi menceritakan asal-usul Syakuntala dan ia pun mendengarkan penuturan sang resi sahabat Resi Kanwa dengan penuh perhatian.
No comments:
Post a Comment