Wednesday, 2 February 2011

Granisetron

Update: 28/02/12

Pemberian dan Penggunaan Obat ini harus dibawah Pengawasan Dokter

Farmakologi

Granisetron merupakan antiemetik yang potent dimana efek antiemetiknya dicapai melalui kerja antagonis pada reseptor-reseptor 5-hydroxitryptamine (5-HT3) di dalam chemoreceptor trigger zone dan mungkin pada saluran cerna bagian atas.

Reseptor-reseptor serotonin tipe 5-HT3 terletak secara perifer pada terminal n. vagus dan sentral di dalam chemoreceptor trigger zone di area postrema.

Selama proses kemoterapi yang menginduksi vomitus, sel-sel mukosa enterochromaffin melepaskan serotonin yang menstimulasi reseptor-reseptor 5-HT3. Hal ini menimbulkan rangsangan aferen n. vagus dan dapat menyebabkan vomitus. Penelitian pada hewan coba menunjukkan bahwa saat mengikat reseptor-reseptor 5-HT3, granisetron menghambat stimulasi serotonin dan reaksi vomitus selanjutnya setelah stimulasi emetogenik.

Farmakokinetik

Distribusi

Granisetron secara luas terdistribusi dengan volume distribusi rata-rata kurang lebih 3 l/kg; pengikatan protein plasma kurang lebih 65%.

Metabolisme
 
Granisetron dengan cepat dan luas dimetabolisme di hati, secara normal dengan N-demethylation dan oksidasi cincin aromatik yang diikuti dengan konjugasi.

Eliminasi
 
Bersihan terutama melalui metabolisme oleh hati. Ekskresi urin granisetron unchanged kurang lebih 12% dari dosis dimana jumlah metabolitnya sekitar 47% dari dosis. Sisanya diekskresikan melalui feses sebagai metabolit. Rata-rata waktu paruh plasma pada pasien kurang lebih 9 jam, dengan variasi antar subjek yang luas. Bersihan granisetron tidak dipengaruhi oleh gangguan ginjal, tapi lebih rendah pada pasien usia lanjut dan pada pasien dengan gangguan hati.

Indikasi 

Granisetron diindikasikan untuk pencegahan dan pengobatan pada keadaan:
  • Nausea dan vomitus akut maupun tertunda yang berhubungan dengan kemoterapi dan radioterapi.
  • Mual dan muntah pasca operasi.
Kontra Indikasi

Hipersensitif terhadap granisetron atau substansi yang terkait.

Dosis dan Cara Pemberian

Dosis standar:

Nausea dan vomitus yang diinduksi oleh kemoterapi: Dewasa:
 
Intravena:
  • Pencegahan: 1-3 mg (10-40 mcg/kg) granisetron dapat diberikan sebagai injeksi intravena lambat (lebih dari 30 detik) ataupun dilarutkan dalam 20-50 ml cairan infus dan diberikan selama lebih dari 5 menit, pada saat akan dimulai kemoterapi.
  • Pengobatan: 1-3 mg (10-40 mcg/kg) granisetron dapat diberikan sebagai injeksi intervena lambat (lebih dari 30 detik) ataupun di larutkan dalam 20-50 ml cairan infus dan diberikan selama lebih dari 5 menit. Jika diperlukan, dosis tambahan dapat diberikan minimal 10 menit setelah pemberian terakhir. Dosis maksimum yang diberikan dalam 24 jam tidak boleh melebihi 9 mg.
Intramuscular:
  • Pencegahan dan pengobatan: 3 mg granisetron diberikan secara IM 15 menit sebelum kemoterapi dimulai. Jika diperlukan, dua kali dosis tambahan granisetron sebanyak 3 mg dapat diberikan dalam waktu 24 jam.
Anak-anak:
 
Intravena: 

Dosis 10-40 mcg/kg berat badan (hingga 3 mg) dapat diberikan melalui infus intravena, dilarutkan dalam 10-30 ml cairan infus dan diberikan selama lebih dari 5 menit pada saat akan dimulai kemoterapi. Satu dosis tambahan dapat diberikan dalam waktu 24 jam bila diperlukan. Dosis tambahan ini harus diberikan paling sedikit 10 menit setelah pemberian infus awal.

Intramuscular:  

Tidak tersedia data yang mencukupi untuk penggunaan granisetron secara IM pada anak-anak.

Nausea dan vomitus yang diinduksi oleh radioterapi: Dewasa:
  • Pencegahan: 1-3 mg (10-40 mcg/kg) granisetron dapat diberikan sebagai injeksi intravena lambat (lebih dari 30 detik) ataupun dilarutkan dalam 20-50 ml cairan infus dan diberikan selama lebih dari 5 menit, pada saat akan dimulai kemoterapi.
Anak-anak:
 
Tidak tersedia data yang mencukupi untuk penggunaan granisetron pada pencegahan dan pengobatan mual dan muntah yang diinduksi oleh radioterapi pada anak-anak.

Nausea dan vomitus pasca operasi: Dewasa:
  • Pencegahan: 1 mg (10 mcg/kg) granisetron diberikan sebagai injeksi intravena lambat (lebih dari 30 detik) sebelum induksi anestesi.
  • Pengobatan: 1 mg (10 mcg/kg) granisetron diberikan sebagai injeksi intravena lambat (lebih dari 30 detik).
Dosis maksimal untuk pasien yang akan menjalani anastesi untuk operasi adalah 3 mg granisetron secara IV dalam 1 hari.

Anak-anak:
 
Tidak tersedia data yang mencukupi untuk penggunaan granisetron pada pencegahan dan pengobatan mual dan muntah pasca operasi pada anak-anak.
 
Dosis maksimal dan durasi pengobatan:
 
2 dosis (2 mg) dalam 1 hari

Dosis per-oral

Granisetron tablet dapat diberikan pada orang dewasa, dengan dosis 1mg diberikan 2x/hari atau 2mg diberikan 1x/hari, selama 1 minggu setelah mendapat pengobatan khemoterapi. Dosis awal hendaknya diberikan 1jam sebelum pemberian pengobatan khemoterapi. Granisetron tablet dapat diberikan bersama dengan makanan atau pada saat perut kosong, karena penyerapannya tidak dipengaruhi oleh makanan dan bioavailabilitasnya mencapai 60%.

Instruksi dosis khusus:
 
Geriatri: tidak diperlukan penyesuaian dosis.
Gangguan renal dan gangguan hepatik, tidak memerlukan penyesuaian dosis.

Peringatan dan Perhatian

Karena granisetron dapat menurunkan motilitas usus bagian bawah, pasien dengan gejala obstruksi usus sub akut harus dipantau setelah pemberian granisetron.

Sebagai perhatian secara umum, granisetron sebaiknya tidak dicampur dalam larutan yang berisi obat-obat lainnya.

Tidak ada peringatan yang khusus untuk pasien usia lanjut atau pasien dengan gangguan ginjal maupun hati.

Efek pada kemampuan mengendarai dan menggunakan mesin:
 
Tidak ada bukti dari penelitian pada manusia bahwa granisetron memiliki efek samping pada kewaspadaan.

Kehamilan dan masa menyusui:
 
Granisetron sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil kecuali terdapat alasan klinis yang menyertainya. Tidak ada data mengenai ekskresi granisetron pada air susu. Selama terapi, dianjurkan untuk tidak menyusui.

Efek Samping

Granisetron ditoleransi dengan baik. Seperti dilaporkan dengan obat lainnya pada kelas ini, sakit kepala, konstipasi dan kelelahan merupakan efek samping yang paling sering terjadi akan tetapi umumnya bersifat ringan atau sedang. Reaksi hipersensitif yang jarang, terkadang parah (contoh: anafilaksis), pernah dilaporkan. Reaksi alergi lainnya termasuk minor skin rashes pernah dilaporkan. Pada percobaan klinis, peningkatan sementara dari transaminase hati, secara umum pada batasan yang normal lelah dilaporkan.

Interaksi Obat

Efektifitas granisetron dapat ditingkatkan, jika diberikan bersama dengan kortikosteroid (misalnya, dekstametason 8 - 20 mg), sebelum pemberian kemoterapi. 

Pada manusia, induksi enzim hepatik oleh phenobarbital dapat meningkatkan total bersihan plasma granisetron seperempat kali lebih tinggi. Ketoconazole menghambat oksidasi cincin granisetron. Namun, dengan tidak adanya hubungan pK/pD dengan granisetron, perubahan ini dianggap tidak memiliki makna klinis. Granisetron aman digunakan pada manusia bersama dengan benzodiazepines, neuroleptics dan pengobatan anti ulkus yang biasa diresepkan bersama dengan anti emetik. 

Sebagai tambahan, granisetron tidak menunjukkan adanya interaksi obat dengan kemoterapi kanker yang emetogenik. Tidak ada penelitian interaksi yang dilakukan pada pasien dalam anestesi, tetapi granisetron merupakan cytochrome p450 subfamily 3A4 (berhubungan dengan metabolisme beberapa agen analgesik narkotik yang tidak termodifikasi oleh granisetron).

Over Dosis

Tidak ada antidotum yang spesifik untuk granisetron. Pada kasus overdosis, pengobatan simtomatis harus diberikan.

No comments:

Post a Comment