Monday, 21 February 2011

Prangko


Kata Prangko berasal dari kata Franco. Kata ini diperkirakan berasal dari nama seorang Itali yaitu Francesco de Tassis dari keluarga “Thurn and Taxis. Dia rnembuat suatu pengantaran pos di Eropa, pada tanggal 18 Januari 1505, rute pengantaran pos yang pertama. Pengantaran pos ini hanya terbatas di kalangan bangsawan atau raja saat itu.

Selama ini Prangko sering kali hanya dianggap sebagai suatu benda pos belaka. Padahal, di dalamnya mengandung suatu pesan khusus, yang apabila dilihat dari segi komunikasi, mempunyai nilai yang tak kecil artinya.

Prangko merupakan benda berharga yang memiliki fungsi utama sebagai tanda pelunasan porto dan biaya pos. Namun berbagai gambar yang menarik pada sebuah prangko bisa menjadi sarana untuk menyampaikan pesan mengenai berbagai kepentingan masyarakat, pesan moral, menggambarkan keindahan alam, dan juga menggambarkan sejarah. 


Sebelum prangko ada, biaya pengiriman surat masih dilakukan dengan membayar secara tunai. Namun dengan adanya prangko, setiap orang bisa mengirim surat dengan menggunakan prangko yang sesuai dengan biaya pengiriman surat.

Prangko pertama, secara resmi, dikeluarkan oleh Dinas Jawatan Pos Inggris, pada tahun 1840, atas usul Sir Rowland Hill.

Sejarah Prangko

Pengantaran surat di jarnan dulu dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain dengan rnenggunakan merpati pos, kuda, atau berjalan kaki. Di Baghdad, pengantaran pos, pernah menggunakan kerbau berkereta, di India pernah rnenggunakan sepeda, dan di Rusia pernah menggunakan unta, anjing, rusa. Pada abad ke-19, baru dikenal istilah kantor pos.

Cara pengiriman maupun sistim pembayaran saat itu, sangat berbeda dibandingkan sekarang. Pada saat itu, si penerima suratlah yang harus membayar ongkos kirimnya. Jika sipenerima surat menolak antaran surat tersebut, maka kerugian akan ditanggung oleh kantor pos.

Bisa dibayangkan betapa susahnya jika orang tersebut sedang tidak punya uang dan pada saat yang sama menerima surat, apalagi kalau surat itu ternyata surat yang sangat penting. Kalau kini, si pengirim suratlah yang membayarnya.

Kebaikan bidang jasa ini ternyata disalah-gunakan oleh beberapa orang. Sebagai contoh adalah kisah cinta sepasang muda-mudi di Inggris.

Tempat tinggal mereka satu dengan yang lain berjauhan. Suatu ketika kedua remaja tadi bertemu muka. Mereka membuat tanda-tanda tertentu yang hanya diketahui artinya oleh mereka berdua. Mereka kembali pulang dan berkali-kali berhubungan hanya melalui surat tanpa harus membayar sedikit pun.

Bagaimana bisa terjadi?

Ternyata si pemuda menulis surat dengan tanda-tanda yang sebelumnya telah mereka sepakati. Setelah sampai di tangan si pemudi, lalu dikatakan kepada tukang pos yang membawa surat dari si pemuda, bahwa dia tak mengenal si pengirim surat.

Tentu saja sebelum dikatakan demikian, surat itu dibaca dulu dengan tanda-tanda yang tertera di kertas amplop surat itu. Dengan demikian surat tidak diterimanya, dan dikembalikan langsung kepada petugas pos dan si pemudi pun tak perlu harus membayar biaya pos.

Sejarah Prangko

Kejadian yang merugikan pihak pos tersebut sempat dilihat seorang bangsawan Inggris, Sir Rowland Hill. Ia lahir tanggal 3 Desember 1795, anak seorang guru, Thomas Wright Hill (memiliki 6 putera dan 2 puteri). Rowland senang membaca buku dongeng anak-anak yang bersifat pendidikan yang dikarang oleh Miss Edgewordh.

Pada usia 31 tahun Rowland Hill pindah dari Birmingham ke daerah dekat London. Bersama salah seorang saudaranya, Rowland Hill mendirikan sebuah sekolah istimewa di Bruce Castle, Tottenham. Rowland juga memperkenalkan sistem mengajar yang disebut ‘Hazlewood’. Sistem itu mengungkapkan dan mengakui bahwa kebenaran adalah sangat penting bagi mahasiswa yang demokratis, agar suatu pendidikan bisa berhasil.

Pada tahun 1837, Rowland Hill yang telah menjadi seorang kepala sekolah, menyarankan sistem pra-bayar  dan mengajukan sebuah tulisan yang berjudul “Post Office Reform, Its Importance and Practicability”. Isinya sekitar pembaharuan sistim pos yang ada, yaitu tarif pos yang sama untuk seluruh bagian Inggris, sampai dengan kiriman yang beratnya setengah ons.

Rincian proposal itu sebenarnya terdiri dari tiga diktum.



  • Ongkos pengiriman surat harus diturunkan, Apabila ongkos pengiriman surat turun, diharapkan terjadi peningkatan arus surat, peningkatan jumlah surat yang dikirim.
  • Untuk lebih merangsang masyarakat agar lebih saling berkirim surat, perlu ditetapkan tarif pos yang seragam, dengan tidak memandang jarak tempuh surat tersebut.
  • Untuk menghindari penyalahgunaan biaya pengiriman surat, maka biaya pos harus dibayar di muka dengan menempelkan secarik kertas tanda pelunasan yang saat ini kita kenal bernama Prangko.
Setelah melalui perdebatan yang sangat panjang, akhirnya usul ini diterima parlemen Inggris dan dijadikan sebagai suatu ketetapan yang berlaku resmi mulai tanggal 1 Januari 1840.

Prangko yang pertama dijual pada tanggal 1 Mei 1840, harganya 1 penny untuk prangko hitam dan 2 pence untuk prangko biru, bergambar Ratu Victoria.

Rowland, pada tahun 1846 ditunjuk menjadi Sekretaris Postmaster General. Antara tahun 1854-1856 Rowland Hill, mendapatkan kepercayaan untuk menduduki jabatan sebagai Sekretaris Perusahaan Jawatan Pos, suatu kedudukan yang tinggi waktu itu. Lalu tahun 1860 Rowland Hill menerima penghargaan tinggi dengan gelar Knight.

Karena dianggap berhasil meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara nasional, maka Rowland Hill dianugerahi gelar ” Sir” di muka namanya pada tahun 1864, setelah pensiun. Demikian pula Parlemen memberikan hadiah 20.000 poundsterling dan setiap tahunnya berhak menerima uang pensiun sebesar 2.000 poundsterling.

Rowland Hill, Bapak Prangko, meninggal di Hampstead, pada tanggal 27 Agustus 1879 dan dimakamkan dengan upacara kebesaran nasional di Westminster Abbey, London.

Rancangan armplop surat yang pertama, dibuat oleh William Mulready. Selanjutnya, pemilik percetakan dari Dundee serta pemilik toko buku, James Chalmers (1782- 1853), mengusulkan kepada Rowland Hill untuk membuat prangko berperekat.

Pengusul prangko berperekat sebenarnya bukan hanya James Chalmers, tetapi juga seorang keturunan Austria dan Ljubljana (bangsa Slovenia) bernama L. Kosir, yang pernah pula memiliki ide serupa.

Pada akhirnya dibuatlah prangko Black Penny yang terkenal itu. Rowland Hill mencontohnya dari gambar sebuah medali peringatan yang dibuat oleh William Wyon.Medali berukir gambar Ratu Victoria (hanya bagian kepala).

Dari gambar tersebut Rowland Hill merancang prangko Black Penny dengan dibantu Charles serta Frederic Heath (ayah dan anak), untuk pewarnaannya. Sedangkan pencetak prangko pertama ini adalah Perkins, Bacon and Co. Prangko bernilai nominal satu Penny. Berkat usaha keras Sir Rowland Hill, kini ia dijuluki sebagai Bapak Prangko Internasional.

Oleh karena sejak pertama Inggris menggunakan prangko dengan gambar Ratu tanpa nama negara, sampai kini pun prangko Inggris merupaan satu-satunya prangko yang muncul tanpa nama negara, hanya logo (bayangan) Ratu sebagai lambing atau tanda prangko Inggris menggantikan nama negara pada prangkonya.

Prangko Black Penny ini, resmi dikeluarkan dan dipakai pada jasa pengeposan, pada tanggal 6 Mei 1840. Prangko ini bukan prangko tertua di dunia, sebab ada prangko yang ke luar, sebelum tanggal tersebut. Seperti ditemukannya surat berprangko dengan cap tanggal 20 Pebruari 1839. Surat itu ditulis oleh Ny. Egarter, isteri Kepala Jawatan Pos di Stital, Austria, untuk putrinya bernama Konstanzia. Tetapi prangko bernilai satu Kreuzer,  yang tertanggal, sebelum 6 Mei 1840 tersebut, bukanlah prangko resmi. Hal ini disebabkan prangko sebelum tanggal 6 Mei 1840 hanya dipakai oleh Badan organisasi tertentu saja dan juga kaum bangsawan atau raja-raja. Jadi bukan untuk masyarakat umum keseluruhan.

Sedangkan prangko Black Penny diresmikan oleh pemerintah saat itu dan dapat dipakai oleh semua orang untuk biaya pengiriman surat serta sesuai dengan tujuan dari prangko itu sendiri.

Ada pula sebuah kasus ditemukannya prangko Black Penny yang bercap tanggal 2 Mei 1840. Penjelasannya adalah sebagai berikut, Prangko Black Penny telah selesai dicetak sebelum 2 Mei 1840. Setelah selesai dicetak, prangko-prangko tersebut kemudian disebarkan ke berbagai kantor pos guna persiapan pengeluaran resmi pada tanggal 6 Mei 1840.

Ternyata Kepala Kantorpos kota Bath kurang jelas mendengar instruksi tersebut. Maka terjadilah hal-hal yang tak diinginkan dengan pemberian cap pada prangko Black Penny, tanggal 2 Mei 1840 di Bath. Yang mengherankan, ternyata tidak ditemukan prangko-prangko Black Penny dengan cap tanggal 3, 4, dan 5 Mei 1840. Kemungkinan sang kepala kantorpos di kota Bath tersebut, segera sadar, bahwa telah terjadi kelalaian, saat tanggal 2 Mei 1840, sehingga keesokan harinya kesalahan tersebut tidak terulang lagi.

Menyusul Inggris, negara lainpun menerbitkan prangko antara lain Zurich, Geneve, Basel (ketiganya di Swiss), Mauritius, Prancis, Bavaria, Amerika Serikat, dan Brazil.

Di Indonesia sendiri, prangko untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Pemerintah Hindia Belanda, pada 1 April 1864, bergambar Raja Willem III. Pada awalnya prangko hanya memuat gambar Kepala Negara (Raja dan Ratu), lambang Negara atau angka yang menunjukkan harga nominal saja. Perkembangan selanjutnya memunculkan prangko dengan berbagai macam rancangan.

Dalam perkembangannya, prangko, kini pemanfaatannya tidak hanya sekedar sebagai ongkos kirim surat, melainkan secara intensif dan sistematik, prangko dipergunakan untuk menyatakan sesuatu atau guna membawa suatu message (pesan atau amanat) yang lebih luas lagi. Yakni dapat dipergunakan sebagai sumber (sources) informasi dalam arti yang seluas-luasnya.

Apalagi setelah terbentuknya UPU (Universal Postale Union), pada tahun 1874, daerah edar serta pemakaian prangko lebih luas lagi. Ditambah dengan munculnya gejala semakin banyaknya peminat untuk mengumpulkan benda-benda filateli pada akhir abad ke-19. Daya tarik prangko sebagai benda koleksi semakin besar, terutama karena semakin bervariasi bentuk dan desain prangko-prangko dunia. Tidak seperti prangko pada masa-masa awal kelahirannya, yang hanya melukiskan gambar lambang atau kepala negara, dan angka-angka. 

Seperti halnya lukisan, ilustrasi, poster, reklame, atau karikatur, prangko pun merupakan pengejawantahan dari “picture of things” (benda bergambar) pada umumnya. Sebagai bagian dari "visual system of communication", dimana masing masing mempunyai ciri yang hampir sama. Melalui prangko, orang dapat mengetahui apa yang sedang terjadi di masa lampau maupun kini, baik peristiwa politik, kebudayaan, maupun peristiwa-peristiwa lain.

Dari prangko, kita dapat belajar sejarah, kebudayaan, flora dan fauna, teknologi, dan banyak lagi. Di samping itu, mengumpulkan prangko berarti melatih kesabaran, ketekunan, ketelitian, kecermatan, dan mendorong orang kepada aktivitas atau kegiatan yang positif sifatnya

Jenis-jenis Prangko

Setiap negara merancang dan mencetak berbagai prangko yang berbeda. Ada lebih dari 600 administrasi pos di seluruh dunia menerbitkan sekitar 10.000 prangko baru setiap tahunnya. Pada dasarnya, seluruh prangko yang ada dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Prangko Peringatan
Prangko ini dibuat untuk memperingati suatu peristiwa atau kejadian maupun orang-orang terkenal baik nasional maupun internasional. Prangko ini dibatasi jumlah cetakan, masa jual, dan masa berlakunya.

Prangko Definitif
Prangko ini diperuntukkan bagi penggunaan rutin dalam suatu urutan nilai untuk memenuhi berbagai kebutuhan pos. Prangko ini dapat dicetak ulang sesuai kebutuhan dan tidak dibatasi masa berlaku dan masa jual.

Prangko Amal
Prangko ini diterbitkan dengan tambahan harga jual dengan tujuan menghimpun dana untuk kemanusiaan. Prangko ini dibatasi jumlah cetakan, masa jual, dan masa berlakunya.

Prangko Istimewa
Prangko ini dibuat untuk mempromosikan sesuatu atau mengajak masyarakat melakukan sesuatu. Prangko ini dibatasi jumlah cetakan, masa jual, dan masa berlakunya.


Filateli Selayang Pandang 

Filateli atau kegiatan mengoleksi prangko merupakan "hobi terbesar di dunia"! Hobi ini dimulai di Inggris dan akhirnya digemari di seluruh dunia. Orang yang menggemari filateli atau senang mengumpulkan dan meneliti prangko disebut filatelis.

Filateli berasal dari bahasa Yunani, yaitu philo (tertarik) dan ateleia (dibebaskan dari kewajiban dan pajak). Jadi, kata filateli berarti,
"dengan kecintaan atas barang-barang bebas pajak". Istilah ini kemudian digunakan dalam Bahasa Prancis, yaitu "philatélie" dan untuk pertama kalinya dipergunakan oleh seorang Prancis bernama Georges Herpin, pada tahun 1864. Istilah ini berarti menyenangi prangko yang merupakan benda pos yang sudah dibayar oleh pengirim, sehingga si penerima tidak berkewajiban membayar biaya pos tersebut.

Pada tanggal 29 Maret 1922, klub filateli didirikan di Jakarta dengan nama Postzegelverzamelaars Club Batavia. Setelah berubah nama dan bentuk beberapa kali, perkumpulan ini sekarang dikenal sebagai Perkumpulan Filatelis Indonesia (PFI), yang merupakan organisasi hobi bersifat nasional. Kegiatan filateli mendapat dukungan dari PT Pos Indonesia.

Di negara-negara Eropa,, orang mengumpulkan prangko untuk belajar bahasa. Seperti yang dikemukakan oleh Anthony S. Mollica, "There are those rare teachers capable of compiling grammar outline for a language using the illustration solely the inscription on postage stamps from that country" (Teaching francophonie with postage, Richard E. Wood)

Selain itu, prangko dapat dipergunakan sebagai media propaganda yang sangat ideal, karena pesan yang terkandung di dalamnya sangat bermanfaat. Charlos Stoetzer mengatakan, "The stamp itself is an ideal propaganda. It goes from hand to hand and town to town. It reaches the farthest corners and the provinces of countries of the world. It is symbol of the nation from which the stamp mailed, a vivid expression of that country's culture and civilization, and of ideas of ideals. By the use of symbol, slogans, pictures, even loaded words, it conveys its far and wide" (Charlos Stoetzer, Library of Conggress Catalog Card No. 53-5788).

Dan selanjutnya, Carl I. Hovland mengatakan, "Komunikasi adalah proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa kata-kata, untuk mengubah tingkah laku orang lain". Jadi, pengertian komunikasi di sini adalah suatu proses dimana seseorang atau kegiatan menyampaikan perangsang berupa pikiran, perasaan, harapan, dan pengalaman, yang mengandung makna kepada orang lain, dan biasanya menggunakan lambing-lambang dalam bentuk bahasa.

Lambang yang paling banyak dipergunakan adalah bahasa, karena hanya bahasalah yang dapat mengungkapkan pikiran dan perasaan, fakta dan opini, yang konkrit dan abstrak, pengalaman yang sudah lalu, dan kegiatan yang akan datang, dan sebagainya. Karena itu, dalam komunikasi, bahasa memegang peranan yang sangat penting. Tanpa penguasaan bahasa, hasil yang bagaimanapun baiknya tidak dapat dikomunikasikan kepada orang lain secara tepat.

 Apa yang Dicari Kolektor Prangko

Jumlah dan variasi prangko di seluruh dunia sangatlah banyak sehingga tidak seorang pun dapat berharap memiliki satu dari masing-masing prangko yang pernah diterbitkan. Lalu bagaimana para kolektor prangko memandang kegiatannya?

Ada sejumlah kolektor yang senang mengumpulkan prangko berdasarkan tema atau seri tertentu. Misalnya tema tentang alam, budaya, geografi, binatang, musik, negara, agama, film, fotografi, geologi, olahraga, dan berbagai tema lainnya. Misalnya ada para kolektor yang mengumpulkan prangko dari negara tertentu dalam sebuah album khusus untuk setiap negara.

Para kolektor lainnya mengumpulkan prangko dengan desain khusus. Misalnya prangko prisma, yaitu prangko yang diterbitkan dalam komposisi bergandengan dan dipisahkan oleh perforasi (lubang sepanjang tepi prangko). Atau juga prangko dengan bentuk segitiga, bundar, dan bentuk lainnya menjadi favorit sejumlah kolektor prangko.

Kolektor prangko lainnya berupaya mengumpulkan koleksi prangko edisi tua. Misalnya beberapa kolektor prangko mengumpulkan prangko pada zaman penjajahan Belanda. Bahkan tidak sedikit kolektor yang memburu prangko pertama yaitu "Penny Black" yang saat ini harganya mencapai lebih dari 7.000 dolar AS.

Beberapa kolektor lainnya mengumpulkan prangko yang memiliki kesalahan desain atau pencetakan prangko. Bagi mereka, memiliki sesuatu yang terabaikan oleh para kolektor lainnya, adalah hal yang penting. Misalnya prangko yang terbit dengan kesalahan penulisan, misalnya ada sebuah huruf yang lupa ditulis, akan memiliki nilai yang lebih tinggi dibanding prangko yang sama dengan penulisan lengkap.

Tips Mengumpulkan Prangko


 


Peralatan Dasar
Siapkan perlengkapan dasar seorang filatelis yaitu penjepit dan kaca pembesar. Jangan pernah mem3gang prangko untuk koleksi dengan jari Anda. Bagi Anda yang senang mengoleksi prangko khusus, siapkan juga meteran untuk mendeteksi perbedaan dalam perforasi. Beberapa kolektor menyiapkan lampu ultra violet untuk menunjukkan fosforesens yang rusak dan tersembunyi serta hal-hal kecil lainnya.

Buku Prangko
Buku atau album prangko untuk mengoleksi prangko yang berhasil Anda kumpulkan. Bedakan setiap buku dengan kategori prangko yang bisa Anda tentukan sendiri. Misalnya album prangko untuk Indonesia, Amerika, Belanda dan lainnya. Sesuaikan dengan selera Anda.

Usia Prangko
Berupayalah mencari prangko klasik yang sudah langka. Prangko lama biasanya bernilai lebih tinggi khususnya setelah periode tertentu.

Kegiatan Para Kolektor
Anda dapat bertemu sesama rekan kolektor prangko dalam berbagai kegiatan seperti pameran. Anda juga bisa bergabung dengan perkumpulan filatelis seperti PFI yang terdapat di Indonesia. Hal ini akan membuat wawasan Anda bertambah. Selain itu, Anda bisa saling bertukar koleksi prangko dengan para kolektor lainnya.

Filateli merupakan hobi yang menyenangkan. Anda bisa menemukan banyak hal menarik dengan mengumpulkan prangko. Anda dapat belajar banyak dari koleksi prangko-prangko tersebut misalnya mengenal sejarah, geografi, bangsa-bangsa, dan aneka kebudayaan yang menarik. Prangko bukan sekadar benda pos untuk berkirim surat. Anda bisa mendapat banyak manfaat dari sebuah prangko.


Sejarah Singkat Prangko

1680
William Dockwradi dari Inggris membuat prangko pertama yang dicap dengan tanda pos segitiga bergaris ganda dengan tulisan "PENNY POST PAID" Namun penemuan ini ditentang oleh para kurir dari perusahaan pos lain, karena dianggap sebagai pelanggaran monopoli.

6 Mei 1840
Inggris mulai memelopori penggunaan prangko dengan menjual prangko berperekat pertama di dunia yang terkenal dengan nama "Penny Black".

1843
Brasil menjadi negeri kedua setelah Inggris dalam menerbitkan prangko berperekat yang berlaku secara nasional. Kemudian negara-negara lain mulai mengikuti dengan menggunakan prangko untuk pengiriman surat di dalam negeri.

1 April 1864
Prangko pertama terbit di kawasan Indonesia di bawah pemerintahan Hindia Belanda. Prangko ini berwarna merah dan menampilkan gambar Raja Willem III dari Belanda. Prangko ini memiliki nilai 10 sen.

1943
Setelah Belanda menyerah kepada Jepang, maka Jepang menerbitkan prangko dengan gambar bola dunia disertai peta Kekaisaran Jepang maupun gambar lainnya.

1946
Prangko pertama dicetak oleh Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta yaitu "Memperingati Setengah Tahun Merdeka".

Dalam sejarah prangko, untuk memudahkan pengiriman surat ke luar negeri, suatu persatuan pos seluas dunia dikembangkan. Saat ini, kegiatan surat-menyurat diawasi oleh sebuah badan khusus PBB yaitu Persatuan Pos Universal (Universal Postal Union), yang berkantor pusat di Bern, Swiss.

No comments:

Post a Comment