Sunday, 10 March 2013

Calcium Channel Blockers

Calcium channel blocker (CCB) adalah sekelompok obat yang bekerja dengan menghambat secara selektif masuknya ion Ca²+ melewati slow channel yang terdapat pada membran sel (sarkolema) otot jantung dan pembuluh darah, sehingga mendilatasi arteri utama jantung, dan meningkatkan pengiriman oksigen ke otot jantung dengan menghambat spasme arteri koroner

Berdasarkan struktur kimianya, CCB dapat dibedakan atas 5 golongan obat:
  1. Dyhidropyridine (DHP) : Amilodipine, Felodipine, Isradipine, Nicardipine, Nifedipine, Nimodipine, Nisoldipine, Nitrendipine.  
  2. Dyphenilalkilamine : Verapamil dll 
  3. Benzotiazepin : Diltiazem dll, 
  4. Piperazine : Sinarizine dll, 
  5. Lain-lain : Bepridil dll.

 

Berdasarkan lama kerjanya, CCBs dibedakan menjadi short acting (mula kerjanya cepat, tetapi masa kerjanya pendek) dan long acting ( mula kerjanya lebih lambat, tetapi masa kerjanya panjang) 

Beberapa tipe penyekat-kanal-kalsium adalah tipe L (tempat ditemukan: Otot,saraf), tipe T (tempat ditemukan : jantung, saraf), tipe N (tempat ditemukan : saraf), tipe P (tempat ditemukan saraf purkinje serebral). 

Cara kerja CCB tipe L merupakan tipe yang dominan pada otot jantung dan otot polos dan diketahui terdiri dari beberapa reseptor obat. Telah dibuktikan bahwa ikatan nifedipine dan dyhidropyridine lainnya terdapat pada satu situs, sedangkan verapamil dan diltiazem diduga mengadakan ikatan pada reseptor yang berkaitan erat, tetapi tidak identik pada regio lainnya. Ikatan obat pada reseptor verapamil atau diltiazem juga mempengaruhi pengikatan dyhidropyridine. Region reseptor tersebut bersifat stereoselektif, karena terdapat perbedaan yang mencolok baik dalam afinitas pengikatan stereoisomer maupun potensi farmakologis pada enansiomer verapamil, diltiazem dan kongener nifedipin yang secara optis aktif.

Penyekatan oleh obat tersebut menyerupai penyekatan pada kanal natrium oleh anastetika lokal : obat tersebut bereaksi dari sisi dalam membrane dan mengikat lebih efektif pada kanal di dalam membrane yang terdepolarisasi. Pengikatan obat tersebut diduga mengubah cara kerja kanal, dari terjadinya pembukaan secara konsisten setelah depolarisasi, ke cara lain yang jarang terjadi pembukaan tersebut. Hasilnya adalah penurunan mencolok pada arus kalsium transmembran yang dihubungkan dengan relaksasi otot polos yang berlangsung lama dan di dalam otot jantung dengan penurunan kontraktilitas di seluruh jantung dan penurunan kecepatan pacemaker pada nodus sinus dan penurunan kecepatan konduksi pada nodus atrioventrikuler. 

Respons otot polos terhadap aliran masuk kalsium melalui kanal kalsium yang dioperasikan reseptor juga menurun pada penggunaan obat tersebut, tetapi tidak begitu mencolok. Penyekatan tersebut berubah secara parsial dengan peningkatan konsentrasi kalsium,meskipun kadar kalsium yang diperlukan tidak dapat diperoleh dengan mudah. Penyakatan juga dapat berubah secara parsial dengan penggunaan obat yang dapat meningkatkan aliran kalsium transmembran, seperti simpatomimetika.

Tipe kanal kalsium lainnya kurang sensitive terhadap penyakatan oleh penyakatan kanal kalsium. Oleh karena itu, jaringan dengan tipe kanal tersebut memainkan peran utama- neuron dan sebagian besar kelenjar sekresi-kurang dipengaruhi oleh obat tersebut dibandingkan dengan otot jantung dan otot polos.

Beberapa CCBs berbeda dalam hal lama kerjanya, proses eliminasi dari tubuh, dan paling penting, dalam kemampuannya untuk mempengaruhi denyut dan kontraksi jantung. Sebagai contoh amlodipine mempunyai sangat sedikit efek pada denyut dan kontraksi jantung, sehingga aman untuk digunakan pada penderita gagal jantung atau bradycardia (denyut jantung yang perlahan).  

Verapamil dan diltiazem mempunyai efek-efek yang paling besar pada jantung dan mengurangi kekuatan dan angka dari kontraksi. Oleh karenanya, mereka digunakan dalam mengurangi denyut jantung ketika jantung berdenyut terlalu cepat. 

Nifedipin, verapamil dan diltiazem mudah larut dalam lemak, mudah diabsorbsi pada pemberian per oral dan sublingual (di bawah lidah)

Indikasi CCBs 
  • merawat tekanan darah tinggi, 
  • angina, 
  • irama-irama jantung yang abnormal (contohnya, atrial fibrillation, paroxysmal supraventricular tachycardia).
  • digunakan setelah serangan jantung, terutama diantara pasien-pasien yang tidak dapat mentolerir obat-obat beta-blockers, mempunyai atrial fibrillation, atau memerlukan perawatan untuk angina.
Tidak seperti beta blockers, CCBs masih belum ditunjukan mengurangi kematian atau serangan-serangan jantung tambahan setelah serangan jantung. CCBs adalah seefektif ACE inhibitors dalam mengurangi tekanan darah, namun mereka mungkin tidak seefektif ACE inhibitors dalam mencegah kegagalan ginjal yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau diabetes.

Mereka juga digunakan untuk merawat:
  • pulmonary hypertension,
  • Raynaud's syndrome,
  • cardiomyopathy, dan
  • subarachnoid hemorrhage.
  • CCBs juga digunakan dalam pencegahan sakit-sakit kepala migrain.
Efek Samping
  • Efek-efek sampingan yang paling umum dari CBs adalah sembelit, mual, sakit kepala, ruam, edema (pembngkakan kaki-kaki dengancairan), tekanan darah rendah, keadaan mengantuk, dan kepusingan.
  • Disfungsi hati dan pertumbuhan lebih dari gusi-gusi mungkin juga terjadi. Ketika diltiazem (Cardizem) atau verapamil (Calan, Isoptin) diberikan pada individu-individu dengan gagal jantung, gejala-gejala dari gagal jantung mungkin memburuk karena obat-obat ini mengurangi kemampuan dari jantung untuk memompa darah.
  • Seperti obat-obat tekanan darah lain, CCBs dihubungkan dengan disfungsi seksual.

Interaksi Obat

CCBs yang sering berinteraksi dengan obat lain antara lain adalah verapamil (Calan, Isoptin) atau diltiazem (Cardizem). Interaksi terjadi karena verapamil dan diltiazem mengurangi eliminasi dari sejumlah obat-obat oleh hati. Melalui mekanisme ini, verapamil dan diltiazem akan mengurangi eliminasi dan meningkatkan kadar carbamazepine, simvastatin, atorvastatin, dan lovastatin. Ini dapat menjurus pada keracunan dari obat-obat ini.

Grapefruit juice (kira-kira 200 ml) mungkin meningkatkan konsentrasi-konsentrasi serum dari felodipine, verapamil, nisoldipine, nifedipine, nicardipine, dan kemungkinan amlodipine. Grapefruit juice harus tidak dikonsumsi dalam waktu 2 jam sebelum atau 4 jam setelah mengkonsumsi CCBs yang dipengaruhi.


Hindari alkohol, karena mengganggu efek calcium channel blockers dan meningkatkan efek samping.

Perhatian dan Peringatan

- Pemakaian pada Ibu Hamil dan Menyusui

Konsultasikan dengan dokter Anda sebelum mengkonsumsi calcium channel blockers selama kehamilan . Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa CCBs dapat menyebabkan cacat lahir dan bahkan bayi lahir mati.
 
Obat ini juga dapat masuk ke dalam ASI, namun tidak berpengaruh pada bayi yang disusui telah ditemukan. 

- Pemakaian pada Anak-anak
 
Keamanan CCBs pada anak-anak belum ditetapkan, namun, sampai saat ini tidak ditemukan adanya masalah. Diskusikan risiko dan manfaat dari pemberian CCBs pada anak. 

- Pemakaian pada Orang Lansia

Orang lansia memiliki efek samping yang lebih banyak terhadap CCBs daripada orang yang lebih muda. sehingga, dosis yang lebih rendah sering dianjurkan.
 
Preparat yang tersedia
a) Amilodipine
b) Diltiazem
c) Felodipine
d) Nifedipine
e) Nimodipine
f) Isradipine
g) Nisoldipine
h) Verapamil

No comments:

Post a Comment