Wednesday 23 March 2011

Fosil

Update 03/03/12


Fosil (bahasa Latin: fossa yang berarti "menggali keluar dari dalam tanah") adalah sisa-sisa atau bekas-bekas makhluk hidup yang telah menjadi batu atau mineral. Akan tetapi, fosil tidak muncul hanya lewat pembatuan. Sebagian selamat hingga hari ini tanpa cacat atau pembusukan struktur tubuh, seperti mamot yang membeku di dalam es atau serangga serta spesies reptil dan invertebrata kecil yang terawetkan dalam damar. Untuk menjadi fosil, sisa-sisa hewan atau tanaman ini harus segera tertutup sedimen. 

Ketika mahluk hidup mati, jaringan-jaringan lunak yang membentuk otot-otot dan organ-organnya segera mulai membusuk karena pengaruh bakteri dan keadaan lingkungan. (Pada kejadian yang sangat jarang, seperti suhu dingin di bawah titik beku air atau panas kering gurun pasir, pembusukan tidak terjadi).

Bagian-bagian organisme yang lebih tahan, biasanya yang mengandung mineral seperti tulang dan gigi, dapat bertahan untuk masa yang lebih lama, memungkinkan bagian-bagian itu untuk mengalami beraneka proses fisika dan kimia. Proses-proses itu membuat pemfosilan terjadi.

Karena itu, sebagian besar bagian tubuh yang memfosil adalah tulang dan gigi vertebrata, cangkang brakiopoda dan moluska, rangka luar krustasea tertentu dan trilobit, garis luar organisme mirip karang, dan spons serta bagian-bagian berkayu tetumbuhan.

Para pakar membedakan fosil menjadi beberapa macam. Ada fosil batu biasa, fosil yang terbentuk dalam batu ambar, fosil ter, seperti yang terbentuk di sumur ter La Brea di Kalifornia. 

Hewan atau tumbuhan yang dikira sudah punah tetapi ternyata masih ada disebut fosil hidup. Selain berupa cangkang, gigi, kuku, tulang binatang, fosil juga dapat berupa jejak atau cetakan yang mengalami pembentukan atau penggantian oleh mineral. Fosil jaringan lunak sangat jarang ditemukan. Ilmu yang mempelajari fosil adalah paleontologi, yang juga merupakan cabang ilmu yang direngkuh arkeologi.
 
Catatan fosil (fossil record) adalah susunan teratur di mana fosil mengendap dalam lapisan / strata, pada batuan sedimen, yang menandai berlalunya waktu geologis. Semakin atas letak strata tempat fosil ditemukan, semakin muda usia fosil tersebut. 

Jadi bila ditinjau dari kejadiannya, ada bermacam-macam fosil, antara lain:
  • Bagian keras yang terawetkan dan menjadi fosil seperti keadaannya semula. Misalnya: tulang, gigi, cangkang 
  • Suatu rongga yang terbentuk karena bagian keras yang semula ada, terlarut oleh air dan akibatnya terbentuk rongga yang bentuknya seperti semula. 
  • Hasil pembatuan 
  • Awetan yang terdapat dalam lapisan seperti batu amber 
  • Jejak, lubang, tempat tinggal, kotoran
Secara singkat definisi dari fosil harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
  1. Sisa-sisa organisme.
  2. Terawetkan secara alamiah.
  3. Pada umumnya padat/kompak/keras.
  4. Berumur lebih dari 11.000 tahun.



Proses Pemfosilan, Fosilisasi

Fosil terbentuk dari proses penghancuran peninggalan organisme yang pernah hidup. Hal ini sering terjadi ketika tumbuhan atau hewan terkubur dalam kondisi lingkungan yang bebas oksigen. Fosil yang ada jarang terawetkan dalam bentuknya yang asli. Dalam beberapa kasus, kandungan mineralnya berubah secara kimiawi atau sisa-sisanya terlarut semua sehingga digantikan dengan cetakan.

Proses pemfosilan yang paling umum dan luas disebut permineralisasi atau mineralisasi. Selama proses ini, organisme digantikan oleh mineral-mineral dalam cairan di tanah tempat tubuhnya terendam. Selama proses mineralisasi, tahap-tahap berikut ini berlangsung:

Pertama, setelah diselimuti tanah, lumpur, atau pasir, tubuh organisme mati itu perlu segera dilindungi dari sentuhan udara. Selama bulan-bulan berikutnya, lapisan-lapisan baru endapan ditimbunkan ke sisa-sisa tubuh yang terkubur. Lapisan-lapisan ini bertindak sebagai tameng penebal, melindungi tubuh si binatang dari anasir-anasir luar dan pelapukan fisik. Kian banyak lapisan terbentuk, yang satu menutupi yang lainnya; dan dalam beberapa ratus tahun, sisa-sisa binatang terbaring beberapa meter di bawah permukaan tanah atau dasar danau.

Sambil waktu terus berlalu, struktur-struktur seperti tulang, cangkang, sisik atau tulang rawan pelan-pelan mulai mengalami penguraian kimia. Air bawah tanah mulai menembus struktur-struktur itu dan mineral-mineral terlarut yang terkandung dalam air-kalsit, pirit, silika, dan besi, yang jauh lebih tahan erosi dan penguraian kimia-perlahan-lahan mulai menggantikan zat-zat kimia dalam jaringan. Maka, selama jutaan tahun, mineral-mineral ini memunculkan salinan batu yang persis, dengan menggantikan jaringan tubuh organisme. Akhirnya, fosil pun memiliki bentuk dan tampak luar yang sama dengan organisme aslinya, walau kini telah beralih menjadi batu.

Fosilisasi merupakan proses penimbunan sisa-sisa hewan atau tumbuhan yang terakumulasi dalam sedimen atau endapan-endapan, baik yang mengalami pengawetan secara menyeluruh, sebagian ataupun berupa jejaknya saja. Terdapat beberapa syarat terjadinya pemfosilan yaitu antara lain:
  1. Organisme mempunyai bagian tubuh yang keras
  2. Mengalami pengawetan
  3. Terbebas dari bakteri pembusuk
  4. Terjadi secara alamiah
  5. Mengandung kadar oksigen dalam jumlah yang sedikit
  6. Umurnya lebih dari 10.000 tahun yang lalu.
Fosil hidup

Istilah "fosil hidup" adalah istilah yang digunakan suatu spesies hidup yang menyerupai sebuah spesies yang hanya diketahui dari fosil. Beberapa fosil hidup antara lain ikan coelacanth dan pohon ginkgo. Fosil hidup juga dapat mengacu kepada sebuah spesies hidup yang tidak memiliki spesies dekat lainnya atau sebuah kelompok kecil spesies dekat yang tidak memiliki spesies dekat lainnya. Contoh dari kriteria terakhir ini adalah nautilus.

Tempat penemuan fosil

Kebanyakan fosil ditemukan dalam batuan endapan (sedimen) yang permukaannya terbuka. Batu karang yang mengandung banyak fosil disebut fosiliferus. Tipe-tipe fosil yang terkandung di dalam batuan tergantung dari tipe lingkungan tempat sedimen secara ilmiah terendapkan. Sedimen laut, dari garis pantai dan laut dangkal, biasanya mengandung paling banyak fosil.

Pemanfaatan fosil
Fosil penting untuk memahami sejarah batuan sedimen bumi. Subdivisi dari waktu geologi dan kecocokannya dengan lapisan batuan tergantung pada fosil.Organisme berubah sesuai dengan berjalannya waktu dan perubahan ini digunakan untuk menandai periode waktu. Sebagai contoh, batuan yang mengandung fosil graptolit harus diberi tanggal dari era paleozoikum. Persebaran geografi fosil memungkinkan para ahli geologi untuk mencocokan susunan batuan dari bagian-bagian lain di dunia

No comments:

Post a Comment