Friday, 23 September 2011

Cestoda (Cacing Pita)


Cestoda disebut juga sebagai cacing pita, karena bentuknya pipih panjang seperti pita. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makan dari usus halus inangnya.Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan tubuhnya karena cacing ini tidak memiliki mulut dan pencernaan (usus). Manusia dapat terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna. Inang perantara Cestoda adalah sapi pada Taenia saginata dan babi pada taenia solium.

Cestoda ini terbagi ke dalam 2ordo:
1. Ordo Pseudophyllidea
2. Ordo Cylophylidea

Chylophyllidea umumnya mempunyai satu hospes perantara, sedang Pseudophyllidea, mempunyai dua hospes perantara.

Habitat

Pada umumnya cestoda habitatnya pada saluran pencernaan makanan pada manusia atau binatang sehingga cacing pita dewasa menimbulkan kelainan intestinal, sedangkan cestoda stadium larva dapat menyebabkan gejala ekstraintestinal.

Manusia merupakan hospes dari cestoda dalam bentuk:

Dewasa:
- Taenia soleum
- Hymenolepis nana
- Hymenolepis diminuta
- Diphyllidium caninum
- Diphyllobothrium latum

Larva:
- Diphyllobothrium spp.
- Taena soleum
- Echinococcus granulosus
- Echinococcus multilocularis
- Multiceps spp.

Morfologi

Tubuh Cestoda dilapisi kutikula dan terdiri dari bagian anterior yang disebut skoleks, leher (strobilus), dan rangkaian proglotid. Bentuk badan seperti pita dan terdiri dari:

a. Skolek, yaitu kepala yang merupakan alat untuk melekat. Pada Cyclophillidea skolek dilengkapi dengan batil penghisap dan kepala yang bulat, sedang pada Pseudophyllidea skolek mempunyai lekuk isap dan kepala berbentuk sendok. Skoleks pada jenis Cestoda tertentu selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait (rostelum) yang berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya.

b. Leher (strobilus) antara skolek dan badan, bagian ini lebih kecil dan merupakan tempat pertumbuhan bagian badan.

c. Proglotid yaitu bagian badan yang terdiri dari segmen-segmen. Tiap proglotid mempunyai susunan alat kelamin jantan (testis) dan betina lengkap (avarium), keadaan ini disebut Hermafrodit.

Tiap proglotid dapat terjadi fertilisasi sendiri. Proglotid yang dibuahi terdapat di bagian posterior tubuh cacing. Proglotid dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang utama bersama dengan tinja.

Cacing ini tidak mempunyai rongga badan dan alat cerna. Telur dilepaskan bersama dengan proglotid atau tersendiri melalui lubang anus. Embrio yang terdapat didalam telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang tumbuh menjadi efektif di dalam hospes perantara.

Siklus Hidup


Telur yang sudah matang diletakan dalam kapiler darah dan vena kecil dekat permukaan mukosa usus atau kandung kencing. Telur dapat menembus keluar dari pembuluh darah, bermigrasi ke dalam jaringan untuk kemudian sampai pada lumen usus atau kandung kencing, akhirnya telur ditemukan di dalam tinja atau urine. Telur segera menetas dalam air dan keluar miracidium, didalam tubuh keong, miracidium berkembang menjadi sporokista I, sporokista II akhirnya menjadi cerceria. Cerceria mempunyai kemampuan menembus kulit, masuk kedalam kapiler darah, akhirnya sampai kedalam vena kecil usus atau kandung kencing.


Diagnosis

Cara menegakkan diagnosis penyakit ini adalah dengan menemukan telur atau proglotid yang dikeluarkan dalam tinja.

Pengobatan

Penderita diberikan obat Atabrin dalam keadaan perut kosong, disertai pemberian Na-bikarbonas, dosis 0.5 g, dua jam setelah makan obat diberikan sebagai pencahar magnesium sulfat 15 g.

Obat pilihan adalah Niclosamid, diberikan 4 tablet (2 gram) dikunyah sekaligus setelah makan hidangan ringan. Obat lain yang juga efektif adalah Promomisin, yang diberikan dengan dosis 1 g setiap 4 jam sebganyak 4 dosis. Selain itu dapat dipakai Prazikuantel dosis tunggal 10 mg/kg berat badan.

1 comment:

  1. ya Allah...diperut kita ada makhluk kaya gitu?
    biar itu jadi ga ada gmn caranya gan?

    ReplyDelete