Manusia Jawa (Homo erectus paleojavanicus) adalah jenis Homo erectus yang pertama kali ditemukan. Pada awal penemuan, makhluk mirip manusia ini diberi nama ilmiah Pithecanthropus erectus oleh Eugène Dubois, pemimpin tim yang berhasil menemukan fosil tengkoraknya di Trinil pada tahun 1891. Nama Pithecanthropus erectus sendiri berasal dari akar bahasa Yunani dan latin dan memiliki arti manusia-kera yang dapat berdiri.
Dari penemuan fosil itu diyakini bahwa Pithecanthropus erectus merupakan
fosil dari nenek moyang manusia Jawa. Namun penemuan Eugene Dubois tersebut diragukan
kebenarannya, karena penemuan fosil-fosilnya tidak lengkap. Pada saat
itu diyakini bahwa Pithecantropus Erectus merupakan mata rantai yang
hilang dan belum dapat mendukung teori evolusi C. Darwin, karena penemuan fosil-fosilnya tidak lengkap, melainkan hanya
tempurung tengkorak, tulang paha atas dan tiga giginya saja. Dan sampai
saat ini, belum ditemukan bukti yang jelas bahwa ketiga tulang tersebut
berasal dari spesies yang sama.
Pada tahun 1934 seorang antropolog yang bernama Gustav Heinrich Ralph von Koenigswald melakukan penelitian yang sama di daerah Sangiran dan menemukan fosil yang lengkap dari nenek moyang orang jawa yaitu pithecanthropus erectus, dan fosil lainnya seperti hewan purba yang bertulang belakang dan tanaman purba serta alat alat dari batu.
Selain temuan fosil di Jawa, ada juga temuan di Great Rift Valley,
Kenya, dan keduanya dianggap sebagai fosil manusia tertua yang pernah
ditemukan dalam sejarah.
Akhirnya pada tahun 1977 Sangiran ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia sebagai cagar budaya. Pada tahun 1996 situs ini
terdaftar dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.
No comments:
Post a Comment